ㅡ 05. Fünf

1.4K 227 2
                                    

Happy reading!!!

Alika tergesa-gesa memasuki mobil putih yang sudah bertengger sedaritadi di kawasan rumahnyaㅡsebab sang pemilik mengancam akan meninggalkannya karena sudah menunggu selama hampir 2 jam di rumah gadis itu.

"Gue dateng pagi, lo nya yang telat!"

"Sorry kak, semalem gue ketiduran. Jadi lupa ngerjain tugas." Balas Alika seraya mengecek tasnya, ada barang yang tertinggal atau tidak.

"Udah kan gak ada yang ketinggalan?" Tanya Jissyㅡsebab sepupunya ini kadang ceroboh. "Jangan pas udah sampe kampus lo baru sadar kalo gak pake sepatu!"

Alika cengengesan. Ia sedikit merasa maluㅡpasalnya apa yang dibilang Jissy itu benar. Dulu ia pernah lupa tidak memakai alas kaki karena terburu-buru dan baru menyadarinya saat mereka sudah sampai di kampus.

"Gue rasa kalo itu kepala gak nempel sama badan, pasti bakal ketinggalan juga!"

"Yeu! Gak gitu juga kali! Serem amat."

Mobil pun melaju membelah jalanan kota pada pagi hari.

"Oh iya, gue mau nanya!"

"Apa?" Saut Alika seraya memakan roti sandwich yang Jissy buatkan untuknya tadi saat menunggu gadis itu bersiap.

"Cowok yang kemaren itu beneran pacar lo?"

Gadis itu terdiam. Gimana ini? Gak mungkin kan kalo dia bilang 'iya'? Tapi gak mungkin juga kalo dia bilang 'enggak'. Itu sama aja ngebongkar rahasia pacaran pura-pura mereka.

"Heh? Kok ngelamun? Beneran gak sih?"

"Emangnya kenapa?" Gadis itu malah bertanya balik.

"Ya gapapa sih. Cuma aneh aja gitu."

"Aneh? Kok aneh?"

"Setau gue lo kan gak lagi deket sama cowok. Terus juga, bukannya lo yang bilang sendiri gak percaya sama yang namanya cinta? Gimana sih? Udah berubah sekarang?"

Alika terdiam lagi. Gadis itu menerawang beberapa waktu ke belakang saat ia berkata demikian. Soal pendapatnya tentang cinta.

"Eumm, tapi kan cinta bisa tumbuh kapan aja? Gue nyaman juga kok sama dia. Suatu hubungan gak cuma soal cinta, tapi juga harus ada komitmen di dalamnya agar hubungan itu tetap berjalan."

"Jadi, lo udah seyakin itu sama dia? I meanㅡAl, dia bisa nyembuhin luka lo?" Jissy menatap penuh kepada sang sepupu. Kebetulan juga sedang lampu merah.

"Entah. Mungkin dia gakㅡbelum bisa nyembuhin luka secepat itu. Tapi I trust him. Untuk sekarang gue mau ngejalanin dulu sama dia, pelan-pelan."

Mampus, boong gue udah sejauh ini anjir. Ya Allah, ampuni dosa hamba. Batin Alika.

Terlihat raut tak yakin dari wajah Jissy. Gadis itu masih menerka-menerka apa yang sebenarnya Alika pikirkan. Bagaimana bisa seseorang yang tak percaya dengan cinta, tak peduli dengan sebuah hubungan yang menurutnya hanya bisa menyakitiㅡtiba-tiba mengaku punya pacar? Mana pacarnya cakep pula.

"Al, sumpah deh gueㅡ"

Tin!

Tin!

"Jalan kak!"

Belum sempat gadis itu melanjutkan kalimatnya, lampu lalu lintas sudah berwarna hijauㅡmembuat sang empu mendengus karena ucapannya terpotong.

"Lo masih utang penjelasan sama gue!" Tekannya. Sedangkan Alika hanya diam saja seraya memikirkan jawaban serta alasan apa yang akan ia berikan nanti apabila Jissy mengintrogasinya.

Ideal Type || Jaerose ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang