Assalamualaikum
Warahmatullahi WabarakatuhSelamat Membaca
20 menit telah berlalu dan gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya pun mondar mandir tidak jelas sejak tadi. Ia mengguman sesekali menggerutu pada tindakan Aksa padanya.Ia melirikkan matanya pada lelaki tampan yang duduk di sofa singlenya dengan tatapan biasa saja melihatnya kebingungan. Oh pasti lelaki itu sangat senang dia diambang kebingungan.
Naura mendesis rasanya ingin menjambak keras rambut hitam Aksa. "Mau sampai kapan kamu seperti itu?" pertanyaan yang meluncur dari mulut Aksa menghentikan gerakan gadisnya.
"Mau sampai kapan juga kamu masih disini? Aku tetap tidak mau menjauhi Kevin. Dia temanku," ujar Naura tegas.
Aksa menatap gadisnya cukup lama. "Berarti kamu pilih opsi kedua, kan?"
"Enggak dua-duanya." tolak Naura menyadari opsi kedua mengenai sekolahnya. Ia tetap mau bersekolah.
Melihat Aksa berdiri dan berjalan mendekat padanya hal itu membuat Naura waspada. "Kamu menyukai, Kevin?" tanya Aksa suaranya sangat dingin dan datar. Ketahuilah saat ini lelaki itu sedang cemburu. Hatinya merasa linu mendengar gadis itu enggan menjaga jarak dari Kevin.
"Enggak," balas Naura sedikit menyentak. Dia memang tidak menyukai Kevin, tapi dia sayang sebagai teman. Bagaimana pun juga lelaki remaja berusia yang sama dengannya telah menjadi temannya sejak kecil sampai sekarang.
Lelaki itu juga ikut menjaganya. Selalu ada untuk Naura.
Aksa mencoba menyelami bola mata indah itu. "Lalu, kenapa kamu tidak mau menjauhinya? Naura, aku sedang merasa cemburu sekarang." jelasnya.
Gadis berambut panjang itu tidak bisa menjawabnya. Ia diam dengan kedipan gugup. Berada di jarak dekat Aksa terkadang membuatnya jantungnya berdebar yang ia sendiri tidak ketahui sebabnya.
"10 menit lagi gerbang sekolah di tutup, dan opsi yang kamu pilih adalah pertama. Jadi?"
"Enggak pilih dua-duanya, aku tetep mau sekolah."
Seakan tidak peduli. Aksa berjalan ke arah pintu menekan angka digit, melihat itu, Naura menyambar tasnya dengan cepat dan berdiri di sebelah Aksa yang baru saja selesai menekan angka.
Naura menahan Aksa yang memegang gagang pintu yang sudah terbuka sedikit. Tatapan mereka bertemu. "Anterin aku, sekolah."
"Tidak, bisa." tolak Aksa. Kembali menarik pintu tetapi lagi lagi Naura menahannya.
"Aksa, kamu cuma ngasih aku pilihan jauhin Kevin kalau nggak aku enggak sekolah, tapi setelah aku pikir pikir itu bukan pilihan. Dua-duanya merugikan aku. Jauhin Kevin atau cabut hak sekolah."
"Kalian sama-sama temanku, kalian dulu juga pernah bermain bersama." imbuhnya.
"Aku tidak menginginkan pertemanan, tapi cinta." tegas Aksa lelaki itu langsung membuka pintu lebar lebar. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan Naura menerobos keluar dan berlari cepat.
Melihat itu Aksa hanya mendesis, kesabarannya di uji sekali. "Naura!" Gadis itu benar-benar keras kepala. Larinya begitu kencang, terasa jika gadis itu ingin pergi sekolah.
Dua maid yang lewat di depan pintu utama menatap heran pada kesayangan tuan mudanya yang lari kencang. Ketika salah satu maid mendongak, ia melihat Aksa berjalan pada undakan tangga.
"Tutup pintunya!" titah tegas dari Aksa mengejutkan ketiga perempuan itu. Naura menggelengkan kepalanya pada dua maid tersebut. Tetapi bukankah mereka harus menuruti tuan mudanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAVAGE BOY
أدب المراهقينRomance - teenfiction Keretakan dalam hubungan yang audah terjalin sejak kecil. Di sebabkan karena kesalahpahaman. Keegoisan yang ingin menginginkan, dan kesabaran yang Aksa pertahankan. Mulai: 20 September 2022