Hujan baru saja reda saat dentang lonceng-lonceng besar gereja utama di ibu kota Ravellion menggema ke seluruh penjuru. Kota itu, yang biasanya sibuk dengan aktivitas perdagangan dan keramaian, kini hening dalam kesakralan momen. Hari ini adalah hari besar. Bangsawan dari berbagai kerajaan telah tiba untuk menyaksikan pengangkatan Raja Charles, penerus tahta Kerajaan Ravellion setelah mangkatnya Raja Edmund.
Katedral St. Armand berdiri megah di tengah kota, dengan pilar-pilar batu yang menjulang tinggi dan jendela kaca patri yang memantulkan cahaya matahari pagi. Bangunan itu dipenuhi oleh para tamu terhormat, mengenakan jubah-jubah dan gaun berwarna emas, merah tua, dan biru safir yang melambangkan status dan kebesaran mereka. Setiap sudut katedral penuh dengan bisikan dan langkah-langkah tenang, menciptakan suasana yang khidmat.
Di antara para bangsawan yang hadir, Raja Frederik van Aardenburg dari Kerajaan Lunar tampak berjalan memasuki aula utama, ditemani putranya, Pangeran Adrian Jay van Rooyen. Jay, seorang pemuda berusia tujuh belas tahun, mengenakan seragam resmi Lunar berwarna biru laut dengan bordir perak di sepanjang kerah. Rambutnya yang gelap tersisir rapi, dan matanya yang tajam mengamati setiap detail upacara dengan rasa ingin tahu. Ini adalah pertama kalinya ia menghadiri acara sebesar ini sebagai pendamping resmi ayahnya.
"Perhatikan, Jay," bisik Raja Frederik seraya melangkah ke barisan depan. "Upacara seperti ini adalah inti dari sistem kerajaan. Kita mungkin menjadi pemimpin, tetapi ada simbol-simbol dan tradisi yang harus dihormati. Pengangkatan ini bukan hanya tentang Charles, melainkan tentang Ravellion sendiri."
Jay mengangguk, meski pikirannya teralihkan oleh megahnya ruangan dan wajah-wajah bangsawan yang sebelumnya hanya ia dengar dari cerita ayahnya. Tatapannya berhenti pada seorang pemuda yang berdiri di sisi barisan Ravellion. Wajah itu tampak familiar, meski Jay tidak bisa langsung mengingat dari mana ia mengenalnya.
Pemuda itu adalah Sebastian Whitmore, putra dari Charles dan pewaris takhta Ravellion. Dengan rambut cokelat gelap yang tersisir sempurna dan postur tubuh yang tegap, Sebastian tampak anggun dalam jubah kebesaran Ravellion berwarna merah marun dengan sulaman lambang singa emas di dada. Usianya tidak jauh dari Jay, mungkin delapan belas atau sembilan belas tahun, namun caranya berdiri memancarkan aura ketenangan dan tanggung jawab.
Mata mereka sempat bertemu, dan Sebastian memberikan anggukan kecil sebagai salam. Jay membalasnya dengan sopan, meski sedikit canggung. Sebuah kenangan samar muncul di benaknya—tentang kunjungan keluarga kerajaan Ravellion ke Lunar beberapa tahun yang lalu. Mungkin, hanya mungkin, mereka pernah bertemu di sana. Tapi itu sudah terlalu lama, dan wajah Sebastian kini jauh lebih dewasa daripada yang ia ingat.
Upacara dimulai dengan suara organ yang mengalun megah, memenuhi seluruh katedral. Para pendeta tinggi berjalan dalam barisan, membawa kitab suci dan simbol-simbol kerajaan. Charles berdiri di depan altar, mengenakan mantel panjang berwarna ungu tua dengan mahkota yang belum dikenakan di atas bantal beludru emas.
Pendeta Agung St. Armand maju selangkah, mengangkat tangannya ke arah Charles. "Charles Whitmore, atas nama leluhurmu dan kehendak rakyat Ravellion, hari ini kau akan dinobatkan sebagai Raja Ravellion. Bersumpahlah di hadapan Tuhan dan bangsamu untuk memimpin dengan bijaksana, melindungi tanah ini, dan menjaga kesejahteraan rakyatmu."
Charles menganggukkan kepala, lalu berlutut. Suaranya terdengar mantap saat ia mengucapkan sumpah:
"Aku, Charles Whitmore, bersumpah di hadapan Yang Maha Kuasa dan rakyat Ravellion, untuk memimpin dengan keadilan, kebijaksanaan, dan keberanian. Aku akan melindungi kerajaan ini dari segala ancaman, dan aku akan mengabdikan hidupku untuk kemakmuran tanah dan rakyat Ravellion."
Pendeta Agung meletakkan mahkota di atas kepala Charles, dan tepuk tangan menggema di seluruh ruangan. Para tamu berdiri, memberikan penghormatan kepada Raja baru. Di antara mereka, Jay melihat Sebastian tersenyum bangga, meski senyum itu tampak terukur—tidak terlalu lebar, tetapi cukup untuk menunjukkan kebanggaan seorang putra terhadap ayahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 PRINCES
RomanceIni adalah cerita tentang 7 pangeran tampan yang berasal dari kerajaan berbeda. 7 pangeran tampan yang siap memberikan sejuta kisah dari masing-masingnya. Ini adalah cerita yang akan membawamu menuju 7 dunia yang berbeda. Apakah kamu siap? ••••••••...