Boyfriend
"Sampai jumpa lagi, (Name)!" Pamit teman (Name).
"Bye-bye! Hati hati." (Name) melambaikan tangannya sembari tersenyum manis sebelum mengambil arah yang berlawanan.
Senja sudah menyambut, memberikan warna jingga cantik pada langit. Semilir angin sore menyapa wajah (Name) memberi rasa sejuk yang berhasil membuat (Name) merekahkan senyum tipis.
(Name) pulang lebih lama untuk mengurus keperluan OSIS.
(Name) bersenandung pelan sembari melangkah santai menuju ke arah jalan pulang.
BRUK!
Seorang gadis kecil jatuh tersungkur di hadapan (Name) membuat (Name) segera membelalakan matanya kaget. Buru buru ia mendekati gadis kecil itu.
"Kamu bisa berdiri?" Tanya (Name). Ia membungkuk sembari mengulurkan tangannya.
Bukannya menyambut uluran tangan (Name), gadis kecil itu malah menangis dengan nyaring membuat (Name) panik.
Buru buru ia berjongkok dan melihat darah segar yang mengalir di lutut gadis kecil itu. Nampaknya dia tersandung lalu lututnya menghantam aspal dengan cukup keras.
"Yosh yosh, jangan nangis." Hibur (Name) namun tidak berefek apa apa.
"Kalau kamu berhenti menangis, aku akan mengajakmu membeli apapun yang kamu mau di minimarket." (Name) belum menyerah.
Perlahan tangisnya reda.
"Benar?" Tanyanya.
(Name) mengangguk cepat. "Benar. Tapi sebelumnya kita berkenalan dulu, aku (Name). Kamu siapa?" Tanya (Name).
"Mana." Jawab gadis kecil itu.
"Baik, ayo naik. Aku akan menggendongmu." (Name) membelakangi Mana agar dia bisa naik ke atas punggung (Name).
Setelahnya, (Name) segera berjalan menuju minimarket yang memang ada tak jauh dari posisi mereka saat ini.
"Hei, mengapa kamu bisa sendirian sore sore begini?" Tanya (Name).
Mana menempelkan pipinya pada bahu (Name). "Aku sedang bermain dengan Luna, namun kami terpisah."
"Kalau begitu, nanti tunjukkan rumahmu ya. Aku akan mengantarkanmu. Kamu seharusnya tidak berkeliaran sendirian, ada beberapa orang yang bisa saja punya niat buruk denganmu."