Adit membuka pintu kamarnya pelan, ia melihat Tya yang sedang tertidur cantik di ranjang, Adit mendekatinya lalu ikut rebahan, memeluk Tya dari belakang, perlahan tangannya mulai meraba perut Tya, mengusap-usapnya dengan lembut, Adit tersenyum merasa sangat bahagia.
Tya terbangun lalu berbalik menatap Adit, Tya bergeser merapatkan tubuhnya agar bisa memeluk Adit dan mencium dadanya yang bidang, bukan hal yang aneh lagi, Adit sudah terbiasa dan malah menyukai kebiasaan Tya yang satu itu.
"Sayang, kamu masih gak enak badan ya ?" meraih tangan Tya lalu menciuminya.
"Hemm," mengangguk dengan wajah yang terbenam dalam pelukan Adit.
Dalam kondisi Tya yang sedang kurang enak badan, Adit ragu untuk memberitahukan kepada Tya tentang hasil pemeriksaannya, kini otaknya berputar untuk mencari sebuah ide, hingga akhirnya ia teringat dengan mami Ayu.
"Sayang, kamu kangen sama mami gak ? kalau kamu mau, besok berangkat kerja sekalian Aa antar kesana."
"Mau banget A'," Tya tersenyum senang.
"Ya udah, besok pagi siap-siap ya, sekarang kita makan dulu yuk," mengajak Tya untuk bangun, keluar kamar menuju ruang makan.
Makan malam telah siap, mama Puspa dan papa karang sudah berada di ruang makan terlebih dulu, beberapa menit kemudian Adit dan Tya menyusul.
Di ruangan itu, semua orang tampak menikmati hidangan makan malamnya namun tidak dengan Tya, terlihat ia mengambil nasi di piring dalam porsi yang sangat sedikit, Tya masih merasakan pusing juga perutnya yang terasa tak nyaman untuk di isi makanan.
Adit makan dengan lahap, sementara Tya, dua tiga suap saja perutnya sudah berasa penuh, sayang di suapan ke empatnya Tya benar-benar tak bisa menahan rasa mual hingga tangan Tya bergerak menutup mulutnya rapat-rapat, dengan cepat ia berlari ke kamar mandi membuka closet lalu memuntahkan makanannya yang baru saja ia telan.
"Huek.. hueek !!"
Semua yang masih berada di ruang makan tersebut sontak saja perhatiannya teralihkan melihat ke arah Tya yang tiba-tiba berlari pergi, terdiam sejenak kemudian saling berpandangan.
Adit menghentikan makannya, ia segera menyusul Tya ke dalam kamar, Adit langsung menuju kamar mandi untuk melihat keadaan Tya yang saat itu terlihat sedang berjongkok di depan closet.
"Sayang, kamu gak papa kan ?" Adit merasa khawatir.
Tya keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya yang terasa seperti kram, matanya berair, tenggorokannya sakit dan badannya lemas, ia merebahkan diri di kasur untuk mengurangi rasa pusingnya.
"Sayang, apa sudah mendingan ? Aa ambilin makan lagi ya."
"Gak mau A' nanti Tya muntah lagi."
"Tapi perut kamu masih kosong sayang, Aa buatin minuman hangat dulu dan juga buah ya buat mengisi perut."
"..." menjawab dengan anggukan malas.
Beberapa menit yang lalu Adit keluar dari kamarnya, kini ia kembali dengan membawa nampan yang berisi susu hangat, roti dan beberapa macam buah-buahan.
"Sayang, ayo makan dulu," menaruh nampannya di meja, mengambil roti lalu memberikannya ke Tya.
Tya bangun lalu duduk bersandar, mengambil roti dari tangan Adit, mencium aromanya sejenak, kemudian memasukkan ke mulut mengunyahnya pelan dan memaksa tenggorokannya untuk menelan.
Adit sempat merasa lega ketika melihat Tya memakan habis rotinya, namun kelegaan itu tak bertahan lama saat Tya mencium bau susu hangat yang hendak ia minum, menurut Tya bau itu sangatlah menyengat, merasuk ke otak dengan respon yang kurang baik sehingga memicu rasa eneg, mual luar biasa dan akhirnya Tya harus kembali menyapa closet mengeluarkan semua rotinya.
"A' Tya gak mau susunya, jauhin !"
"Iya sayang gak papa, ganti teh hangat aja gimana ? atau mau coba makan buah dulu, ini ada pisang, jeruk atau buah salak kesukaan Aa, ini enak banget sayang, cobain ya," memberikan satu ke Tya.
Seperti trauma, takut akan muntah lagi dan lagi yang juga menguras tenaga, rasanya Tya tak mau memakan apapun saat itu, namun kesabaran Adit yang terus merayunya agar tetap mengisi perutnya yang kosong supaya sakitnya tak bertambah parah, membuat Tya tak bisa mengabaikannya dan terpaksa menurut.
Tya mencoba makan satu buah salak pemberian Adit yang rasanya memang enak dan tak membuatnya eneg, namun Tya juga tak mau terlena untuk terus memakannya, karena jika mendadak rasa mual itu datang lagi, maka ia akan banyak menggunakan tenaga untuk mengeluarkannya kembali.
Cukup dengan satu buah salak saja untuk menghuni perutnya, kini Tya berganti meminta buah jeruk kepada Adit. Tya merebahkan diri dengan menggenggam buah jeruk di tangannya yang ternyata hanya untuk menciumi kulitnya saja tanpa menikmati buahnya. Terlena dengan aroma buah jeruk hingga sesaat kemudian akhirnya Tya pun tertidur.
*****
Jam menunjukkan pukul 07:30, Adit dan Tya telah sampai di kediaman Agung, mami Ayu menyambut kedatangan putrinya dengan pelukan hangat, wajah berseri-seri tampak bahagia.
Adit mengantarkan Tya ke kamar, lalu ia pamit untuk berangkat ke kantor dan meninggalkannya bersama mami Ayu.
"Tya Sayang, keadaan kamu sekarang gimana, sudah mendingan ?" mami Ayu membuka obrolan.
"Gak tau mi, rasanya datang dan pergi dari kemarin sore pusing, mual dan muntahnya ini yang bikin Tya tersiksa, udah di kasi yang hangat-hangat gak sembuh juga, Tya gak boleh minum obat sama Aa, kan jadinya gak sembuh-sembuh mi.
"Sayang, nak Adit itu benar, kamu gak boleh sembarangan minum obat, karena sebenarnya kamu tidak sedang sakit, itu pengaruh hormon."
"Pengaruh hormon ? Maksudnya mi ?"
"Maksud mami, sekarang ini kamu sedang hamil sayang."
"Apa !! gak mungkin Tya hamil mi !" Kaget mendengar ucapan maminya, langsung terlihat jelas kesedihan di wajah Tya, kini pikirannya melayang-layang begitu banyak ketakutan, membayangkan kehidupan barunya yang akan merenggut habis kebebasannya, serta masa depan juga impiannya yang bakal terkubur begitu saja.
Mami Ayu menyodorkan kertas hasil pemeriksaan Tya kemarin yang baru saja ia terima dari Adit. Tya segera mengambil kertas itu lalu membacanya. Dan benar saja, apa yang di khawatirkan Adit terjadi, Tya semakin terlihat bersedih dan lemas, kini ia tak bisa lagi menahan air matanya, membuat mami Ayu menjadi iba dan mengkhawatirkannya.
"Sayang, mami tau kamu belum menginginkan ini, tapi semua hal baik yang di berikan tuhan adalah rezeki yang patut di syukuri, terus terang mami lega dan sangat senang kamu bisa cepat hamil, karena dulu perjuangan mami begitu berat untuk mendapatkan keturunan, bahkan mami sudah pasrah karena sangat lelah memikirkannya selama bertahun-tahun, dan akhirnya tuhan memberikannya satu untuk mami yaitu kamu sayang," Mami Ayu mencoba memberi pengertian, membelai lembut rambut Tya.
Tya semakin menangis sesenggukan mendengar cerita maminya, perasaannya menjadi campur aduk, di sela kesedihannya ia menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah kehendak tuhan, yang mana sudah tak bisa lagi untuk di putar balik, maka mau tak mau ia harus bisa menerimanya.
"Sayang, mami mohon jangan bersedih lagi ya, kehamilanmu ini adalah kebahagian buat kita semua, terutama nak Adit, suamimu. Mulailah untuk tidak mengkhawatirkan segala hal, karena kita semua akan selalu ada untukmu, kamu mengerti kan sayang ?" memeluk Tya.
Hati Tya mulai luluh, ia berusaha untuk bisa menerima segalanya meski terasa berat, demi orang-orang tercinta di sekelilingnya.
Ada yang bucin dengan buah salak kayak Adit ?
Author juga suka sih asal gak nemu yang sepet aja😅
Terimakasih readers. Salam❤Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan ADITYA ( SN x NCT 127 ) (Fanfiction) (End✔) Dalam Revisi
NouvellesTya Adelia, gadis manis yang di jodohkan sejak lahir oleh kedua orang tuanya dengan lelaki yang usianya terpaut cukup jauh. Tya baru mengetahui saat berusia 18 tahun. Siapa sangka lelaki itu menjadi Cinta pertamanya yang memberi begitu banyak kebaha...