Chapter 5: Di Balik Meja Jamuan

280 20 0
                                    

Ruang makan istana Ravellion berada di salah satu sayap utama istana, dirancang untuk menampilkan kemegahan dan kekuasaan kerajaan. Ruangan ini panjang dan megah, dengan langit-langit tinggi yang dihiasi ukiran-ukiran detail berlapis emas. Chandelier besar dari kristal menggantung di tengah ruangan, memberikan cahaya hangat yang memantul di dinding berlapis panel kayu mahoni. Karpet merah tebal membentang sepanjang lantai, dengan bordiran emas di sisinya.

Di tengah ruangan terdapat meja makan panjang dari kayu ek gelap yang diukir dengan pola-pola kerajaan. Meja tersebut dihiasi lilin-lilin tinggi dalam tempat lilin berlapis emas, serta rangkaian bunga mawar merah dan putih. Setiap tempat duduk memiliki piring porselen dengan detail merah dan emas, serta peralatan makan perak yang mengilap.

Jendela-jendela besar dengan tirai beludru merah menghadap ke taman istana, memberikan pemandangan luar meski cahaya malam membuat sebagian besar terlihat gelap. Pengawal berdiri tegak di sudut-sudut ruangan, mengenakan seragam hitam dengan aksen emas dan merah, mempertegas kesan formil dan penuh wibawa.

Sebastian mengenakan jas hitam dengan aksen bordir emas di kerah dan ujung lengan. Kemeja putihnya memiliki kerah tinggi, dipadukan dengan dasi pita merah yang rapi. Sebuah bros berbentuk singa, simbol Ravellion, terpasang di sisi kiri dadanya. Rambutnya tertata rapi, memberikan kesan elegan sekaligus otoritatif.

Theodore mengenakan pakaian serupa, namun lebih sederhana. Jas hitam dengan potongan lebih ramping, tanpa bordir emas mencolok. Hanya ada aksen tipis berwarna merah di sepanjang kerah dan manset. Ia juga mengenakan dasi pita merah, namun tanpa bros seperti Sebastian. Rambutnya tertata lebih lembut, menonjolkan sisi pemuda yang masih muda dan ambisius.

Raja Charles memakai jubah formal kerajaan berwarna merah tua dengan sulaman emas berbentuk simbol keluarga kerajaan. Di bawah jubahnya, ia mengenakan jas hitam dengan rompi emas. Sebuah rantai emas melingkar di lehernya, dengan medali kecil berbentuk mahkota tergantung di tengah. Penampilannya sangat berwibawa, mencerminkan kekuasaan yang ia miliki.

Di ujung meja, Raja Charles duduk dengan anggun, menyantap makan malam bersama Sebastian dan Theodore yang duduk di kedua sisinya. Para pelayan berdiri di pinggir ruangan, siap melayani setiap kebutuhan mereka. Di sudut-sudut aula, para pengawal berjaga dengan senjata di tangan, memastikan keamanan jamuan.

Setelah makan malam mendekati selesai, Raja Charles meletakkan serbetnya dengan gerakan pelan namun penuh wibawa. Ia menatap Sebastian dengan senyum tipis.

"Sebastian, semester baru di St. Britannia akan segera dimulai. Sudahkah kau menyiapkan berkas yang diperlukan untuk kembali ke sana?" tanya Raja Charles, membuka percakapan sebelum makan malam berakhir.

Sebastian mengangguk sopan. "Sudah, Ayah. Semua berkas telah aku serahkan ke pengurus sekolah beberapa hari lalu. Aku hanya tinggal mempersiapkan perjalanan."

Raja Charles mengangguk puas, tampak senang dengan tanggapan Sebastian.

"Bagus. Kau telah menunjukkan dedikasimu sebagai putra kerajaan. Aku berharap kau terus membawa nama baik Ravellion di sana."

Sebastian mengangguk singkat, tersenyum sopan. Sorot matanya memberikan arti bahwa dia dapat dipercaya untuk membawa nama baik Ravellion.

Keheningan singkat terjadi sebelum Theodore, yang sejak tadi lebih banyak diam, akhirnya membuka suara. "Aku juga ingin bersekolah di St. Britannia dan tinggal di asramanya. Semua berkas sudah kusiapkan. Aku hanya membutuhkan tanda tangan persetujuan Anda, Paman, sebagai waliku."

Kata-kata Theodore membuat suasana meja makan berubah tegang. Raja Charles melirik Theodore dengan tatapan tajam, sementara Sebastian sedikit terkejut, alisnya berkerut mendengar pengakuan adik sepupunya itu.

7 PRINCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang