Sore itu terlihat sebuah mobil meluncur melewati perbatasan kota, menuju ke arah perkebunan karet, terdapat beberapa rumah dengan jarak cukup jauh antara rumah satu dengan rumah yang lainnya.
Mobil tersebut berhenti di depan salah satu bangunan lusuh lebih tepatnya pondok kecil dengan banyak di tumbuhi semak di sekitarnya, terlihat seperti tak berpenghuni.
Pria di dalam mobil itu tak segera turun, meraih tas ransel berwarna coklat tua perlahan membukanya, terlihat beberapa buku bertuliskan nama " Tya Adelia Xll A ", alat tulis, parfume, Dompet yang berisi beberapa lembar uang, lalu mengambil ponsel segera mematikanya.
Keluar dari mobil, mengangkat tubuh seorang gadis berseragam SMA dan membawanya masuk kedalam pondok, gadis yang masih dalam pengaruh obat itu merasakan tubuhnya melayang melewati semak-semak badan terasa lemas dan pusing, dengan kondisi yang belum sadar sepenuhnya ia tak bisa berbuat apa-apa.
Membaringkan tubuh gadis itu di atas tempat tidur, membuka sepatu dan kaus kaki yang di kenakan si gadis, lalu meninggalkanya dan mengunci pintu.
####
Sementara di rumah pak Agung, mami Ayu yang berada di ruang keluarga sedang menonton Tv sedikit gusar karena sudah jam setengah enam sore Tya belum juga pulang.
Mendengar mobil berhenti di depan rumah mami Ayu merasa lega, berjalan menuju teras depan hendak menyambut Tya.
Terlihat pak slamet turun dari mobil seorang diri.
"Maaf nyonya apakah non Tya sudah sampe rumah ?" tanya pak slamet.
"Loh ! bukannya pak slamet yang jemput Tya, kok malah nanya?" jawab mami Ayu bingung.
"Tadi pas jemput non Tya ban mobilnya bocor jadi saya ke bengkel dulu, dan non Tya kirim pesan agar saya pulang saja, katanya non Tya di anter temenya. "Pak slamet menunjukkan isi pesan dari Tya.
Melihat pesan Tya, mami Ayu bingung dan mulai hawatir karena Tya belum juga sampai rumah, mencoba menelfon Tya, namun ponselnya tidak aktif, berusaha tidak panik mungkin Tya masih di perjalanan batinnya sambil menunggu.
###
Perlahan membuka mata, kepala sudah tak sepusing tadi, mencoba mengingat-ingat kembali kejadian yang ia alami hari ini, melihat seseorang yang tak di kenal, dan sekarang berada di tempat yang asing, Tya sadar bahwa ia mungkin dalam bahaya.
Tya berbaring di tempat tidur dalam posisi miring sehingga ia bisa melihat dengan jelas ke arah pintu, merasa badanya sudah pulih dan tak mendengar atau melihat adanya orang di ruangan itu.
Tya bersiap ! bangun dan lari secepatnya ke arah pintu.
"Ceklek-ceklek !!" memegang gagang pintu berusaha membuka namun terkunci.
"Blagh-blagh, tolong-toloong, blagh .. toloong siapa saja yang ada di luar !!" menggedor pintu meminta tolong, Tiba-tiba.
"Sssstt ..! Tya mau kemana ?!"
Mendengar suara seorang lelaki Tya sangat kaget reflek membalikkan badan, matanya terbelalak ketakutan ketika melihat sosok yang duduk di kursi tepat di samping tempat tidur.
Tampak lelaki bertato menatap tajam seolah ingin menerkam siap menghisap ubun-ubunnya.
Pemandangan menyeramkan itu membuat jantung Tya berdegup kencang berkeringat dingin, matanya mulai berkaca-kaca dan akhirnya air mata itupun jatuh tak tertahan.
Lelaki itu berjalan mendekat, Tya yang panik menoleh ke segala arah mencari benda yang bisa di gunakan sebagai senjata, namun tak ada satupun yang ia temukan, Kemudian ..
"Stop !! ja-jangan mendekat !" teriak Tya.
"Apa yang kau inginkan, uang ? orang tuaku bisa memberikanya," ucap Tya bernegosiasi.
"Aku tidak perlu uang, aku hanya menginginkanmu, ucap lelaki itu Sambil terus mendekat.
Tya yang kehilangan akal karena semakin takut membalikkan badan menggedor pintu berulang semakin kencang sekuat tenaga.
"Blagh-blagh tolooong, blagh-blagh, please tolongin Tyaa !!"
Dari belakang, Tya merasakan sepasang tangan kekar mencengkram kedua lenganya kuat, membalikkan badannya, menghimpitnya di antara pintu, satu tangan beralih mencengkram leher mulai mencekik.
"Arghkkk-kekkk, Tya kesulitan bernafas, kedua tanganya memegang tangan lelaki itu berusaha melonggarkan cekikanya namun sia-sia, Tya merasakan hembusan nafas kala lelaki itu mendekatkan bibir di telinganya dan berbisik.
"Aku tidak suka penolakan, patuhi dan aku akan bersikap baik, mengerti ?" ucapnya.
Tya bersusah payah mengangguk, melihat anggukan dan muka Tya yang sudah semerah cabe, lelaki itu melepas cekikannya.
"Uhuk-uhhuk," Tya terbatuk-batuk menahan sakit di leher dengan air mata yang semakin deras membasahi pipi ia mengatur nafas bersimpuh di lantai.
Lelaki itu menarik tangan Tya agar berdiri lalu memeluknya, ada rasa bersalah di raut wajahnya, menggendong Tya mendudukkannya di kasur lalu menyodorkan air minum, tak ingin membuatnya marah, Tya meminum habis air tersebut.
Lelaki itu berjongkok di depan Tya, tanganya bergerak menghapus air matanya, lalu turun memegang dagu sambil berkata.
"Aku sangat suka melihatmu tersenyum, jangan pernah menangis lagi di depanku," ucapnya sambil berlalu menuju meja makan, kembali menghampiri Tya dengan membawa piring berisi makanan.
Menarik kursi ke depan Tya lalu duduk berhadapan, mengambil sendok ingin menyuapi.
"Aku bisa makan sendiri," ucap Tya menahan kesal, "bisa-bisanya bersikap manis setelah hampir saja membunuhku," batinnya.
"Aku ingin menyuapimu apa kau menolak ?" Jawab lelaki itu dengan tatapan mengancam.
Tya yang masih merasakan sakit akibat cekikan tadi tak bisa lagi menolak, rasanya ingin menangis, berbanding terbalik dengan lelaki gila itu, ia tersenyum puas seperti bayi yang mendapatkan mainan baru.
"Biar kata Tya lagi sedih...kalian tetep happy dan semangat ya..!
"Makasih buat yang udah baca,vote,komen,dan follow. Salam happy❤Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan ADITYA ( SN x NCT 127 ) (Fanfiction) (End✔) Dalam Revisi
Storie breviTya Adelia, gadis manis yang di jodohkan sejak lahir oleh kedua orang tuanya dengan lelaki yang usianya terpaut cukup jauh. Tya baru mengetahui saat berusia 18 tahun. Siapa sangka lelaki itu menjadi Cinta pertamanya yang memberi begitu banyak kebaha...