Kai's POV
"Selamat ulang tahun, Kai-ya," Suho menyodorkan sebungkus kado padaku. Aku tersenyum simpul.
"Terima kasih. Tapi kau tidak perlu repot-repot." Aku tetap memberikan senyum simpulku tanpa berniat menerima sodoran Suho sedikitpun. Walau akhirnya aku menerima kado itu juga.
"Kai-ya! Kau bertambah tua hari ini!" Seseorang tiba-tiba merangkulku dengan erat. Aku meringis sambil berusaha melirik orang ini.
"Chanyeol! Kalau sampai aku mati kehabisan nafas, kau yang akan ku gentayangi terlebih dahulu!" Ancamku sungguh-sungguh. Ia tertawa-tawa sambil menepuk pundakku.
"Selamat ulang tahun, Kai-ya! Saranghae!" Chanyeol memelukku erat sebelum akhirnya berlari menjauh sambil tertawa-tawa. Dasar aneh.
Aku merasakan kehadiran seseorang di belakangku. Aku pun menunggu apa yang akan di lakukannya. Merasa orang itu tidak berniat menyapa terlebih dahulu, akupun membalikkan badan dan mendapati Sehun tengah berdiri dengan wajah datar tepat di belakangku.
Tangannya memegang bungkusan yang ku tebak sebagai bungkusan kado yang tidak terlihat di bungkus dengan rapi.
"Apa?" Tanyakuーyang entah kenapa terdengar ramah, tidak seperti biasanya yang terdengar cuek.
Ia tidak menggubris serta tidak menunjukan ekspresi yang berarti.
Tak lama, ia menyodorkan bungkusan yang ia genggam sejak tadi. Setelah aku menerima sodorannya, ia merogoh sakunya dan menyodorkanku sebuah kartu kecil berisi hiasan-hiasan imut.
Selamat ulang tahun, Kim Jongin.
- Oh SehunOh, sederhana sekali kata-katanya.
"Terima kasih, Sehun-ah" aku tersenyum. Ia mengangguk kaku sebelum akhirnya ikut duduk bersama yang lainnya.
"Apa wishmu, Kai-ya?" Tanya Chanyeol. Aku mengangkat alis. Oh, bagus. Aku bahkan tidak memikirkan soal harapan sedikitpun.
"Hm, aku berharap aku akan-"
"Segera mendapat kekasih!" Celetuk Baekhyun terlebih dahulu-sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku-yang langsung di susul tawa kencang yang lainnya. Brengsek, memang.
"Tunggu dulu! Biarkan dia menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu!" Ujar Kyungsoo menenangkan semuanya.
Aku berdeham sebelum akhirnya melanjutkan. "Aku berharap aku akan bahagia dan sehat selalu. Tetap bersama teman-teman yang selalu ada di saat aku butuh uluran tangan. Agar orang tuaku sehat selalu. Membuat dia menoleh padaku, Dan menemukan pendamping hidup yang makin hari membuatku makin cinta padanya."
Semuanya terdiam. Aku dapat melihat raut wajah Baekhyun dan Chanyeol yang berusaha sekeras mungkin menahan tawa. Kyungsoo yang menatapku takjub dengan matanya yang bulat itu, juga wajah Kris yang biasanya angkuh kini tampak memberikan cibiran terhadap harapan terakhirku.
"Menemukan pendamping hidup yang makin hari membuatku makin cinta padanya," Ulang Chanyeol sambil terkikik geli diikuti oleh Baekhyun. "Mungkin masa depanmu memang di atur untuk menjadi pembuat puisi." setelah Chanyeol mengakhiri kalimatnya itu, ia dan Baekhyun tertawa lepas. Yeah, entah kenapa mereka berdua selalu punya hal yang(bagi mereka)layak untuk di tertawakan.
"Menggelikan sekali dia," Baekhyun menggeleng-geleng.
"Yeolie, Hyunnie, bisa kalian hentikan tawa kalian itu?" Tanya Luhan sambil menggeleng-geleng.
"Tunggu, aku tidak mengerti dia yang kau maksud," ujar Chen. Yang lain ikut memandang ke arahku seakan-akan meminta penjelasan. Aku hanya tersenyum penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Answer;
FanfictionAku merasa bodoh telah jatuh padanya. Kalau saja dari awal aku tau bahwa Chanyeol lebih menyukai sahabatku sendiri, seharusnya aku tidak perlu jatuh padanya. Apakah kalian tau sakitnya hatiku saat melihat ia mengecup pipi sahabatku sendiri di depan...