MY SAVAGE BOY - 9

387 27 2
                                    

📖 Selamat Membaca 📖


Ayo kita mulai rajin komen dan vote gais.

"Aku bisa kasih kamu waktu untuk melepas rindu dengan orang tua mu, mau?" pandangan mata yang indah, langsung tertuju pada seorang lelaki berusia matang mengenakan piyama tidurnya.

Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Lelaki itu memang terbiasa bangun pagi setiap harinya. Selain faktor tidak bisa tidur, begadang, juga karena memang ia sudah terbiasa sejak beberapa tahun lalu.

Awal ia bangkit dari rasa hancur. Mulai berproses menjadi orang yang berwibawa, dan bisa melindungi orang yang ia sayang.

Awalnya Aksa hendak mengambil sebuah minum di dapur. Tetapi kamarnya melewati kamar warna pastel. Kakinya secara otomatis berhenti bergerak. Seakan akan ada magnet yang memaksanya untuk menarik gagang pintu itu.

Seorang gadis cantik dengan tubuh sangat proporsional itu masih mengenakan dress semalam.

Tatapan Aksa tak bisa lepas dari wajah bantal Naura yang terlihat sangat sangat cantik.

"Aku mau!" serunya cepat. Gadis itu benar benar merindukan orang tuanya. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu bahkan mendengar suara cerewet Mamanya.

Naura lantas berlari menghampiri Aksa yang jauh lebih tinggi dari dirinya. Bulu matanya berkedip dua kali, saat itu juga jantung Aksa benar benar tidak kuat berdebar sangat kencang.

"Aih," dengusnya samar sembari memalingkan wajahnya ke kanan.

"Jadi atau tidak?" tanya Naura mengingatkan. Alisnya menukik ke atas melihat raut wajah lelaki itu yang malah membuang muka.

"Iya, tapi nanti. Aku akan mengambil air dulu." ucapnya segera berbalik tetapi tangan lembut seseorang menahannya.

"Kenapa tidak sekarang saja, aku mau sekarang!" tuntutnya.

"Tapi aku haus, aku harus minum dulu." ucapnya berbalik.

"Ya udah, kemarikan ponselnya aku bisa menelponnya sendiri, kok!" tegasnya menuntut tangannya sudah tak lagi menahan Aksa tetapi berada di depan wajah Aksa.

"Kalau tidak bisa menunggu ya sudah, tidak akan aku biarkan kamu menelfon orang tua mu." putus Aksa secara jelas, Naura membuka mulutnya tak percaya.

"Ya sudah! Silahkan saja!" Gadis itu berbalik lantas duduk di sisi ranjangnya. Aksa bisa melihat wajah kesal dari gadisnya.

Sudah pasti ia kalah dengan gadis itu, rasanya tidak tega melihat Naura sedih seperti ini. Aksa menghela nafasnya pelan. Lelaki itu mengambil ponselnya yang berada di saku celana piyama.

"Telfon saja, sepuasnya."

***

Sudah berulang kali matanya yang tajam menelisik satu tempat dimana ia duduki namun belum juga menemukan siluet berambut panjang hitam lurus, postur tubuhnya tak rata-rata orang Indonesia.

"Nina! Oka!" panggilnya terkesan datar.

Dua orang yang namanya di panggil itu langsing berdiri tak jauh dari hadapannya. "Iya, Tuan?"

"Dimana dia? Kenapa belum ada disini?" tanya Aksa tegas, sembari menelisik lagi.

"Nona tidak mau turun, kami sudah memintanya. Tetapi Nona bilang belum puas bertelefon dengan orang tuanya." jelas Oka menatap sekilas raut tampan tuan mudanya itu. Sungguh, Aksa memang sangat tampan.

"Ck!" Aksa berdecak. Lalu berdiri diikuti suara kursi dibelakangnya.

Rupanya lelaki itu mau menghampirinya,"1 jam lebih apa masih kurang?" gumamnya disela berjalan.

MY SAVAGE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang