Di ruang kerja yang dihiasi jendela besar dengan tirai tebal berwarna merah maroon, Theodore Ashford duduk dengan tegap di kursi ukiran klasik. Ia menghadapi seorang pria tua berambut putih yang mengenakan mantel kebesaran. Lord Aldrich, Menteri Senior kerajaan Ravellion, berdiri di hadapannya, tatapannya serius dan penuh pertimbangan.
"Lord Aldrich, aku yakin pendidikan di St. Britannia adalah yang terbaik untukku. Aku ingin hidup lebih dekat dengan rekan-rekan sebayaku dan belajar langsung dari mereka." Kata-kata itu keluar dari mulut Theodore, suaranya terdengar serius.
Mendengar perkataan itu lantas membuat dahi Lord Aldrich berkerut, tampak tak setuju. "Tuan Muda Theodore, keputusan itu mungkin tidak bijaksana. Anda adalah putra mahkota Ravellion, calon pewaris tahta. Tinggal di asrama, jauh dari istana, hanya akan membuka celah bagi pihak-pihak yang ingin merusak nama Anda."
Theodore menghela napas, mencoba menahan rasa frustrasi yang perlahan muncul. "Justru itu alasan aku ingin belajar di sana, Lord Aldrich. Aku perlu memahami dunia luar—politik, strategi, dan hubungan yang nyata. Hanya di sana aku bisa menempa diri menjadi pemimpin yang lebih baik," katanya, sorot matanya tajam saat menatap pria yang berdiri di hadapannya.
Lord Aldrich terdiam sesaat, lalu menatap Theodore dengan tajam.
"Saya akan mempertimbangkan permintaan Anda, tapi izinkan saya memperingatkan: keputusan ini bisa menjadi senjata yang digunakan lawan Anda di masa depan."
Theodore menundukkan kepala, seolah memahami kekhawatiran Lord Aldrich, namun keyakinannya tak tergoyahkan. Dia kembali mengangkat kepala, menatap Lord Aldrich dengan sorot mata yang tajam, tak kenal takut.
"Terima kasih telah mengkhawatirkanku, tapi aku yang paling tahu apa yang akan kulakukan."
— 7 PRINCES —
Di ruang pertemuan rahasia di bagian terdalam istana, Raja Charles duduk di kursi megah dengan latar belakang dinding penuh lukisan silsilah keluarga kerajaan Ravellion. Di hadapannya, beberapa menteri rahasia berdiri dengan tangan di belakang, memperhatikan Raja Charles dengan saksama.
"Kita perlu menegaskan bahwa masa depan Ravellion berada di tangan yang tepat. Theodore adalah anak yang baik, tapi darah Ashford dalam dirinya adalah sebuah ancaman." Suara Raja Charles terdengar rendah dan dingin, seolah tak ingin ada siapapun yang membantah setiap perkataannya.
Seorang menteri berambut kelabu maju satu langkah, suaranya penuh kehati-hatian. "Yang Mulia, Anda berniat mengubah status putra mahkota ke Pangeran Sebastian? Langkah itu tidak akan mudah diterima oleh kalangan bangsawan yang setia pada keluarga Ashford."
Raja Charles mengerutkan dahi. "Sebastian memiliki darah Whitmore, darahku sendiri. Ia adalah pewaris yang lebih pantas daripada Theodore!"
Menteri lain angkat bicara, nadanya lebih tenang.
"Jika Yang Mulia ingin mencabut hak asesi Theodore, kita harus memikirkan dampaknya. Banyak keluarga bangsawan yang memiliki hubungan erat dengan keluarga Ashford."
Raja Charles menatap meja, matanya tajam seperti elang yang bersiap menyerang.
"Jika kita tidak bertindak sekarang, Ashford akan terus menggunakan Theodore sebagai alat untuk menggoyang takhtaku. Kalian semua tahu apa yang harus dilakukan," tegas Raja Charles.
Ruangan itu hening sejenak, penuh ketegangan, sebelum para menteri mengangguk perlahan, menyetujui rencana rahasia yang baru saja ditetapkan.
— 7 PRINCES —
Di lapangan berkuda yang luas, dengan latar belakang istana Ravellion yang megah, Sebastian Whitmore memacu kudanya dengan kecepatan tinggi. Angin menerpa wajahnya, dan kuda hitamnya melompat melewati rintangan tinggi dengan lincah.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCES
RomanceIni adalah cerita tentang 7 pangeran tampan yang berasal dari kerajaan berbeda. 7 pangeran tampan yang siap memberikan sejuta kisah dari masing-masingnya. Ini adalah cerita yang akan membawamu menuju 7 dunia yang berbeda. Apakah kamu siap? ••••••••...