📖 Selamat Membaca 📖
Katakan saja dirinya aneh, nyatanya hatinya tidak sekuat dan setega itu pada orang. Hatinya ikut sakit sendiri saat mengatakan sesuatu yang tidak biasa dia katakan.
Katakan saja dia tidak memegang ucapannya tadi. Ia menghela nafasnya kembali. Menetralkan jantungnya yang berdebar cukup cepat. Ia menatap lamat pintu berwarna coklat di depannya.
Tangannya bergerak untuk mengetuknya.
Tok tok
Mulutnya kembali tertutup saat hendak bersuara. Apa dirinya kembali saja? Ia pun hendak beranjak tetapi suara pintu berderit membuatnya terdiam ditempatnya.
"Naura?" suara tersebut terdengar ragu memanggilnya. Gadis itu membalikkan badannya pelan, ia mendongakkan kepalanya.
"Kenapa tidak ikut makan?" tanyanya dengan gerakan kaku. Lelaki yang mendapat pertanyaan itu merasa tak percaya dengan hal barusan. Naura menanyakannya?
"Aku akan makan setelah mu," ujar Aksa seperti biasanya. Lelaki itu menatap lamat gadisnya di depan matanya. Jantungnya berdegup kencang tanpa gadis itu tahu. Selalu seperti ini, Naura itu magnet. Selalu saja menariknya.
"Kamu tuan rumahnya, tidak sopan rasanya jika tamu yang makan duluan. Lupakan saja perkataan ku tadi, anggap saja angin lalu." pinta Naura menatap arah lain. Dirinya sedang berusaha kuat untuk mempertahankan diri agar tidak menjadi gengsi. Lagian ini juga salahnya.
Hening
Aksa tidak tahu harus berkata apa. Lelaki itu masih mematung. Diluar dugaan, ini sangat membahagiakan untuknya.
Aku tahu Naura tidak bisa setega itu, hatinya terlalu lembut. Masih sama seperti kecil dulu. Sudut bibir Aksa sedikit terangkat. Lelaki itu tak kuasa menahan kedutan senyum yang ingin mengembang hanya karena ucapan gadisnya.
"Kalau mau tersenyum, senyum saja jangan ditahan." itu suara Naura ketika matanya menangkap kedutan senyum tertahan. Gadis itu juga sebenarnya malu sendiri. Ia lantas membalikkan badannya tetapi cekalan ditangannya menahan tubuhnya.
"Katakan kalau kamu tidak melupakanku, kamu mengingatku Naura!" pinta Aksa tiba tiba. Matanya saling menatap satu sama lain.
Mata hitam Naura tampak mencari objek lain. Tangannya memberontak pelan.
"Ayo jawab Naura!" desaknya.
"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan itu. Aku jelas tidak mengenalmu." lugas Naura menatap Aksa yang tatapannya sangat datar itu. Gadis itu bergidik ngeri melihatnya.
"Aku bisa melihat kebohongan di matamu, Sayang." ucap Aksa lembut.
"Lepaskan aku, Aksa!" Naura menarik tangannya tetapi tidak bisa.
"Kita akan tetap seperti ini jika kamu tidak mau jujur padaku." putusnya.
Mata Naura melebar cepat. "Kamu gila! Kamu saja yang berdiri aku tidak mau, lepaskan tanganku!"
"Katakan atau---" mendekatkan wajahnya pada Naura. Mendadak gadis itu ketakutan, ia memundurkan kepalanya. Hidungnya hampir menyentuh hidung lelaki tampan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAVAGE BOY
Teen FictionRomance - teenfiction Keretakan dalam hubungan yang audah terjalin sejak kecil. Di sebabkan karena kesalahpahaman. Keegoisan yang ingin menginginkan, dan kesabaran yang Aksa pertahankan. Mulai: 20 September 2022