Happy reading!!!
"Assalamualaikum," Lelaki itu baru saja sampai rumah sore hari, setelah mengurusi beberapa kerjaan di kantor.
"Walaikumsalam. Baru pulang, Mal?"
Jamal mengangguk seraya menghampiri sang Papa yang sibuk dengan ponselnya. "Udah bapak-bapak masih aja dengerin lagu galau, kayak anak muda aja."
"Musik itu gak mandang umur. Mau tua kek, mau muda kek, ya suka-suka lah." Nasehat Papa Suho. "Kamu bilang apa tadi? Bapak-bapak? Sorry ya, Papa tuh masih muda."
"Terus apa dong? Kakek-kakek?"
"No, no, enak aja! Makin tua dong itu. Om-om."
"Sugar daddy gitu?" Suho mengangguk.
"Ngangguk lagi nih om-om," Jamal menggeleng. "Ma! Mama! Katanya Papa sugar daddy!"
"Heh, Mal! Sutttt, diem, heh! Jangan bilang-bilang Mama dong."
"Ma! Ma! Papa jadi sugar daddy nih!" Jamal berteriakㅡmengadu pada sang Mama yang sepertinya berada di kamar.
"Bercanda, heh! Nih, nih." Suho mengeluarkan dompet tebal miliknya. "Tuh ambil, uang tutup mulut."
"Yah, kurang ini mah. Masa dua lembar doang?"
"Ealahh, ngelunjak kamu."
"Maㅡhmphh!" Mulut Jamal dibungkam dengan beberapa lembar uang merah.
"Tuh, Papa tambahin! Diem kamu, gak usah ngoceh-ngoceh ke Mama."
"Nah, gini kan cakep!" Ya walaupun Jamal udah punya penghasilan sendiri, tapi tetep aja kalo dikasih gak nolak. Siapa sih yang nolak dikasih uang?
"Kenapa manggil?" Irene datang tiba-tiba seraya membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Gak, gapapa."
"Tadi Mama denger sugar daddy gitu. Siapa yang sugar daddy? Papa?" Suho udah ketar-ketir.
Sementara Jamal berpura-pura bingung, "Hah? Oh ituㅡsi Papa sugar candy! Nah iya, sugar candy! Kebanyakan makan permen katanya. Marahin tuh Ma, udah tua juga. Nanti diabetes lagi."
Suho menghela napas lega. Untung aja anaknya itu bisa diajak kerjasama. "Dikit doang, Ma. Kangen makan yang manis-manis. Tapi sekarang gak lagi, kan udah ada Mama yang manis."
"Et, si om-om, bisa aja gombalnya." Gumam Jamal. "Btw, Mama mau kemana udah rapi?"
"Mau bantu ngurus acara buat nikahan sepupu kamu besok. Oh iya, Alika juga diundang."
"Kok bisa?"
"Iya, Mama yang minta. Pa, anterin Mama ayuk. Cepet!" Irene melempar kunci mobilnya pada Suho. "Lo yang nyetir ya! Supir lagi pada gak ada."
Seperginya Suho dan Irene, Jamal menuju lantai atas untuk ke kamarnya. Namun ada yang aneh, lampu dan AC-nya menyala, juga terdengar suara televisi dari dalam. Seingetnya terakhir itu semuanya mati.
Terus siapa yang nyalain dong?
Ceklek
"Loh, kok sepi? Gak ada orang tuh." Jamal mengendap, takut-takut kalo ternyata ada maling di kamarnya.
"Sambala sambala bala sambalado
terasa pedas, terasa panas~""Sambala sambala bala sambalado
mulut bergetar, lidah bergoyang~""Itu suara siapa lagi yang nyanyi?" Asal suaranya sih berasal dari dalam kamar mandi.
Ceklek
"ASTAGA SETAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Type || Jaerose ✔
Fiksi Remaja[ C o m p l e t e ] "Sesuai aplikasi ya, Mba?" Pertemuan Alika dengan Jamal si driver taksi online. Berawal dari ponsel tertinggal, hingga pengakuan gadis itu tentang hubungan mereka, membuat sang Mama mengira bahwa Alika dan Jamal menjalin hubung...