Whooop whoop udah part 20 ehe *kena virus kak audrey teguh*
Karena ini part 20, sebagai tanda trima kasih tetap berjalannya cerita ini berkat kalian, para readersku, aku bikin ini seniat mungkin dan part ini bakal menjadi part paling panjang! Karna ini juga part terakhir sebelum epilog, oke?
Cerita ini udah mau selesai!! Cepet, ya?
Silahkan!
Author POV
"Apa kita masih bersama saat ini?" Tanya Sehun ragu. Youra terperangah, tak percaya akan kata-kata yang meluncur dari mulut Sehun.
Gadis itu mengernyit sebentar. "Tentu! Bukannya-" Ia menghentikkan kalimatnya, lalu manggut-manggut. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu menggeleng.
Sehun masih menatapnya tanpa bergerak sedikitpun. Nafasnya memburu.
"Mungkin," Lelaki itu membuka mulut. "Kita bicarakan ini lain kali."
Youra menggeleng cepat. "Tapi, kita berdua butuh kepastian, bukan?" Ujarnya tegas. Sehun mengurungkan niatnya untuk berbicara lagi. Ia mengangguk pelan.
Ya, kita butuh kepastian.
Keduanya saling berdiam diri, tak tau apa yang harus dilakukan.
Youra POV
Sunyi,
Lagi-lagi sunyi yang kudapat saat berdua saja denganmu
Tidak saling melontarkan celotehan maupun lelucon
Semuanya terasa berbeda dari sebelumnya
Sebelum kita menjalani hubungan kasat mata ini
Tak beda jauh dari sebelumnya
Bahkan aku sendiri merasa ragu
"Sehun," Aku membuka mulut. Lelaki itu mendongak, lantas tersenyum tipis.
Senyuman yang berbeda dengan yang ia tampakkan padaku dulu.
"Apa kau-" Aku memutuskan kalimatku, mengambil nafas sejenak, lalu membuangnya pelan. "Aku ingin tau, apa kau masih menyukaiku?"
Lelaki itu kembali membeku. Oh, yang aku butuhkan hanya jawabanmu, sayang.
Ia mengusap pelan kepalaku. "Aku masih, dan selalu. Bukankah aku selalu mengatakan itu tiap hari?"
"Itu dulu," Jawabku cepat, bahkan belum 1 detik setelah Sehun menyelesaikan kalimatnya. "Kau tau sendiri akhir-akhir ini kita memiliki beberapa masalah."
Ia mengangguk pelan seraya tersenyum hangat.
"Selain itu, apakah kau sudah memaafkanku?" Tanyanya pelan. Aku mendongak.
"Untuk?"
"Untuk semuanya. Semua kesalahan yang kuperbuat. Yang membuatmu mengurung diri di kamarmu. Yang membuatmu menjauhiku." Jawabnya lengkap.
Aku tertawa kecil. "Aku bahkan lupa apa yang kita permasalahkan sampai-sampai aku mengurung diri di kamar. Semuanya seakan-akan menguap saat aku melihatmu terbujur kaku di ranjang ini saat pertama kali."
"Terbujur kaku?" Ulangnya sambil mengernyit. "Kenapa kau menggambarkanku seakan-akan nyawaku sudah di ujung tanduk?"
Aku mengerucutkan bibirku perlahan, lalu menghela nafas pelan. "Jadi.. Soal Bang Minah dan kau yang datang ke bazaar itu-"
"Aku bisa menjelaskannya!" Potongnya cepat. Ia menegakkan posisi duduknya, lalu berdeham. "Saat itu, Bang Minah pulang dari Paris dan ia ingin menemuiku. Aku sudah menolaknya dengan halus, tapi," ia memotong perkataannya. "Dia merengek-rengek ingin bertemu denganku dengan alasan dia hanya beberapa hari di Seoul. Ia juga bilang bahwa ia bertemu dengan appaku di Paris, dan appa bilang, 'Habiskan saja waktumu di Seoul bersama Sehun'. Ia memang berharap aku akan menjalin hubungan dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Answer;
FanfictionAku merasa bodoh telah jatuh padanya. Kalau saja dari awal aku tau bahwa Chanyeol lebih menyukai sahabatku sendiri, seharusnya aku tidak perlu jatuh padanya. Apakah kalian tau sakitnya hatiku saat melihat ia mengecup pipi sahabatku sendiri di depan...