Cahaya matahari pagi menyelinap melalui jendela besar perpustakaan, menyentuh wajah Theodore yang masih terlelap di atas meja kayu mahoni. Tubuhnya terasa kaku, punggungnya nyeri karena tidur dalam posisi yang tidak nyaman semalaman. Dengan keluhan kecil, ia bangkit dan meregangkan tubuh. Rasa kantuk masih menggantung di matanya, tapi ia memutuskan untuk tidak kembali ke kamar. Ia butuh sedikit gerakan agar badannya kembali segar.
Theodore berjalan menyusuri koridor panjang istana dengan langit-langit tinggi berukiran detail. Langkahnya terhenti di depan pintu besar berukir lambang keluarga kerajaan. Di balik pintu itu terdapat ruang latihan, sebuah tempat yang jarang sekali ia kunjungi. Namun, pagi ini berbeda. Dengan dorongan ringan, ia membuka pintu besar tersebut.
Ruangan itu luas, dengan lantai marmer yang dingin di bawah telapak kakinya. Berbagai peralatan latihan berjajar rapi di sepanjang dinding, dari rak pedang hingga beban pemberat untuk melatih otot. Karpet merah tua terbentang di tengah ruangan, memberikan kesan elegan. Dindingnya dihiasi dengan beberapa bendera keluarga bangsawan serta lukisan pertempuran lama.
Di dekat pintu, ada sebuah lemari pakaian. Theodore mulai membuka satu per satu kancing kemeja tidurnya dan mengganti dengan pakaian latihan. Pakaian latihan yang dikenakan Theodore sangat sederhana: kemeja putih longgar yang bagian lengannya tergulung hingga siku, serta celana hitam berbahan ringan yang tidak menghambat gerakan. Ia berjalan ke tengah ruangan dan mulai melakukan peregangan, berusaha menghilangkan kekakuan di tubuhnya.
Suara pintu terbuka membuatnya menoleh. Sebastian berdiri di ambang pintu, sedikit terkejut melihat Theodore ada di sana. Ia mengenakan pakaian latihan yang lebih praktis—kemeja hitam ketat tanpa lengan dan celana latihan berwarna senada. Keringat masih membekas di lehernya, menunjukkan bahwa ia baru saja berolahraga di tempat lain sebelum datang ke ruangan ini.
"Kau?" ujar Sebastian, matanya menyipit. "Sejak kapan kau mulai berlatih di sini?"
Theodore hanya mengangkat bahu. "Baru saja. Aku tidur di perpustakaan tadi malam. Punggungku terasa seperti batu."
Sebastian terkekeh, lalu berjalan masuk. "Jadi kau butuh olahraga ringan? Tak kusangka, Putra Mahkota Ravellion juga bisa merasakan pegal-pegal."
Theodore tidak menanggapi ejekan itu. Ia kembali fokus pada latihannya. Sebastian berjalan menuju rak di sudut ruangan, mengambil sebuah pedang kayu untuk latihan. Pedang itu memiliki ukiran kecil di pegangannya, tanda bahwa itu adalah buatan pengrajin istana. Dengan gerakan luwes, ia mulai mengayunkannya beberapa kali.
Sementara itu, Theodore memilih latihan beban. Ia mengambil dua pemberat kecil berwarna hitam keemasan dan mulai menggunakannya untuk melatih kekuatan lengannya. Meski jarang berlatih di ruangan ini, ia tetap memiliki teknik yang cukup baik untuk menyeimbangkan kekuatannya.
"Kau terlihat serius," komentar Sebastian tanpa menghentikan latihannya. "Apa sesuatu mengganggu pikiranmu?"
Theodore menurunkan pemberatnya, menarik napas dalam. "Aku hanya berpikir... tentang sesuatu yang terjadi semalam."
Sebastian menegang sejenak. Ia menyembunyikan kekhawatiran dengan senyum santai. "Oh? Dan apa itu?"
Theodore meliriknya sejenak, lalu kembali ke latihannya. "Tak ada yang perlu kau khawatirkan."
Sebastian tahu itu bukan jawaban yang sebenarnya, tapi ia memilih untuk tidak menekan lebih jauh. Ia hanya bisa berharap bahwa apa pun yang sedang dipikirkan Theodore tidak berkaitan dengan kejadian yang ia saksikan semalam.
Di luar ruangan, sinar matahari semakin menghangatkan istana, namun di dalam ruang latihan, dua pangeran itu terus berlatih dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCES
RomanceIni adalah cerita tentang 7 pangeran tampan yang berasal dari kerajaan berbeda. 7 pangeran tampan yang siap memberikan sejuta kisah dari masing-masingnya. Ini adalah cerita yang akan membawamu menuju 7 dunia yang berbeda. Apakah kamu siap? ••••••••...