Luhan POV
"Besok? Kemana?" Aku memasukkan tangan kananku ke saku sambil menyenderkan tubuh ke dinding.
"Ke rumah pamanku! Ia punya semacam outbond di halaman rumahnya yang luas! Mau, ya?"
Outbond.
Outbond itu identik dengan yang namanya Flying Fox. Dan Flying Fox itu soal ketinggian.
Ketinggian.
Astaga.
Tapi tidak mungkin aku menjawab 'tidak' untuk seorang Amber, seorang gadis yang kusukai.
Ya, aku menyukainya.
"Aku tidak tau besok ada acara atau tidak. Bagaimana kalau lihat nanti?" Tanyaku.
"Ayolah, kau sendiri yang kemarin bilang ingin jalan-jalan." Rengeknya. "Kalau jalan-jalan ke mall itu sudah terlalu biasa. Kau juga harus menghirup udara segar! Ya?"
Seperti yang bisa kalian pikirkan, Amber bukanlah seperti gadis kebanyakan. Ia gadis dengan casing yang benar-benar menakjubkan. Ia sangat tomboy. Ke sekolah? Ah, ia mendapat izin untuk memakai rok yang di modifikasi menjadi celana pendek oleh Kepala Sekolah.
Ia juga tidak terlalu suka berjalan-jalan di mall. Ia lebih suka ke taman, taman hiburan, atau tempat wisata apapun yang berinteraksi langsung dengan alam. Karena itu, agak susah mencari tempat yang asyik untuk membawanya berjalan-jalan.
"Akan kuusahakan. Kita akan menginap disana?" Tanyaku.
"Tentu! Besok kan, Sabtu. Kita menginap sampai hari Minggu saja. Minggu paginya, kita langsung pulang. Bagaimana?"
Sampai menginap pula.
"Baiklah. Kita berangkat naik apa?" Tanyaku lagi. Benar-benar liburan yang menyusahkan.
"Ah, soal transportasi urusanku! Lihat saja besok!" Ujarnya semangat. Pertanda buruk. Sesuatu yang di janjikan Amber selalu tidak sesuai dengan ekspektasiku.
Waktu itu, ia bilang akan menjemputku untuk pergi ke sekolah bersama. Kukira ia akan jalan kaki, ternyata ia menaiki sepeda usang yang benar-benar skarat. Ia mengaku sepeda itu milik kakeknya yang sedang bertamu ke rumahnya. Ia mengaku juga, kata kakeknya, sepeda itu masih sangat kuat. Dan, tebaklah kisah selanjutnya.
Ya, roda sepeda itu terlepas dari rongganya. Membuat kami terpaksa meninggalkan sepeda itu di rumah Youra dan berjalan kaki ke sekolah.
Di lain waktu, kami akan ke taman hiburan. Ia bilang jangan khawatir, ia yang menyiapkannya. Kukira, ia akan memanggil taksi. Dan saat ia datang, ia malah mengajakku naik sepeda ke taman hiburan yang jauhnya minta ampun. Tidak, tidak ada yang salah dengan sepedanya. Sepeda itu masih baru. Yang menjadi masalah adalah jarak. Pada akhirnya, berangkat pagi sampai sore.
"Soal transportasi serahkan padaku saja, bagaimana?" Tawarku menghindari mengulang kejadian yang sudah lalu.
"Oh, tidak, tidak! Pamanku sudah merencanakan semuanya! Kau hanya perlu duduk manis dan mengiyakan semua perkataanku. Oke? Baiklah, aku ingin tidur. Sampai besok! Siapkan dirimu!"
"Baik, selamat malam." Ujarku menutup percakapan kami. Dan Amber memutuskan sambungan telepon.
Oh, bagus sekali.
Aku segera memencet angka-angka yang langsung tersambung ke ponsel seseorang.
"Apa?" Sahut seseorang di seberang sana.
"Aku dan Amber akan ke rumah pamannya besok. Dan kami akan outbond." Jelasku tanpa basa-basi. Yang di seberang sana hanya tertawa.
"Cinta itu butuh perjuangan, kau tau?" Ujarnya. Aku mendecak sebal. Tunggu, aku bisa mendengar suara seorang wanita disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Answer;
FanfictionAku merasa bodoh telah jatuh padanya. Kalau saja dari awal aku tau bahwa Chanyeol lebih menyukai sahabatku sendiri, seharusnya aku tidak perlu jatuh padanya. Apakah kalian tau sakitnya hatiku saat melihat ia mengecup pipi sahabatku sendiri di depan...