ㅡ 09. Neun

1.1K 172 0
                                    

Happy reading!!!


"Lo siapa?"

Lelaki bertubuh jangkung tersebut meneliti orang di depannya dari atas sampai bawah. "Harusnya gue yang nanya gitu. Lo siapa? Ngapain malem-malem dateng ke rumah cewek? Mau macem-macem lo?"

"Ngaca. Lo juga ke rumah cewek malem-malem. Jangan-jangan lo kali yang ada maksud terselubung."

"Emang, iya."

Jamal melotot, "Woy, mau ngapain lo?!" Ia menarik kerah baju Johnny yang kini sedang membuka pintu rumah tersebut.

"Lepas anjir!"

"Gak, gak bakal! Lagi lo bisa dapet kunci itu dari mana?! Lo mau maling ya?!"

"Gila! Mana ada maling buka pintu pake kunci? Udah dibobol kali!"

Jamal terdiam, iya juga sih. Batinnya.
"Terus lo mau ngapain?"

"Mau masuk lah. Pake nanya lagi!"

"Dih sinis amat. Santai aja dong ngeliatnya!"

"Bacot."

"Heh, main masuk aja! Alikanya gak ada!"

"Tau dari mana kalo dia gak ada?"

"Gue udah sejam disini manggilin dia, gak keluar-keluar orangnya. Mobilnya juga gak ada."

"Emang." Johnny tersenyum miring, "Orangnya sama gue." Ia menghampiri mobilnya yang masih terparkir di luar.

Jamal sampai menganga kaget melihat Alika yang digendong keluar oleh Johnny. "Kok dia bisa sama lo?!"

"Ya bisa lah!" Saut lelaki itu seraya membaringkan tubuh Alika di sofa.

"Kalian abis dari mana? Berdua doang? Mobil Alika mana?"

Johnny berdecak, "Banyak nanya."

Jamal mendelik. Dia kan pacarnya gadis itu, wajar dong kalo penasaran? Apalagi tadi, Johnny menggendong tubuh Alika, padahal Jamal saja baru sebatas pegangan tangan. Apa-apaan ini? Jamal kan juga mau. Eh?

"Eunghh..." Gadis itu melenguh seraya memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Haus gak? Gue ambil minum ya." Alika hanya mengangguk.

Jamal terdiam memandang gadis itu. Haruskah ia bertanya langsung?

"Eumm, lo gapapa?" Alika meliriknya sekilas, lalu memijat kepalanya lagi dengan jari.

"Perlu gue bantu?" Tawarnya.

"Gak usah."

"Oh, oke."

"Hoek!" Alika buru-buru berlari menuju kamar mandi bersama Jamal yang ikutan panik.

"Hoek... Hoek..."

Jamal membantu memegangi rambut Alika agar tidak terkena muntahannya. "Berapa banyak kamu minum?" Lelaki itu dapat mencium bau alkohol yang begitu menyengat.

"Gak tau, lupa.... Hoek..."

"Muntahin aja kalo masih mual."

Akhirnya setelah beberapa kali muntah, tubuh Alika melemas. Untung saja ada Jamal yang menumpunya dari belakang.

"Udah?"

Gadis itu mengangguk, "Bawa gue ke kamar."

Jamal memapah tubuh ramping itu. Diam-diam ia tersenyum kesenangan karena ada kesempatan juga. Jamal gak mau kalah sama si Johnny.

"Nih minum." Johnny datang membawa segelas teh hangat dan minyak angin.

"Btw, makasih." Ujarnya pada Jamal sebelum menegak habis teh tersebut.

Ideal Type || Jaerose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang