1. Teman Adalah Musuh dan Pembawa Petaka

688 68 10
                                    

BAGIAN 1 : Namaku Kim Mingyu, lahir di Seoul pada tanggal 6 April 1997. Nama ayahku Kim Seogyu, dan nama ibuku Park Jiahn. Aku adalah anak tunggal yang dikelilingi oleh harta dan juga penghormatan. Tidak ada yang bisa membantah ucapanku kecuali ayah dan ibuku. Sifat aroganku bersembunyi lalu dapat membunuh siapa saja secara diam-diam. Apa pun yang terjadi di luar sana, namaku adalah Kim Mingyu. Jaga nama baik Kim Mingyu, karena yang orang tahu, aku adalah putra terbaik di masa depan.

🔷🔷🔸🔸🔷🔷

MINGYU MEMASANG TOPI lalu bercermin sebelum membuka pintu mobil. Berhenti sekali lagi untuk membenarkan posisi maskernya di pantulan jendela. Kesepuluh jari tangan direnggangkan. Dengan jelas dapat mendengar teriakan orasi dari puluhan orang mahasiswa yang berjejer rapi duduk di lapangan terbuka depan Rektorat Universitas Hanin. Tepat berseberangan dengan gedung fakultas ekonomi. Satu mahasiswa menghampirinya tepat di langkah ketiga, memberikan pamphlet berisi banyak poin protes pendemo hari ini; penurunan biaya semester karena tidak sesuai dengan sarana dan prasarana yang didapatkan, dan penurunan biaya administrasi surat kelulusan. Yang pada intinya, duit.

Mingyu tersenyum miris di balik maskernya lalu mengangguk agar pemberi pamphlet pergi dari hadapannya. Cukup berjalan beberapa langkah lagi, pamphlet itu diremuk dalam genggaman dan dibuang ke tong sampah. Uang memang segalanya. Bisa memanjakan, bisa membutakan, bisa memberi kebahagiaan yang tidak bisa diukur ketinggiannya. Tapi di lain sisi, uang juga neraka, setidaknya bagi Kim Mingyu, karena sudah membawanya masuk ke dalam masalah besar ini.

Kampus itu sudah sangat ramai. Sebuah efek dari fakta bahwa hari ini adalah hari pertama masuk dan memulai semester baru. Semua orang bersuka ria, terlihat jelas dari raut wajah mereka. Cahaya tawa sumringah mereka bahkan dapat dilihat hingga bermil-mil jauhnya meskipun bukan dalam artian sebenarnya. Mingyu memutar badan satu kali. Berusaha mengintip papan nama setiap ruangan demi menemukan letak ruang kelasnya. Semakin jauh, semakin menyipit pula kedua matanya. Ruang kelas hari ini adalah ruang keempat yang berhasil diterka.

Sebuah pesan masuk sebelum Mingyu duduk di kursi terbelakang dan terujung. "Hai, Kim Mingyu." Jelas pesan itu mengejeknya. Seolah-olah berbisik tepat di telinga sambil menahan tawa. "Kalau uangmu kurang, tidak perlu ragu untuk memintanya." Sekali lagi, pesan teks itu seolah mengeluarkan suara bernada ejekan. Benar, kan? Duit memang benar-benar benda pembawa kesialan dan hebatnya semua orang masih saja mendewakan.

Teman adalah musuh dan pembawa petaka, demikian adalah isi pesan yang sempat Mingyu terima usai melakukan pendaftaran ulang di Universitas Hanin. Tujuannya tentu saja agar dia tidak memiliki teman; tidak berteman dan tidak ditemani. Mingyu setuju, makanya dia tidak membantah dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan perintah. Teman memang pembawa petaka. Dari sekian banyak kejadian, kebanyakan buruk dan sedikit baik, temannya memang telah membawa petaka besar. Juga berdasarkan kejadian besar yang menimpa ayahnya. Teman sama sekali tidak bisa diandalkan dalam keadaan susah, dan datang dengan sendirinya dalam keadaan senang. Sialan memang.

Mingyu sudah berhasil menyelesaikan jadwal kuliah pertamanya. Masker dan topi kembali dipakai lalu secepat kilat meninggalkan ruang kelas, membiarkan mahasiswa dan siswi lainnya masih terlarut dalam sesi perkenalan. Kedua kaki Mingyu tanpa ragu masuk ke sisi kanan gedung fakultas lalu menaiki anak tangga, karena sebelumnya ia sudah pernah datang ke perpustakaan fakultas untuk mengambil kartu perpustakaan bersamaan dengan kartu mahasiswa. Dan di setiap langkahnya mengucap doa agar ruang itu tidak begitu padat mengingat masih ada waktu lima menit sebelum masuk jam istirahat.

Helaan napas keluar dari mulutnya begitu berdiri di ambang pintu. Satu orang, dua orang, tiga orang, terus menabrak pundak Mingyu karena sudah menghalangi pintu masuk. Mingyu keluar dan menghubungi seseorang. "Kirim uang buku," katanya, berusaha bicara sesingkat mungkin.

BAMBOOZLE (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang