Bookworm Boy | ChangLix

1.2K 50 7
                                    

Sudah beberapa kali ia bertemu dengan pria manis disudut perpustakaan yang asyik dengan bukunya. Pemuda manis dengan rambut sewarna bubblegum itu bahkan semakin manis dengan kacamata bundar di hidung mungilnya.

Ia hanya mampu menatap tanpa berani menyapa. Changbin takut untuk menyapa si manis itu. Apakah keberadaan nya akan menganggu si cantik itu.

Namanya Felix manis sekali bukan? Changbin memaksa penjaga perpustakaan untuk memberitahukan nama si manis itu dengan imbalan membelikan penjaga perpus satu lusin donat kesukaannya. Karena uang tak penting menurut Changbin.

"Permisi." Changbin merutuki suaranya yang bergetar terdengar terlalu bersemangat.

Mata bulat dibalik kacamata itu menatapnya. Rasanya kaki Changbin terlalu lemas dan tak mampu menahan senyumnya untuk merekah.

"Saya melihat anda membaca buku lama karya Shakespeare, benar?"

Si manis mengangguk.

"Bahkan mengangguk saja terlalu lucu," batin Changbin gila.

"Bukankah buku itu terlalu kontroversi?"

"Sepertinya hanya orang dengan pandangan sempit yang memandang buku ini kontroversi," balas si manis.

"Tapi buku itu menceritakan tentang hubungan sesama pria?"

"Bukankah cinta itu luas? Kenapa harus mempermasalahkan gender?" Si manis menatap tajam Changbin.

"Luas? Bagaimana?"

"Tuhan hanya menentukan hambanya untuk saling mencintai dan memilih pasangan mereka. Bahkan ketika Adam dan Hawa bersatu dalam cinta bisa saja Tuhan menciptakan Adam dan Adam karena cinta sangat luas," jelas si manis.

"Aku masih tidak mengerti, bukankah hal itu tabu?" Changbin ingin sekali mengecup bibir merah jambu yang sedikit manyun itu.

"Cinta sesama jenis? Iya bisa dibilang begitu. Bahkan aku sendiri masih tidak terlalu menerima hal itu," jawab si manis.

"Hah? Tapi kau terlihat menikmati bukunya dan mendukung hal itu?" tanya Changbin.

"Memang. Aku hanya tak mempermasalahkan hal apapun dan bagaimana nantinya gender apa yang menyukaiku," jawab Felix.

"Apakah saya boleh?"

"Ha?"

Kedua manik berbeda warna itu saling menatap. Senyum Changbin merekah saat melihat pupil mata si manis melebar.

Sarjana hingga gelar master psikolog yang ia punya tentu sangat berguna sekarang. Reaksi si manis memberikan rasa kupu-kupu diperutnya. Senyum Changbin berganti kekehan.

"Anda--"

"Saya menyukai anda. Bahkan sejak pandangan pertama. Saya selalu memperhatikan anda yang membaca buku-buku bertema berat seperti sekarang dan anda benar-benar manis saat menikmati dan jatuh ke dalam alur cerita."

Diantara sinar keemasan mentari sore yang masuk melalui jendela dan menabrak wajah cantik Felix. Changbin dapat melihat semburat merah muda di pipinya.

"Anda sepertinya tidak mempermasalahkan siapapun yang mendekati Anda, namun saya rasa Anda sepertinya menjaga hati untuk seseorang. Apakah benar?" tanya Changbin.

Felix bergerak meremat sampul buku hingga buku-buku tangannya memutih. Tak Changbin sangka si manis ini pintar sekali menyimpan emosinya.

"Apakah saya orangnya?"

Kini manik sewarna madu itu melebar. Walaupun gerakan Felix terhitung kecil dan samar namun gelar master psikolog yang tertulis dibelakang namanya tak bisa dibodohi.

SkZ Story [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang