Bagian 28

91 15 3
                                    

Hallo Minna,

Jangan lupa beri Vote pada ceritaku ya.

Ini yang terakhir aku publish untuk hari ini.



Boruto POV

Sesampainya di rumah, aku hanya duduk termenung di kamar sembari menggenggam undangan pertunanganku dan Hikka.

"Tinggal 2 minggu lagi aku akan bertunangan, namun kenapa aku menjadi sangat ragu?" gumamku perlahan

Aku merebahkan diri di tempat tidur sembari mengangkat tinggi-tinggi undangan tersebut. Rasa ragu semakin dalam menyelimuti hatiku. Sejujurnya, aku masih memiliki rasa itu namun amarahku menampik segala perasaan yang aku miliki jauh-jauh.

Aku masih memiliki berbagai macam pertanyaan yang ingin aku ketahui untuk meluruskan kesalahpahaman ini.

"Setidaknya jika aku tak bisa memilikinya, aku tak ingin diselimuti rasa amarah yang aku buat sendiri" gumamku


#Skip 1 minggu kemudian

Hari ini aku dan Hikka sibuk menyebarkan undangan pertunangan kami ke segala penjuru Konoha. Dari kolega baik ayah, hingga teman-temanku semasa SMA.

"Tinggal 1 undangan lagi yang belum" ucap Hikka

Hikka lalu mengambil undangan yang berada di jok belakang mobil. Ia membolak-balikkan undangan sebelum membaca nama si penerima undangan tersebut.

"Shikadai. Terakhir, kita harus ke rumah Shikadai" lanjut Hikka

"......"

"Eum... bukankah ia temanmu yang kita temui di pesta pernikahan Chocho?" tanya Hikka

"Iya. Sebaiknya aku saja yang mengantarkan undangan itu" ucapku

Hikka hanya mengangguk menyetujui tanpa memberikan protes sedikit pun terhadap keputusanku.

"Mungkin inilah kesempatanku untuk menanyakan kejadian antara Shikadai dan Sarada di koridor waktu itu" batinku



Shikadai POV

Ting.. Tong.. (bunyi bel)

"Sebentar" teriakku dari dalam rumah

Aku buru-buru membukakan pintu. Entah siapa yang berkunjung di saat seperti ini. Aku tak ada waktu untuk sekedar menerima tamu karena aku sudah ada janji bertemu dengan Sarada, terlebih orang tuaku juga sedang pergi keluar kota.

"Boruto. Tumben kau berkunjung kesini" ucapku setelah membukakan pintu

"Aku hanya ingin memberikan sesuatu. Apa aku tidak dipersilahkan masuk?" tanya Boruto

"Oh, ya. Silahkan masuk" ucapku

Aku meminta Boruto duduk di ruang tamu, sementara aku berjalan ke dapur untuk sekedar membuatkannya minuman dan cemilan.

"Lalu, ada perlu apa kau kemari?" tanyaku sembari meletakkan minuman dan cemilan di atas meja

"Aku hanya ingin memberikan undangan pertunanganku" ucap Boruto

Aku mengambil undangan yang diberikan Boruto, membolak-balikannya sebentar dan segera membuka undangan tersebut.

"Hmm.. pertunanganmu akan dilakukan minggu ini ya?"

"Ah... iya. Kau harus datang" ucap Boruto

Kata-kata yang diucapkan Boruto tidak sedikitpun menyiratkan kegembiraan. Padahal ia akan bertunangan dengan kekasihnya.

"Ada apa dengannya?" batinku dengan rasa heran

"Tentu aku akan datang" ucapku

Hening. Aku hanya sibuk melihat gerak-gerik Boruto yang sedikit aneh.

"Apa ada sesuatu Boruto?" tanyaku

Aku melihat keterkejutan Boruto atas pertanyaanku. Ia hanya diam dan sesekali menyeruput minuman yang ada didepannya. Sepersekian menit kemudian, ia melihatku dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Shikadai, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tentu. Apa yang ingin kau tanyakan?" kataku

Ia hanya menatapku sekilas, tanpa memberikan jawaban apapun. Kepalanya hanya menunduk sembari memainkan jari jemarinya.

Sunyi, sangat sunyi. Namun aku masih setia menunggu jawabannya, mungkin aku bisa membantunya untuk meluruskan sesuatu di kepala 'Baka - nya' itu.

Aku mengarahkan pandanganku ke langit-langit rumah. Membosankan menunggu ia mengatakan sesuatu yang ada dipikirannya itu.

"Shikadai"

Aku membenarkan posisi dudukku dan menoleh ke arahnya, memastikan bahwa benar ia yang memanggil namaku. Suaranya sangat kecil dan tersirat kegusaran didalamnya.

"Hmm" aku jawab sekenanya

"Apa yang kau bicarakan dengan Sarada di koridor waktu itu?" tanya Boruto

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang