Chapter 11: Rahasia di Balik Malam

175 14 0
                                    

Saat senja perlahan berganti malam, suasana St. Britannia Academy berubah drastis. Jika siang hari para siswa sibuk dengan pelajaran dan berbagai aturan ketat, maka malam hari membawa ketenangan yang lebih lembut.

Di dalam asrama, para siswa diperbolehkan mengenakan pakaian yang lebih santai dibandingkan seragam akademi mereka. Meski tetap dalam batasan kesopanan yang ditetapkan sekolah, mereka bisa mengenakan pakaian rumah berbahan lembut, seperti gaun tidur panjang untuk para putri dan kemeja lengan panjang dengan celana longgar bagi para putra bangsawan. Hanya saat makan malam mereka tetap mengenakan seragam akademi, tetapi setelah itu, mereka bebas mengenakan pakaian yang lebih nyaman saat berada di ruang rekreasi atau kamar masing-masing.

Di dalam asrama putri, tepatnya di kamar Isabella, cahaya lilin bergetar lembut, menerangi ruangan yang dipenuhi dengan buku-buku dan tirai tebal berwarna merah muda. Isabella duduk di dekat jendela, mengenakan gaun tidur satin putih dengan renda halus di ujungnya. Rambut panjangnya yang biasanya dikepang kini dibiarkan tergerai, memberikan kesan lebih santai dari biasanya.

Di pangkuannya, ada selembar surat yang telah ia buka—surat yang tiba beberapa jam lalu melalui burung pengantar pesan. Isabella memandang tulisan tangan yang rapi namun tegas di atas kertas itu.

"Bagaimana kabarmu dengan kehidupan baru di St. Britannia? Aku dan Luca berharap kau dan Kak Jay baik-baik saja. Ini pertama kalinya aku menulis surat, rasanya aneh. Aku tidak tahu apa yang harus ku tulis, ku utarakan, atau ku sampaikan. Aku butuh kata-kata dan ide. Aku bukanlah seorang adik romantis seperti Luca, aku hanya menyampaikan apa yang ingin ku sampaikan. Karena itu, Studete diligenter. Adipiscimini quod vestrum est. Kami menantikan surat balasan darimu, dan juga Kak Jay."

Isabella menarik napas panjang, surat itu berasal dari Matthias. Tidak ada banyak kata, tetapi cukup untuk membuat hatinya menghangat. Ia menatap jendela, melihat langit malam yang dipenuhi bintang, seolah mencari jawaban di antara gemerlapnya.

Sementara itu, suara bel jam malam berdentang pelan, menandakan bahwa sebentar lagi semua siswa harus kembali ke kamar masing-masing. Di luar jendela, halaman akademi mulai sepi, hanya beberapa lampu gas yang tetap menyala di sepanjang koridor. Isabella melipat surat itu dengan hati-hati sebelum menyimpannya dalam laci kecil di samping tempat tidurnya.

Malam ini, ia akan tidur dengan hati yang sedikit lebih tenang, mengetahui bahwa dia memiliki rumah yang hangat.

— 7 PRINCES —

Jay duduk di bangku taman St. Britannia, masih memegang surat dari Matthias di tangannya. Malam telah turun sepenuhnya, dan cahaya lampu gas yang berjajar di sepanjang jalan setapak taman memberikan pancaran hangat keemasan, menciptakan bayangan lembut di rerumputan yang mulai tertutup embun. 

Taman ini dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang dahan-dahannya bergoyang pelan ditiup angin malam. Aroma bunga mawar dan lavender yang ditanam di sekitar area duduk terasa samar, menambah ketenangan di suasana malam. Air mancur klasik di tengah taman berkilauan di bawah cahaya bulan, sementara suara gemericik air menjadi latar yang menenangkan.

Jay masih mengenakan seragam akademinya, tetapi dengan sedikit perubahan untuk kenyamanan malam. Mantelnya telah dilepas, menyisakan kemeja putih dengan kerah tinggi yang terbuka di kancing atas, memberi kesan lebih santai. Dasi yang biasanya terikat rapi kini terlepas, hanya menggantung longgar di lehernya. Celana hitamnya tetap rapi, tetapi sepatunya sedikit berdebu setelah berjalan di taman.

Dia bersandar ke belakang, menatap langit yang bertabur bintang. Surat Matthias masih di genggamannya, pikirannya melayang-layang memikirkan isi pesan itu. Sesekali, angin menerbangkan ujung kertasnya, namun genggamannya cukup erat untuk menahannya. Dengan ekspresi datar yang sulit dibaca, Jay menarik napas panjang, seolah mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya melipat surat itu dengan hati-hati dan menyimpannya ke dalam mantel yang ia kenakan.

7 PRINCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang