ㅡ 12. Zwölf

978 162 4
                                    

Happy reading!!!


Lelaki itu memarkirkan mobilnya di depan sebuah minimart. "Lo turun gih, beli minum." Ia menyuruh sang sepupu seraya memberikan selembar uang berwarna biru.

"Okay sip!"

"Mba, mbanya kenapa? Pusing?"

Alika masih senantiasa memegang kepalanya. "Gak...jangan tinggalin gue..." Bayang-bayang masa lalu masih saja menghantuinya.

Juan mengerutkan keningnya bingung, "Gak kok, saya disini. Emangnya siapa yang mau ninggalin, mba?"

"Maaf, maafin gue. Gue gak bisa nolong lo, maaf." Gadis itu menunduk, ia mencengkram tangannya sendiri. "Gue gak bisa bantu lo, gue bodoh, gue lemah. Maaf...hiks."

"Mba, mbanya gapapa?" Juan memegang bahu gadis itu, namun segera ditepis kasar.

"Kamu gak kenal saya! Jangan pegang-pegang! Pergi! PERGI!" Alika histeris. Ia memundurkan tubuhnya hingga membentur kaca mobil.

"Mba, mba tenang dulu...."

"NihㅡLO APAIN DIA, BANG?!" Sakala yang baru balik ke mobil setelah selesai membeli minum, dibuat kaget melihat kondisi Alika yang menangis histeris.

Juan menggeleng panik, "Gak sumpah, bukan gue. Orang tiba-tiba histeris sendiri."

"Aduh gimana ini, gue juga gak tau caranya nenangin perempuan nangis." Sakala ikut panik dibuatnya.

"Telepon bang Jamal!"

"Ngapain telepon dia?"

"Ya siapa tau aja dia ngerti cara nenangin perempuan."

"Lah, dia aja masih jomblo bang, mana ngerti." Sakala membuka ponselnya, bukan untuk meminta bantuan Jamal, melainkan mencari 'tutorial menenangkan perempuan yang sedang nangis' di internet.

"Dah lah, biar gue aja." Juan tetap kekeuh untuk menelpon Jamal dan memintanya datang. Bisa atau tidaknya, urusan belakangan.

Yang penting jika terjadi apa-apa, bukan hanya mereka berdua saja yang menjadi saksi.

"Di gugel katanya, coba berilah kehangatan dan kenyamanan melalui pelukan." Ujar Sakala membaca apa yang ia temukan di internet.

"Boro-boro meluk, gue nyentuh bahunya aja udah ngamuk tadi."

Sakala menoleh untuk mengecek keadaan Alika lagi, "Lah, dia tidur. Eh, apa pingsan?"

"Udah, kita bawa dia ke apart-nya bang Jamal aja. Orangnya gak bisa dihubungin."


*****


Tok!

Tok!

Tok!

"Ada orang gak sih?!"

Bugh

Sakala menendang kaki Juan pelan, "Pegel gue kelamaan gendong nih cewek! Udah langsung dobrak aja!"

"Rusak nanti pintu orang!" Juan mendengus kemudian memasukan beberapa digit angka.

Ceklek

Sakala melotot, "Itu lo tau password-nya! Kenapa gak dari tadi ogeb?!"

"Heheh, gue lupa kalo gue tau."

Setelah pintu terbuka, Sakala membaringkan tubuh Alika di sofa, sementara Juan menghampiri Jamal yang tertidur di kasur miliknya.

Ideal Type || Jaerose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang