Chapter 21: Malam dan Rahasianya

141 7 0
                                    

Matahari telah condong ke barat saat dua sosok berjas tiba di halaman istana Ravellion. Sebastian Whitmore turun lebih dulu dari kereta, mengenakan setelan hitam pekat dengan kemeja merah tua di baliknya. Mantelnya panjang hingga betis, dihiasi sulaman emas yang membentuk lambang keluarga kerajaan di bagian dada kiri. Sepasang sarung tangan kulit hitam menutupi tangannya, memberi kesan tegas dan berwibawa. Rambut pirangnya tersisir rapi ke belakang, menyisakan beberapa helai yang jatuh di dahinya.

Di belakangnya, Theodore Ashford melangkah keluar, tampak lebih sederhana dalam setelan biru gelap dengan aksen keemasan di bagian bahu dan kerahnya. Mantelnya tidak sepanjang Sebastian, hanya mencapai lutut, memberikan ruang lebih bebas untuk bergerak. Kemeja putih di dalamnya terlihat bersih dan rapi, sementara dasi biru navy melengkapi tampilannya. Tidak seperti Sebastian, Theodore memilih untuk tidak memakai sarung tangan, memperlihatkan jemari panjang yang sering menyentuh halaman buku.

Dua pangeran muda itu berjalan beriringan memasuki istana, diterima oleh barisan pelayan yang membungkuk hormat. Raja Charles, dengan jubah merah marun yang dipadukan dengan rantai emas kebesarannya, telah menanti mereka di ruang makan utama.

"Selamat datang kembali," suara Raja Charles terdengar hangat, namun ada sesuatu di baliknya—sebuah ketenangan yang terlalu sempurna.

Meja makan telah dipersiapkan dengan anggur terbaik dan berbagai hidangan mewah. Lampu kristal di langit-langit memancarkan cahaya keemasan, menciptakan suasana yang nyaman namun tetap penuh wibawa. Sebastian duduk di sisi kanan raja, sementara Theodore mengambil posisi di seberangnya.

"Katakan padaku," Raja Charles menuangkan anggur ke dalam gelasnya. "Apa yang kalian pelajari di St. Britannia?"

Sebastian bertukar pandang dengan Theodore sebelum tersenyum kecil. "Banyak hal, tentu saja. Pelatihan ketahanan, ilmu strategi, politik... Dan tentu saja, kami bertemu dengan banyak bangsawan dari seluruh Aurion."

Theodore menambahkan, "Dan akademi memberikan banyak kejutan, Paman."

Raja Charles mengangguk pelan, matanya mengamati mereka dengan tajam. "Kejutan seperti apa?"

Sebastian menyesap anggurnya sebelum menjawab, "Hal yang barangkali sudah Ayah ketahui."

Senyuman kecil terulas di wajah Raja Charles. "Aku memang mendengar banyak hal. Namun, aku lebih suka mendengar langsung dari kalian."

Theodore menggenggam gelasnya, berpikir sejenak sebelum berkata, "Lunar tampaknya masih menjadi pembahasan yang menarik di sana."

Hening sejenak. Raja Charles tetap tersenyum, tetapi suasana mendadak lebih berat.

"Ah, Lunar..." ucapnya akhirnya, mengaduk perlahan anggur dalam gelasnya. "Ya. Aku yakin, dengan keberadaan dua anak dari keluarga kerajaan mereka di sana, nama Lunar pasti banyak disebut."

Sebastian memperhatikan dengan saksama. Raja Charles selalu memiliki cara untuk menggiring percakapan, menyaring informasi tanpa terlihat memaksa. Itu adalah keahliannya.

"Apa ada hal yang menarik, Ayah?" tanya Sebastian, mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan.

Raja Charles tidak langsung menjawab. Ia menatap mereka satu per satu, lalu mengangkat gelasnya, mengisyaratkan bahwa makan malam ini baru saja dimulai—dan perbincangan mereka akan menjadi bagian dari permainan yang lebih besar.

— 7 PRINCES —

Theodore merebahkan dirinya di atas kasur, menatap langit-langit kamar yang diterangi cahaya lilin. Udara malam di istana terasa berbeda setelah sekian lama tinggal di St. Britannia. Mungkin karena suasana di sini lebih tenang, atau mungkin justru terlalu tenang hingga pikirannya tak berhenti bekerja.

7 PRINCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang