"Dasar Na Jaemin sialan!"- Park Nareum
Happy Reading
Tap
Tap
Tap
Deruh langkah kaki Nareum menuju kelasnya. Kelas 12 A. Di adalah murid beasiswa, tentu saja pintar sering masuk dalam 3 besar kelas.
Siapa saja? Tentu Nareum, si jenius sekaligus ketua kelas Huang Renjun, dan sang ketua Osis, Mark Lee.
Nareum sampai di kelasnya, menuju bangku paling belakang, letakknya di ujung. Tempat duduk yang di penuhi coretan dengan kata-kata hinanaan. Sudah beberapa kali Nareum menghapusnya tapi tetap saja ada oknum yang tidak bertanggung jawab berulah.
Tiba-tiba langkah Nareum berhenti tepat di depan tempat duduknya yang kini di duduki seorang pria tidur di meja miliknya.
"Hei, permisi, ini tempatku," ucap Nareum.
Masa sekali tidak di respon, hati Nareum kini mulai kesal. Bagaimana tidak? Itu tempatnya, tiba-tiba di duduki seorang lelaki yang entah dari mana asalnya.
"Hei, denger gak?!" suaranya mulai meninggi.
Tiba-tiba yang di teriaki menoleh menatapnya dengan tatapan malas.
"Apa? Gua mau disini!" balasnya lalu kembali ke posisi tidurnya.
"Ini tempat—"
Suara Nareum di potong secara tiba-tiba oleh sang ketua kelas yang menghampirinya.
"Nareum, lu di panggil di ruang guru tuh, katanya lu belum bayar uang praktek tambahan yang nunggak dari 2 bulan lalu"
Ah, sial. Nareum baru saja ingat kalau dia belum bayar uang praktek semenjak 2 bulan lalu.
"M-makasih Renjun," ucapnya pada Renjun, "urusan kita belum selesai, awas aja kalo masih duduk di bangku ku," tekannya pada pria yang sejak tadi tidur di tempat duduknya dan langsung melesat ke ruang guru.
Renjun dan pria itu pun saling bertatapan, tatapan yang sama sekali tidak bisa di baca.
——o0o——
"Nareum, ini udah 2 bulan dan kamu masih belum bayar uang praktek, 2 minggu lagi ujian!" ucap seorang guru yang kerap di panggil dengan sebutan Bae Irene.
"M-maaf bu, tapi saya sedang berusaha," lirih Nareum sambil menunduk menatap lantai.
"Berusaha bagaimana? Sampai kapan?!" suara bu Irene yang makin meninggi, "dasar, anak koruptor!" hinanya sambil melipat kedua tangan dengan angkuh.
Sebenarnya Nareum ingin marah ketika ayahnya lagi-lagi di hina, bukan hanya siswa-siswa di sekolah, namun guru-guru juga ikut menghinanya.
"Udah sana!" menyuruh Nareum untuk kembali ke kelas. Dia akan gila jika terus-terusan menagih uang praktek dengan Nareum, toh nanti lama akandi bayar.
"Makasih bu, permisi."
Menunduk dengan sopan dan segera keluar di ruangan guru tersebut.
Selang 3 menit keluar dari ruang guru, ia sampai pada kelasnya. Ia teringat oleh anak laki-laki yang duduk di tempatnya tadi kini sudah menghilang.
'Dia dimana? Masa bodo ah' batin Nareum yang duduk di tempatnya.
08:00 am
Les pertama di awali oleh Pak Seo Johnny yang mengajar Sosiologi. Pria jangkung berkacamata itu masuk kedalam kelas, tapi tidak sendiri.
Hah, tidak sendiri?
Ya, guru yang kerap di panggil Pak Johnny di ekori oleh seorang pria yang memakai hoodie hitam tidak lupa memakai topi hoodienya tapi wajahnya masih kelihatan.
Laki-laki itu menatap datar dan dingin.
Sebentar, bukannya itu-
"Selamat pagi anak-anak, sebelum mulai belajar, saya akn memperkenalkan anak pindahan dari Amsterdam, Metis Montessoris Lyceum School," jelas pak Johnny pada siswa kelas 12 A.
"Gile, anak-anak Amsterdam nih!"
"Pinter pasti!"
Banyak yang menyahuti sang murid pindahan dari Amsterdam itu. Tapi kalau Nareum lihat-lihat gaya yang seperti preman pasar, dengan rambut berwarna brown yang tidak tertata dengan rapi.
"Ayo, perkenalkan dirimu," ucap pak Johnny pada siswa baru di sampingnya.
Lalu sang anak baru selangkah kedepan dan membuka topi hoodienya
"Nama gua Jaemin, Na Jaemin, sekian," ucapnya dengan suara berat.
Singkat, padat, dan jelas. Sepertinya anak pindahan ini kurang banyak bicara.
"Baik Jaemin silahkan duduk di tempat kosong sebelah Nareum."
Ya, tidak ada yang mau duduk di sebelah anak perempuan itu, mereka menjauhinya, kecuali sang sahabat meski beda kelas. Kim Ara berada di kelas 12 B. Itu kenapa Nareum sangat menyayangkan perbedaan kelas mereka.
"Pak, saya gak mau duduk di tempat itu, sama maunya di ujung," Ucap Na Jaemin memandang Nareum dengan tatapan dingin khas miliknya.
"Tapi kan Na Jaemin, itu sudah di duduk–"
Memotong pernyataan dari sang guru, "Saya gak peduli, intinya saya mau disitu!"
"B-baiklah," balas Pak Johnny, "Nareum, kamu pindah di samping!" suruhnya pada Nareum.
"Tapi kan pak–"
"Yaelah, ngikut kata Pak Johnny aja susah, gak ngehargai guru banget sih lu!" seru Yeji memandang Nareum dengan tatapan tajam.
Dengan langkah berat, Nareum mengambil tasnya dan beranjak dari tempat duduknya yang semula ke tempat kosong di sebelahnya.
Lalu Na Jaemin dengan tatapan tak peduli nan dinginya melangkah menuju tempat yang sejak tadi di incarnya.
Nareum hanya memandangnya pasrah, tidak ada yang mau memihaknya, sekali pun itu haknya.
Tiba-tiba Jaemin membalas tatapannya. Tatapan dengan arti merendahkan.
.
Kringg!
Bel berbunyi yang menandakan waktunya istirahat.
Tiba-tiba Nareum terkejut setengah mati menatap kain kecil-lap meja, yang di empar tepat di wajahnya.
"Bersihin, tempat lu kotor, kek idup lu!" itu Na Jaemin, pria yang melempari kain di wajah Nareum beranjak keluar kelas tampa merasa bersalah.
"Hei, itukan udah jadi tempat kamu masa aku yang bersihin!" pekiknya pada Jaemin yang sudah menghilang di balik pintu kelas.
"Ck, sampah! Bersihin tuh, dari pada lu gak guna!" ucap Yeji yang datang menghampirinya di susul oleh Ryujin dan Lia.
Tiba-tiba Nareum seketika menjadi jinak dan membuat rasa amarahnya. Jika sudah berhadapan dengan Yeji Cs. Nareum akan seperti anjing yang menurut kepada tuannya. Dan akhirnya Yeji cs beranjak keluar kelas.
"Want me to help?"
To Be Continue
..
.
Gak jejak, Gak Keren
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ HOW TO BE A PERFECT || Na Jaemin [END]
FanfictionJANGAN DIBACA! 🚫 "Teruntuk tempatku berteduh. Na Jaemin. Haruskah Kehadiran selalu diselingi oleh Kepergian?" "Untuk yang Ter-kasih, sampai bertemu di Keabadian" --THE WORLD OF NA JAEMIN-- #2 in filosofi @nna2xhuang #29Desember2021-Start #20Febru...