Chapter 13: Dua Pangeran, Satu Medan Perang

165 13 0
                                    

Di balik kemegahan St. Britannia Academy, sebuah akademi elit yang hanya menerima anak-anak dari keluarga kerajaan dan kaum bangsawan. Di dalamnya, berkumpul para pangeran, putri, serta pewaris gelar duke, marquess, earl, hingga baron. Semuanya dipersiapkan untuk masa depan yang akan mereka warisi.

St. Britannia memiliki jadwal akademik yang ketat untuk memastikan bahwa setiap bangsawan menerima pendidikan yang sesuai dengan status mereka. Di pagi hari para siswa mendapat pelajaran akademik, siang hari merupakan waktu istirahat dan makan siang, sore hari para siswa mendapat pelatihan fisik dan strategi, lalu di malam hari ada pembelajaran tambahan dan diplomasi, sebelum pada akhirnya mereka dapat beristirahat setelah selama sehari penuh beraktivitas.

Sistem kelas dan pengelompokan siswa dibagi berdasarkan status sosial dan usia. Kelas akademik yang terdiri dari berbagai mata pelajaran seperti bahasa, sejarah dan politik, ekonomi dan administrasi, filsafat dan sastra. Kelas seni dan budaya yang terdiri dari kelas musik dan instrumen, etiket dan tata krama, kesenian dan puisi. Kelas strategi dan militer, terdiri dari ilmu perang, simulasi diplomasi, dan pelatihan fisik. Terakhir, kelas khusus, yaitu kelas yang dirancang untuk para calon pemimpin bangsawan.

Kelas putra dan putri dipisahkan untuk menjaga etiket dan tata krama bangsawan. Namun, tetap saja ada beberapa mata pelajaran yang memungkinkan siswa dari berbagai kelas untuk belajar bersama, seperti dalam kelas seni dan budaya.

Berdasarkan jadwal akademik, di sore hari, para siswa wajib mengikuti pelatihan fisik dan strategi. Di area barak akademi, tempat latihan fisik dan perang dilakukan. Tanahnya lapang dengan berbagai rintangan latihan seperti target panah, area berkuda, dan medan taktik. Di sudut lapangan ada tempat penyimpanan senjata latihan, termasuk pedang kayu, tombak, dan perisai. Adapun tribun kecil juga tersedia untuk pengawasan dan evaluasi.

Para putra bangsawan kini telah berdiri di pinggir lapangan, mengenakan seragam militer khusus. Jas pendek (military-style coat) berwarna hitam dengan garis merah dan emas di lengan, rompi kulit untuk perlindungan, dengan emblem akademi di dada kiri, celana berkuda berwarna gelap, dipadukan dengan sepatu bot kulit tinggi, sarung tangan kulit untuk melindungi tangan selama latihan, dan sabuk taktis untuk menyimpan alat tulis atau pedang latihan.

Di hari sebelumnya, mereka telah mendapatkan materi sejarah dan simulasi perang. Oleh sebab itu, pada saat ini, mereka akan melakukan simulasi perang skala kecil. Para siswa akan dibagi dalam tim untuk bertanding pada skenario perang dengan menggunakan pedang kayu atau panah tumpul.

Komandan Philip berdiri di tengah lapangan dengan tangan bersedekap, tatapannya tajam mengamati para siswa yang berkumpul di hadapannya. Sosoknya yang tegap dengan jubah militer khas akademi semakin mempertegas wibawanya sebagai instruktur utama dalam pelatihan ini. Di belakangnya, tribun kecil telah dipenuhi oleh beberapa pengawas dan asisten instruktur yang siap mengevaluasi jalannya latihan.

"Perhatian!" Suaranya menggema, membuat semua siswa refleks berdiri lebih tegak.

"Hari ini, kalian akan melakukan simulasi perang dengan skenario pertempuran lapangan. Setiap tim akan diberikan sebuah wilayah yang harus dipertahankan sekaligus strategi untuk merebut wilayah lawan. Gunakan semua yang telah kalian pelajari sebelumnya. Ingat, ini bukan sekadar latihan fisik, tetapi juga ujian kecerdasan strategi kalian!"

Para siswa mulai saling bertukar pandang, sebagian dari mereka tampak antusias, sementara yang lain menyimpan ketegangan dalam diam.

Komandan Philip mengangkat satu tangan, lalu menunjuk ke arah barisan siswa di depannya. "Tim akan dibagi menjadi dua kubu: pasukan pertahanan dan pasukan penyerang. Setiap tim terdiri dari enam orang. Strategi, kepemimpinan, dan ketahanan kalian akan diuji di sini."

7 PRINCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang