22. HALF OF THE TRUTH

84 76 43
                                    

"Kebenaran tidak selalu indah seperti yang kamu bayangkan"

HAPPY READING


Tepat di pantai yang indah memandangi matahari terbenam, Nareum dan Jaemin duduk bersebelahan sambil bergandengan tangan, menatap langit senja yang indah.

Menatap langit-langit dengab rasa kagum. Indahnya semesta yang sementara ini.

Tiba-tiba Jaemin membuka suara.

"Nar, jangan ibaratkan tenggelamnya matahari sebagai hal buruk ya"

"Kenapa Na?"

"Bayangkan saja kalo kamu liat matahari tenggelam berarti aku datang dan bakal ada di sisi kamu terus. Matahari yang di telan oleh gelapnya langit itu melambangkan hari yang sudah waktunya untuk beristirahat Nar. Waktu dimana kamu bisa menikmati diri tampa di usik orang-orang, waktu dimana kamu bisa mikirin aku sepanjang malam, waktu yang akan mengulas memori yang pernah kita lalui"

"Tapi Na-"

"Kamu ingat gak pas pertama kali kita ketemu, kita gak saling kenal, tapi hari-hari memaksa kita untuk saling belajar mengenal satu sama lain. Begitu juga dengan ini, kamu harus belajar tentang apa yang akan menunggu kamu di depan sana, kamu harus kuat apapun itu"

"Janji, jangan ibaratkan matahari terbenam itu gak baik," Jaemin menoleh sebentar menatapnya lalu kembali menatap kearah depan, "Bayangkan saja malam yang datang itu aku"

Tiba-tiba Jaemin menyandarkan kepalanya tepat di bahu Nareum.

"Na ... "

"... Na?"

Heran karena tidak mendapat jawaban dari Jaemin. Gadis itu kini berbalik menatapnya, ia melihat mata Jaemin yang terpejam. Apakah Jaemin sedang tidur?

"Hei, Na," gadis itu mengguncangkan tubuh Jaemin pelan, tapi tidak mendapat respon sama sekali. "Na!" panggil Nareum, ia mulai panik karena tidak mendapatkan respon dari pria itu. Lalu jari telunjuknya di letakkannya pada sisi bawah hidung Jaemin, mengecek apa masih ada kehidupan dalam diri. Kristal matanya mulai jatuh bercucuran. Memegangi kedua wajah Jaemin, dengan tangis yang makin menguat.

"Nana, jangan tinggalin aku," gumamnya yang kini menangis sesegukkan.

Tiba-tiba langit dan semua berubah menjadi putih. Jaemin yang dihadapanmya kini menghilang.

"Park Nareum gadisku ... kamu kenapa?" mendengar suara khas yang sekarang ia rindukan, Nareum langsung menoleh dan mendapati Jaemin yang tersenyum dihadapanmya, memandanginya begitu tenang.

Gadis itu berhambur memeluk Jaemin, "Nana ..."

"Aku gak bakal kemana-mana," melepaskkan pelukkan Nareum, mengusap kedua pipis gadis bermarga Park itu, "kamu gausah nyari aku dimana-mana, aku bakal tetep ada di sini," sambil memegangi sisi dadanya.

"Nana," wajah Nareum dipenuhi oleh air mata.

Tiba-tiba cahaya putih semakin menerang sampai tidak terlihat apa-apa lagi. Jaemin yang kini dihadapannya seketika langsung menghilang.

"Nana, jangan tinggalin aku ..."

"Nana!" gadis itu langsung beranjak terduduk dari bangsal, dengan keringat yang membasahi seluruh rambutnya, terlihat seperti rambut yang terguyur air. Ia melihat keadaan di setiap sudut, ruangan putih yang terlihat asing.

"Nareum! Kamu kenapa?" mendengar teriakan Nareum, Jaemin langsung beranjak menghampirinya.

"Nana ..." gadis itu memeluk tubuh Jaemin dengan air muka yang sangat cemas. Jaemin membalas pelukkannya, mengusap surai gadis itu untuk menenangkannya. "Nana, jangan pergi ... aku takut Na," lirihnya.

✔ HOW TO BE A PERFECT || Na Jaemin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang