21. THE PAIN OF LOSING

100 93 41
                                    

“Kita hidup hanya untuk menerima dan menjalani apa yang sudah di beri semesta. Akhir yang bahagia atau malah sebaliknya"

HAPPY READING

Suara ombak yang nyaring bagai nada indah, bau khas air laut yang memenuhi indra penciuman, matahari yang terlihat kian tenggelam ditelan laut biru, menampilkan warna jingga yang indah untuk di pandang, seperti tenang rasanya.

Mana mungkin ada orang yang tidak ingin suasana seperti ini? Aneh bukan? Ingat, masih ada Nareum yang tidak tertarik dengan suasana matahari tenggelam. Nareum mengibaratkan Matahari itu Kebahagiaan dan malam adalah Kesedihan. Iya, Kebahagiaan yang di telan Kesedihan, Nareum takut itu. Dimana sang bunda dan kakak satu-satu pergi saat malam tiba. Itu alasannya.

Tapi sore ini Nareum melihat matahari tenggelam, dia tidak takut, Jaemin bersamanya sekarang, menenangkan dia untuk menyaksikan suasana yang sama sekali tidak ingin dia lihat, membuang jauh-jauh pemikirannya mengenai opininya tentang matahari terbenam hanya karena Jaemin. Iya, Jaemin ada di sampingnya, pria itu berjanji untuk tidak pergi seperti Bunda dan Kakaknya.

Sepertinya Jaemin akan menggantikkan keduanya untuk Nareum. Menjaga, melindungi gadisnya. Seperti apa yang sudah ia janjikan sebelumnya.

"Gimana? Indahkan? " tanya Jaemin yang masih enggan untuk melepas genggamannya.

Gadis itu lalu tersenyum, "Iya, indah tapi indahnya kalau aku liatnya sama kamu"

"Jadi sekarang udah pintar gombal?"

"Gak pa-pa dong sama pacar sendiri," ringisnya sambil memalingkan pandangan.

"Oh, udah di anggap ternyata. Ku kira masih belum di anggap"

Suasana tiba-tiba meng-hening.

Nareum menoleh menatap pria yang sering ia sebut Nana itu, "Na, aku takut," tatapannya nanar, tatapan yang memiliki makna. Seperti ada kata lain yang ingin di lontarkan tapi tertahan di sudut bibir.

"Takut kenapa?" membalas tatapan Nareum dengan menyerngitkan kedua alis.

"Aku takut, di suatu waktu, saat aku lagi liat matahari terbenam ... kamu udah gak ada di samping aku," entah apa yang di pikiran gadis itu sekarang, tampa sadar mulutnya mengeluarkan kata-kata yang mungkin agak ... sudahlah. Jaemin yang mendengar itu tersenyum simpul.

"Mungkin saja ada saatnya, tapi selagi ada waktu aku bakal tetap ada Nar, aku bakal genggam kamu kayak gini, duduk bersebelahan sama kamu, ngelus kepala kamu. Tapi ... "

"Apa?"

"Semisalnya kita gak sama-sama lagi, jangan sedih ya! Soalnya aku pasti ada di sini kok. Kalo kamu kangen sama aku, kalo kamu mau ketemu sama aku dan kalo kamu mau lihat aku, aku bakal tetap disini," ucap Jaemin sembari memegang dadanya.

Alasan Jaemin membawanya kesini untuk menenangkannya, tapi kenapa kata-kata Jaemin seperti menandakan kalau ada kemungkinan mereka tidak bisa bersama lagi.

"Nar, kita gak bisa nulis kisah hidup kita sendiri, kita gak bisa rancang alur dan ending perjalanan kita, yang ngatur cuman semesta, kita disini hanya hidup untuk menerima dan menjalani. Maka dari itu, seperti kata aku di hari lampau, aku hanya tempat Teduhmu. Tempat yang kamu singgahi kalau lagi hujan."

Gadis itu terdiam sembari menatap Jaemin dengan mata berkaca-kaca.

"Seandainya kita gak bisa sama lagi, kamu ingat aja deh kata-kata aku," ucapnya sambil mengelus kepala Nareum.

"Bila ada saatnya nanti, Raga kita sudah tidak tersentuh. Tapi ingat, Jiwa kita akan selalu bersama seperti yang dikehendaki semesta," lanjutnya, "Dan ada saatnya nanti ... kita ditakdirkan bersama tapi tidak untuk selama-lamanya"

"Naa—!" pekik Nareum, seperti ingin menangis. Kata-kata Jaemin seperti sedang menandakan sesuatu, sesuatu masalah besar yang akan terjadi kedepannya.

