📖 Selamat Membaca 📖
"Naura.." jantungnya berdetak tak karuan. Telinganya mendengar suara lembut yang setiap hari selalu memberikan ceramah seperti orang tua pada umumnya.
Detik itu juga ia membalikkan tubuhnya. Mata hazel yang indah itu membulat, pupilnya membesar. Hatinya berdesir,"Mama?!" gumamnya tak menyangka.
Tak mau berlama-lama gadis cantik itu berlari memeluk erat tubuh yang selalu memberikan kehangatan untuknya. Air matanya langkah tumpah seketika. Ia semakin mengeratkan pelukan itu seakan-akan bisa terlepas dengan cepat.
"Mama... Naura rindu!" suaranya serak, menangis. Hanya itu yang kini bisa dilakukan.
Tak berbeda jauh dari Naura, Ratih, wanita paruh baya berusia 30 tahunan ke atas ikut menangis. Ia seperti merasakan tumpukkan rindu yang selama ini putri tersayangnya pendam. Satu bulan lamanya mereka tidak bertemu. Ia hanya mendapatkan kabar saja dari Aksa.
Bahkan kediaman mansion pria itu sangat sulit untuk dilacak. Hingga tiba-tiba sore tadi, sebuah mobil Alphard putih memasuki pekarangan rumahnya. Seorang sopir datang dengan memberikan sebuah pesan mengundang Deni dan Ratih makan malam bersama dikediaman Aksa.
Antara keheranan dan senang, mereka rasakan. Tetapi karena ia merindukan dan sangat ingin bertemu putrinya, mereka akhirnya datang dengan mobil Alphard itu.
"Kamu baik-baik saja, kan, Nak?" tanya Ratih suaranya pun ikut serak. Ia mengusap air matanya cepat.
"Aku enggak, baik-baik aja. Aku mau pulang, Ma." jelas Naura. Raut cemas terpancar dari wajah ayu yang belum terlihat menua itu.
"Kamu disakiti? Kamu diapakan, Nak? Bilang sama Mama!" tegas Ratih meneliti keadaan putrinya. Matanya bergulir ke atas sampai bawah.
"Bukan, Aksa tidak menyakitiku. Tapi aku tidak baik-baik saja, disini. Aku ingin pulang dan sekolah, aku mau seperti dulu."
***
"Aku tidak menyangka, kamu akan membawa kami ke mansionmu." terang Deni, Papa dari Naura. Pria paruh baya tersebut terlihat masih tampan juga. Meski umurnya hampir menginjak angka 4.
"Seburuk, itu, saya?" Aksa menatap pria itu tak gentar. Dirinya tidak kalah gagah, dan berwibawa diusia muda.
"Bukan, kamu tidak seburuk itu." bantah Deni.
"Silahkan diminum," Aksa menunjuk sebuah kopi hitam di atas meja ruang tengah itu. Deni meminumnya sebagai bentuk menghargai.
"Masih muda, kaya, tampan. Apa yang kurang dari mu? Sampai terus menerus bertahan ditengah kesakitan, kenapa kamu menyukai putriku?"
Aksa mendengus smirk, ia buang arah mukanya. "She's special."
"Hanya itu?"
Pria itu berusaha bersikap setenang mungkin. Sebuah airpods pada telinga kirinya membuat pikirannya terbagi.
"I really love her, lebih dari yang Om tahu."
"Om tidak mau memaksa putri sendiri untuk menerima dirimu, Om hanya akan memberi pengertian pada Naura." ucap Deni tegas.
Menatap Aksa dengan tatapan seorang Ayah pada anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAVAGE BOY
Teen FictionRomance - teenfiction Keretakan dalam hubungan yang audah terjalin sejak kecil. Di sebabkan karena kesalahpahaman. Keegoisan yang ingin menginginkan, dan kesabaran yang Aksa pertahankan. Mulai: 20 September 2022