Author POV
"Selain kau."
Jantung Kai serasa berhenti berdetak sesaat. Mendengar kalimat yang barusan di lontarkan Youra. Ia tak bisa menahan diri untuk mengulum senyum.
"Kau sendiri bagaimana dengan Nana?" Tanya Youra. Ia memaksakan diri tersenyum.
Kai menghela nafas kasar, menggeleng. "Ia sering mengirimkan surat padaku. Tapi toh, surat itu berakhir di tempat sampah."
Mata Youra terbelalak. "Kau membuangnya?!"
"M-memang kenapa?" Tanya Kai bingung. Dahinya merengut.
"Jangan, dong! Nana memberikannya dengan tulus! Kau harus memperjuangkan seseorang yang memperjuangkanmu dengan tulus! Jangan menyesal," Youra tiba-tiba tertunduk. "Seperti aku."
Gadis itu tersenyum sedih. Matanya menatap jalanan. Dan pikirannya melayang kemana-mana.
Kai menatap Youra dan tersenyum maklum sebelum menepuk kepala Youra pelan. Ya, dia tau Youra mulai menyukai Sehun.
"Aku akan berpikir ulang soal Nana. Mungkin ada baiknya jika aku mulai memandangnya, bukan?" Kai tersenyum menatap Youra yang langsung mendongakkan kepalanya.
"Janji?" Tanya Youra menyodorkan kelingking kanannya. Kai mengangguk sambil tersenyum.
"Janji." Jari kelingkingnya melingkar di kelingking Youra.
.....
Kai POV
"Selamat siang," Ujarnya membungkuk. "Kai, kemarin aku membuat kue. Dan eomma menyuruhku memberikan ini padamu."
Aku menggaruk-garuk kepalaku sambil menguap. Aku menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 12 siang. Ah, ya. Aku memang baru bangun. Lagipula, hari ini hari Minggu.
Aku kembali melayangkan pandanganku pada gadis cantik bernama Nana ini.
"Iya, terima kasih," Ujarku malas sambil menerima sodorannya. Ia tersenyum.
"Jangan menyesal, seperti aku."
Kata-kata Youra kembali terngiang di kepalaku.
Mungkin memang ada baiknya mencoba memberi kesempatan pada gadis ini.
"Nana," Panggilku. Gadis itu tersenyum mendongak. "Kau ada waktu siang ini?" Tanyaku. Ia tersentak dan buru-buru mengangguk.
"Aku sangat luang hari ini." Ujarnya cepat.
"Bersiap-siaplah. Kita akan makan siang di Nano Cafe nanti. Ku jemput kau jam 1." Ujarku sambil memasukkan kedua tanganku ke saku. Matanya berbinara-binar.
Ah, kalau di lihat lebih jelas, Nana memang benar-benar cantik. Aku merasa bodoh baru menyadarinya sekarang.
"Aku akan segera bersiap-siap!" Ia mengangguk. Aku tertawa.
"Tidak usah terlalu kaku, Nana." Ujarku menepuk kepalanya. "Aku juga akan mandi."
"I-iya! Sampai nanti, Kim Jongin!" Ia membungkukkan tubuhnya sebelum akhirnya berlari kecil keluar pagar rumahku.
Ya, aku akan mencoba membuka lembaran baru kisahku. Dengan mengganti nama gadis yang mengisi di dalamnya.
Lebih baik memperjuangkan seseorang yang juga memperjuangkanmu, bukan?
Terima kasih, Son Youra. Atas kehadiranmu dalam hari-hariku dulu. Aku sangat senang atas hadirmu di duniaku. Kau juga mengajariku banyak arti dari kata itu sesungguhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Answer;
FanfictionAku merasa bodoh telah jatuh padanya. Kalau saja dari awal aku tau bahwa Chanyeol lebih menyukai sahabatku sendiri, seharusnya aku tidak perlu jatuh padanya. Apakah kalian tau sakitnya hatiku saat melihat ia mengecup pipi sahabatku sendiri di depan...