"Hehe, iya-iya gak. Udah jangan nangis lagi ya, Bunda sama Narin gak mau kalo kamu nangis terus, apalagi nangisnya gara-gara aku, ntar di marahi arwah Narin."

Dalam suasana berduka, beraninya Jaemin bercanda sambil membawa arwah kak Narin, apa kata Arwah Narin kalau mendengar ini. Aneh bukan? Tapi apa boleh buat ini Na Jaemin dengan 11.000 keanehannya. Aneh, tapi Nareum sayang.
/awowkwowk/

Nareum masih setiap memayunkan bibirnya.

"Aku juga takut kok Nar, aku takut kamu pergi karena aku dan ... masa laluku"

"Emang masa lalu apa?"

Enggak,"

"Udah malam nih, yuk pulang. Atau mau tidur di laut?"

——HOW TO BE A PERFECT——

Setelah satu jam berlalu akhirnya mereka tiba di rumah Nareum. Tidak, lebih tepatnya kontrakkan.

Sudah lama gadis ini tidak lagi kesini, barang-barang Narin terlihat dan masih tersusun rapi sesuai tempatnya, seperti kembali mengulas memori tentang sang kakak, Nareum mengontrol emosionalnya, membuang jauh-jauh agar tidak berakhir dengan Jaemin yang memenangkannya gara-gara menangis lagi.

Tok! Tok!

"Iya?" Nareum membukakan pintu, "eh? Minjeong?" ternyata yang mengetkk barusan adalah Minjeong.

"Kakk!" matanya sembab, seperti baru menangis. Ia berlari kecil dan memeluk Nareum. "Kak, Kak Narin," Minjeong menangis di pelukkanya. Apa kalian tahu dia dan Narin sangat dekat, Minjeong sudah menganggap Narin sebagai saudaranya sendiri.

"Udah-udah," ucap Nareum berusaha menenangkan Minjeong. "Kak Narin gak suka kalo kamu nangis mulu, ok! Udah ya"

"Minjeong sedih kak, gak percaya juga. Padahal malam itu kita bareng-bareng, eh tiba-tiba ada mobil yang nabrak Kak Narin," jelas Minjeong sambil menangis sesegukkan.

"Jadi malam itu kamu bareng kak Narin?" tanyanya yang di balas anggukkan oleh Minjeong. "Kamu lihat orangnya?"

"Aku gak lihat, tapi kayaknya aku ingat plat mobilnya"

Mendengar pernyataan dari Minjeong Nareum dan Jaemin melotot, "Apa?!"

"Kalau gak salah ... 69 서 9898"

[Plat mobil saya kasih ngasal aja ya. Mohon diterima maklumi]

Mendengar itu kedua mata Nareum terbelalak, seperti ingin keluar rasanya, menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Nar, kamu kenapa? Kamu tau mobil siapa?" tanya Jemin.

"Gak mungkin Na, ini gak mungkin!"

"Siapa kak?"

"Gak mungkin, tapi aku tahu kalo itu persis banget plat mobil milik Ara, tapi ... mana mungkin!"

Tidak lama kemudian Nareum menggeram kesakit sambil memegangi perutnya.

"Argggh!"

"Nar, kamu kenapa?" Jaemin dan Minjeong tersentak, mendapati Nareum yang mengeluarkan cairan merah kental dari hidungnya.

"Na, perutku sakit banget," lirih Nareum. Tampa basa-basi Jaemin menggendong tubuhnya dan membawanya ke dalam mobil untuk di bawa kerumah sakit.

Air wajah Jaemin yang begitu cemas mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat, Jaemin yang datang sambil menggendong tubuh Nareum yang sudah tidak berdaya lagi, kulit di sekujur tubuh berubah seperti kuning pucat, wajah dan bibir yang sudah terlihat pecah-pecah.

Dan tidak lama kemudian Nareum dengan cepat di bawa ke ruang UGD dan segera di periksa.

Jaemin mengacak rambutnya frustasi, memandangi pintu yang tertutup rapat.

Nar, jangan sekarang, aku belum siap”

TO BE CONTINUE
.

.

.

JANGAN LUPA VOTE
MARI KITA TUNTASKAN RAHASIA SATU PERSATU!

✔ HOW TO BE A PERFECT || Na Jaemin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang