📖 Selamat Membaca 📖
Sorot matahari memasuki celah celah gorden berwarna putih tersebut. Rupanya matahari pun ingin ikut melihat wajah rupawan seorang gadis yang memiliki alis cukup tebal, bibir tipis sedikit terbuka saat tidur.
Bulu matanya tak kalah cantik dari sebuah bulu merak indah. Begitu lentik, melengkung, sangat sangat begitu pas untuk mata yang besar.
Menyingkirkan uraian rambut yang menjuntai menghalangi sebagaian wajah cantik si empu. Sedikit terusik, gadis itu bergerak kecil nampak menghindar dari sapuan tangan yang ia belum sadari siapa pelakunya.
Perlahan lahan terbukalah mata itu, berkedip beberapa kali menetralkan penglihatannya. Ia mengangkat satu tangan kirinya dan menggeliat kecil meregangkan otot ototnya yang kaku.
Tap
Tertangkaplah tangan itu ketika hampir membentur nakas disampingnya. Ia pegang dan simpan kembali ke sisi tubuh gadis itu. Melihat bekas kemerahan yang melingkar pada tangan itu membuat rasa bersalah dan cemas bercampur secara bersamaan.
Ia tegakkan tubuhnya untuk mengambil sebuah kotak p3k di sisi lemari yang pendek yang berjarak dengan sofa single.
Sreg
Grebb
"Lepasin, lepasin aku!" ucapnya setengah berteriak. Tubuhnya berada dalam kungkungan seseorang saat ia berniat memukulnya dengan vas bunga ditangannya. Namun apa daya, insting yang dimiliki orang itu cukup kuat. Itu sepenuhnya bukan karena insting, tapi seseorang itu melihatnya dari bayangan di belakang tubuhnya.
"Jangan buat tenaga mu habis, aku tidak akan melukai mu." jelas seseorang itu dengan suara beratnya. Yang tak bukan adalah Aksa Naresha. Pemilik perusahaan yang di hormati dan segani.
"Aku tidak peduli, lepasin aku!" jeritnya membuat kebisingan pada ruangan yang tadinya senyap. Aroma kamar ini menyesukaikan kesukaan gadis itu.
Dirinya terus memberontak, Aksa mengambil vas bunga itu dan melemparnya begitu saja. Gadis itu terkejut dikungkungannya. Tak berkutik sedikit pun, embun dimatanya kini terlihat jelas. Menandakan gadis itu tidak baik baik saja. Takut, gadis itu takut dengan kekerasan.
Aksa mengambil nafasnya pelan lantas menatap Naura, gadis yang ia cintai sejak kecil. Ia jaga, ia lindungi, dan gadis itu adalah gadis pertama yang membuat Aksa bisa menjadi sosok yang peduli, lembut, tapi hanya Naura yang bisa mendapatkan itu.
Sisi lainnya hanya Naura yang tahu. Didepan orang lain sifat Aksa sangat dingin, kejam, aurranya begitu menakutkan. Itu kenapa semua orang hampir takut padanya. Takut membuat masalah dengan pemilik perusahaan besar itu.
"Maaf, Aku membuat kamu takut." ucap Aksa lembut, merapatkan pelukannya pada tubuh gadis yang memiliki tinggi 158. Dirinya yang 180 tentu sangat jauh dari gadis itu.
"Kamu siapa?" tanyanya dengan suara yang hampir hilang karena menangis. Keningnya mengernyit bingung dengan pandangan kosong menatap lantai.
***
Dengan perasaan bingung ia menatap teliti pada balutan kain kasar yang di gunakan menutupi bekas kemerahan karena ikatan tali kemarin pagi.
Pandangannya menerawang kebelakang. Sampai suara decit pintu sedikit mengejutkannya. Dua maid datang membawakan dua nampan berisi makanan minuman juga dessert.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAVAGE BOY
Teen FictionRomance - teenfiction Keretakan dalam hubungan yang audah terjalin sejak kecil. Di sebabkan karena kesalahpahaman. Keegoisan yang ingin menginginkan, dan kesabaran yang Aksa pertahankan. Mulai: 20 September 2022