22. Menggagalkan Rencana

166 31 10
                                    

"Kapan kita bisa bertemu?" Kali ini Jisoo mengirimkan voice note. Banyak berdoa sebelum menekan tombol send. Melonjak sendiri saat memutar ulang rekaman suaranya. Terdengar centil hingga rasanya Jisoo sangat ingin menghapusnya. Tapi, biarlah. Toh yang bisa mendengar rekaman tersebut hanya Seokmin. Sedangkan Seokmin sepertinya sudah kebal dengan suara Jisoo yang manja saat semasa kuliah dulu.

Sepuluh menit berlalu, wajah melonjak Jisoo tadi berubah menjadi masam. Bagaimana tidak? Jika dihitung berapa jumlah pesan yang belum juga dibalas, pasti tidak bisa dihitung dengan jari. Voice note tadi adalah salah satu taktik agar setidaknya membuat si penerima pesan merasa penasaran lalu membuka pesannya lalu mendengarkan.

Jisoo menyerah. Dengan penuh frustrasi gadis bermarga Hong itu mendongakkan kepala. Memandang langit yang begitu cerah. Sialnya langit hari ini seperti sedang menertawakan Jisoo, karena warna cerahnya sungguh berbanding terbalik dengan perasaannya. "Kalau seperti ini apa bedanya? Aku tetap tidak bisa berkomunikasi denganmu."

Setelahnya, Jisoo menutup kedua mata cukup lama. Sepoi angin yang berembus tipis membuat mata sedikit mengantuk. Taman belakang rumahnya juga nampak sangat sepi karena memang tidak ada orang lain selain dirinya sendiri, juga beberapa orang pekerja rumah yang sibuk dengan tugas masing-masing. Jisoo akhirnya memutuskan untuk beralih dari kursi dekat kolam renang, ke pendopo dan mengambil sebuah bantal yang tersedia di sana. Mengambil posisi ternyaman untuknya merebahkan diri. Mendapat posisi yang paling pas, barulah Jisoo coba mengecek ponsel genggamnya lagi. Gadis itu langsung memekik. Akhirnya Seokmin membalas pesannya.

Tidak bisa, balas Seokmin. Membuat Jisoo mengerang penuh kekesalan. Berjam-jam menunggu balasan, jika dihitung sejak pesan pertama terkirim, malah membuat kecewa seperti ini. "Aish! Menyebalkan sekali. Apakah hanya aku yang merindukanmu?" rutuk Jisoo pada ponsel genggamnya. Mulai mencari stiker yang paling bisa mewakilkan perasaannya sekarang. Jempol kanannya tidak bisa berhenti menggulir layar demi mencari stiker marah terbaik. Pasti stiker itu tertimbun karena sangat jarang dikeluarkan. Jisoo jarang merasa mendidih seperti kali ini.

Ya, Lee Seokmin dengan identitas Kim Mingyu memang secuek ini sejak dulu. Namun rasa kesal Jisoo menjadi jutaan kali lipat karena mereka sudah sangat lama tidak bertemu. Bukankah wajar jika Jisoo ingin bertemu? Bertemu secara normal, tentu saja. Bukan penuh drama seperti kemarin.

Belum berhasil Jisoo menemukan stiker yang diinginkan, ponsel genggam itu malah sudah berpindah tangan dengan cepat. Kakaknya, Jeonghan, secara tiba-tiba merebut ponsel genggam itu lalu membaca isi pesan antara Seokmin dan Jisoo.

Kening Jeonghan mengerut. "Siapa Seokmin? Kenapa kamu sangat ingin bertemu dengannya sampai spamming seperti ini?"

"Bukan urusanmu!" bentak Jisoo. Berusaha keras merebut ponsel genggamnya kembali. "Jangan bermain-main denganku, Hong Jeonghan! Aku sedang tidak memiliki mood untuk bercanda!"

"Kamu yang jangan bermain-main! Cepat mengaku, kamu diam-diam selingkuh dari Kim Mingyu, kan?"

Jisoo semakin kesal. Rasanya ia sangat ingin mencakar wajah Jeonghan dengan beringas. "Selingkuh apanya? Kami belum resmi bertunangan. Itu baru sebuah rencana. Lagipula rencana itu bukan berdasarkan perasaan cinta sama sekali."

"Tapi Mingyu mengatakannya secara langsung di siaran pers kemarin. Dia mencintaimu. Jangan gegabah, Jisoo-ya... Kamu tidak mungkin bisa mendapatkan pria sebaik Kim Mingyu. Bahkan di Amerika sekalipun."

Ucapan Jeonghan membuat Jisoo tertawa seketika. Seandainya Jeonghan tahu yang sebenarnya, tidak mungkin kalimat itu keluar dari mulutnya. "Suatu hari nanti, kamu akan menyesal sudah mengatakannya."

"Memangnya ada apa? Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari kami?"

"Sayang, kenapa lama sekali?" Seungcheol menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Turut keluar ke halaman belakang rumah begitu menyadari hanya ada Jeonghan dan Jisoo di sana. "Sudah menemukan berkas yang kamu cari? Kita harus pergi sekarang, sebelum jam kerja berakhir."

BAMBOOZLE (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang