Bad Reputation
Sebagai salah satu aktris terkenal, sudah jelas (Name) ingin punya reputasi baik di mata publik. Itu yang akan menunjang karirnya untuk semakin naik ke atas.
Bahkan (Name) sengaja berpacaran dengan rekannya demi mempermulus karirnya. Tidak peduli bahwa pria itumembosankan dan berpacaran dengannya membuat (Name) muak.
Namun jika ia mau reputasi baik menempel padanya, dia harus menjalin hubungan dengan orang yang punya reputasi baik juga. Dan kekasihnya saat itu adalah kandidat paling sempurna.
(Name) melambaikan tangannya sembari tersenyum ramah ke arah para penggemarnya yang nampak ramai di depan tempat pemotretannya. Beberapa heboh mengambil potret (Name).
Dengan dikawal beberapa bodyguard, (Name) dituntun membelah lautan penggemarnya dan masuk ke dalam limosin hitam yang sudah menunggunya.
"Sialan, mereka membuatku muak." Keluh (Name) begitu ia sudah di dalam limosin.
"Mau langsung pulang, nona?"
Ada satu rahasia yang (Name) sembunyikan dari publik.
"Tidak, aku ingin kamu mengantarku ke suatu tempat." Jawab (Name). Ia menyebutkan salah satu apartemen bintang lima di pusat kota Tokyo.
Tak butuh waktu lama hingga (Name) tiba di tempat yang ia tuju.
(Name) mengambil masker dan kacamata hitam. Lalu ia melapisi pakaiannya saat ini dengan hoodie oversize. Terakhir (Name) mencepol rambutnya dan memakai topi.
Setelah dirasa sempurna, (Name) turun dari limosinnya.
(Name) melegang santai memasuki bangunan pencakar langit itu. Seulas senyum terbit di bibirnya yang tertutupi masker.
Ia sudah tidak sabar.
(Name) tiba di depan salah satu unit. Jari lentiknya menari dengan lincah menekan sandi hingga pintu di depannya terbuka.
"Kamu terlambat, sayang." Suara itu menyambut pendengaran (Name).
(Name) melepas topi, masker, dan kacamata hitamnya. Irisnya menatap ke arah pria yang duduk di atas sofa, menatap lurus ke arahnya.
"Maaf, tadi penggemarku sempat menghalangi." Jawab (Name) sembari mendekat.
"Hm? Haruskah aku membunuh mereka semua karena sudah berani menghalangi gadisku bertemu denganku?"