29. Skenario

161 39 10
                                    

"Nomor telepon mereka sudah tidak bisa dihubungi sejak berita itu dipublikasi. Kami tidak bisa melacak apa pun. Sepertinya mereka sudah merencanakan semua ini dengan matang. Lokasi nomor telepon yang mereka pakai untuk mengakses internet dan masuk ke dalam situs berita tidak bisa dilacak sejak beberapa hari sebelumnya, bersamaan dengan pengosongan tempat tinggal mereka."

Satu buah laptop kembali menjadi korban dari amukan Tuan Kim. Mengumpati beberapa orang yang dibayar khusus untuk skandal kali ini, karena datang kepadanya tanpa membawa kabar gembira satu kata pun. Rasanya percuma saja ia memberi bayaran dengan angka yang fantastis. "Bukankah kalian orang-orang profesional? Bagaimana bisa mencari keberadaan mereka saja tidak ada hasilnya sama sekali?"

Ya, profesional. Orang-orang yang baru saja ia umpati adalah tiga orang anggota kepolisian yang memang sudah sering mengemban perintahnya setiap kali terjadi skandal. Dan kali ini, mereka dibayar secara khusus untuk mencari keberadaan dua orang reporter yang pertama kali memublikasikan skandal para petinggi Kim Core Company. Dibayar dimuka, dan dijanjikan akan dibayar lagi sebanyak dua kali lipat kalau misi ini berhasil.

Tidak ada kalimat lain yang bisa mereka katakan selain permintaan maaf.

Mingyu tertawa geli. "Tapi... Bukankah Jisoo bilang sendiri kalau dialah yang sudah membocorkan pemalsuan identitasku kepada dua orang reporter itu? Lalu pembawa acara berita Lee Jihoon yang sudah mengulik semua cerita di baliknya. Jadi, untuk apa Ayah mencari reporter itu kalau sudah tahu siapa sumber masalah utamanya?"

Kim Minseo memerintah tiga orang anggota kepolisian tadi agar keluar dari ruangannya. Meninggalkan mereka berdua. "Kamu tidak dengar? Semua ini sudah direncanakan secara matang. Kita hanya membutuhkan mereka untuk mengetahui siapa saja yang terlibat lalu melenyapkan mereka semua. Terlalu mustahil untuk kita mencari tahu melalui Jisoo dan Jihoon. Juga terlalu beresiko, karena mereka memiliki background yang kuat."

"Tapi..." ucapan Mingyu terhenti sejenak. Masih tidak mengerti dengan rencana ayahnya. "Bagaimana caranya?"

Karena amarahnya belum juga turun, sang anak pun ikut menjadi korban. Tuan Kim menggulung sebuah majalah bisnis lalu memukulkannya ke kepala Mingyu. "Gunakan otakmu, Anak Bodoh! Kita tidak bisa menyerang mereka berdua. Kalau terjadi sesuatu, pasti kita lah yang pertama kali dicurigai. Sedangkan dua reporter itu, publik bahkan tidak tahu bagaimana rupa mereka. Mereka mati pun tidak akan ada yang peduli. Kita bisa membunuh orang-orang yang tidak dipedulikan publik dan menekan yang lainnya melalui ini."

"Bagaimana dengan Seokmin?"

Pertanyaan Mingyu membuat alis ayah Mingyu terangkat naik. Publik memang tidak mengetahui bagaimana wajah sosok Lee Seokmin. Tapi, para alumni Universitas Hanin pasti tahu. Tapi lagi, ini bisa dimanfaatkan. Kim Minseo tersenyum cerah setelahnya. "Kita bisa dengan bebas melenyapkan Seokmin sekaligus ibunya, dengan skenario bunuh diri akibat terlilit utang."

Mingyu dan sang ayah tertawa bersamaan setelahnya.

Mingyu dan sang ayah tertawa bersamaan setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BAMBOOZLE (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang