MY SAVAGE BOY - 3

1K 67 1
                                    


Setelah menemui tamu tadi. Aksa segera beranjak ke kamar gadisnya lagi. Pria itu tersadar kemungkinan tangan gadisnya sakit akibat tarikannya tadi.

Hatinya terasa nyeri sendiri ketika berpikiran kalau Naura kesakitan sekarang. Tanpa mengetuk pintu Aksa langsung masuk ke dalam kamar bernuansa pastel tersebut.

Dan tanpa harus bertanya lagi, Naura tau siapa yang masuk ke dalam kamar ini tanpa mengetuk pintu. Aroma maskulin lelaki itu menyeruak masuk ke indra penciumannya. Dua hari berada disini sudah bisa membuatnya menebak beberapa situasi seperti saat ini.

Ia adalah Naura, gadis dengan dress berwarna coklat itu baru saja tersadar dari lamunannya menatap kosong balkon yang udaranya terasa sejuk.

Dirinya sedikit gemetar karena pira itu datang tiba tiba. Tetapi ia tak mau terlihat ketakutan sama sekali. Ia ingin terlihat berani.

Sampai kemudian ia merasakan seseorang memeluknya dengan lembut. Gadis cantik itu berdiri dengan tubuh menegang. Pandangan mata tajam Aksa turun melihat pergelangan tangan gadisnya yang ia khawatirkan. Ia melarikan kedua tangannya dari perut ke arah tangan yang bertaut itu.

"Maaf, aku melukaimu." ujar Aksa lebih lembut dan terdengar penuh sesal. Tapi nada tegasnya masih ada.

Aksa membalikkan badan Naura, gadis itu tak bergeming. Aksa menaikkan pandangannya pada mata hitam Naura yang meneduhkan. Ia membawa tangan itu didepan bibirnya lalu meniupnya.

"Apa tujuan kamu, sebenarnya? Kenapa kamu bawa aku ke sini! Orang tua sekarang pastinya mencari aku, tolong lepaskan aku, sebelum mereka berhasil menemukanku dan kamu di penjara!"

Ia masih menunduk menatap pergelangan tangan mungil yang ia genggam oleh tangan besar miliknya. "Itu tidak akan terjadi!"

"Kenapa tidak?! Kamu sama saja telah menculik ku!" sarkas Naura.

"Lelucon!" tukas Aksa. Mana mungkin Naura tidak mengenalnya. Apa selama 20 tahun ini usahanya akan sia sia hanya karena ucapan yang bisa saja dibuat agar ia bisa melepaskannya.

"Kemarin kamu bilang kita pernah bertemu, mungkin saja itu salah!" ucap Naura.

"Bukan salah, tapi kamu menyangkal pertemuan itu Naura." tegas Aksa.

***

Ceklek

Suara knop pintu ditarik menimbulkan bunyi dering kecil di suasana kamar yang sunyi ini. Bisa jelas dilihat seseorang didalam selimut tebal itu masih terlelap dengan lampu yang terang.

Gadis itu tidak bisa tidur dengan lampu mati. Karena memiliki phobia gelap. Ia melangkah pelan menuju ranjang besar dengan selimut berwarna pastel.

Kasur berukuran besar itu bergoyang pelan. Seseorang baru saja menjatuhkan dirinya duduk di sana.

Ia bisa melihat mata gadisnya sedikit bengkak. Mungkin karena sedikit perdebatan semalam yang membuatnya menangis sampai tertidur begini. Memikirkan itu membuat Aksa sedih. Kenapa gadis ini selalu menyangkal.

Huh, tidak mau meneruskan pikirannya yang akan membuat buruk moodnya. Ia pun memilih mengamati gadisnya.

Siapa yang tidak tahu Aksa, lelaki berusia dewasa itu sudah memiliki perusahaan besar sendiri. Berdiri dibawah kakinya sendiri dalam membangun bisnis itu. Ia belajar dan belajar sampai bisa mendapatkan hasil yang ia rasakan sekarang.

MY SAVAGE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang