ㅡ 03. Drei

1.7K 290 11
                                    

Happy reading!!!

Suasana canggung sangat terasa diantara mereka berdua. Hanya terdengar suara musik dari radio mobil, serta beberapa kali ketukan pada stir yang Jamal lakukan mengikuti beat lagu.

Bodoh, bodoh! Kenapa lo malah ngaku-ngaku jadi pacarnya sih? Gimana kalo dia jadi nganggep gue cewek freak?! Batin Alika, merutuki kelakuannya di kampus tadi.

"Mau minum, Mba?" Tawar Jamal karena mendengar Alika beberapa kali berdeham.

Gadis itu menggeleng, "Gak haus."

"Oh, kalo misalkan haus bilang aja ya. Di belakang ada minum kok."

"Eumm, Mas."

"Iya?" Jamal menoleh sekilas.

"Maaf ya soal pengakuan saya yang tadi. Soalnya kalo gak digituin, mereka bakal terus-terusan gangguin, Mas." Alika menunduk, malu serta merasa tak enak.

"Kalo minta maaf itu diliat dong orangnya. Saya kan di samping, bukan di bawah."

Sontak Alika menengadahkan kepalanya yang langsung disambut wajah tampan serta senyum manis lelaki itu. "Iya, saya maafin."

Tolong, rasanya Alika gak bisa napas berada dijarak sedekat ini. Mana disenyumin pula.

"Panas ya?"

"Hah? Enggak kok, adem."

"Itu pipi kamu kok merah?"

Sial.

"Masa sihh? Enggak ah." Alika menutupi kedua pipinya, kemudian membuang muka ke arah jendela.

Jamal diam-diam tersenyum. Ia tidak polos, ia sadar bahwa pipi Alika itu bersemu merah karenanya. Namun Jamal tak mau kepedean dulu, bisa saja pipi Alika memang suka tiba-tiba memerah.

"Awalnya saya kira, Mba itu pendiam loh. Tapi pas liat Mba teriak tadi, ternyata Mba toa juga ya."

Lagi-lagi Alika merutuki kebodohannya.

"Saya kalem kok, Mas. Cuma kadangㅡya gitu, suka keluar sisi bobroknya, heheh."

Suasana canggung itu perlahan memudar, berganti dengan obrolan seru karena ternyata mereka mempunyai hobi yang sama, yaitu bermain alat musik.

"Hebat ih Mas, bisa main gitar. Saya punya gitarnya, cuma gimana yaㅡgak bisa mainnya."

"Mau saya ajarin?"

"Emang boleh?" Alika menoleh semangat.

"Ya boleh lah. Nanti kita atur waktu."

"Ya ampun, Mas. Makasih banyak loh udah mau ngajarin."

"Santai aja kaliㅡ"

Drtt

Drtt

"Sebentar ya, Mama saya nelpon."

"Halo, Ma."

"Dimana? Pulang dulu bentar bisa gak? Mau fitting baju buat nikahan kakak sepupu kamu. Inget kan, Mal? Kamu jadi groomsman nya loh."

"Harus banget sekarang, Ma? Aku lagi nganter orang."

"Sekarang, Mal. Mau kapan lagi? Lusa udah acara nikahannya."

Jamal melirik Alika sebentar, "Yaudah."

"Oke, Mama tunggu."

Tut

"Kenapa, Mas?"

"Saya harus pulang." Jamal menatap Alika tak enak.

"Oh, kalo gitu turunin saya di depan aja. Nanti saya pulang sendiri."

Ideal Type || Jaerose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang