15. OBROLAN YANG PERNAH

140K 14.9K 21.9K
                                    

Bab 15, for u🪐💗

Vote dulu yaaaa

Ramaikan tiap paragraf 💗💗

Selamat membaca, semogaa sukaa Aamiin.

15. OBROLAN YANG PERNAH

Halaman baru masih bercerita tentang namamu di halaman awal.
**

Bara mengamati laki-laki berscraft hitam itu dengan lekat. Dan sebuah keanehan muncul di kepalanya, kok ia bisa merasa kenal dengan mata laki-laki itu?

Seluruh kursi di warung nasi goreng ini kebetulan full, banyak pengunjung yang beramai-ramai makan di tempat itu. Nula mengedarkan pandangannya, sebelum akhirnya memilih berbalik dan keluar saja menunggu pesanannya.

Tapi...

"Tunggu." Bara bersuara. "Lo yang pake scraft hitam."

Nula menoleh menatap orang yang memanggilnya itu dengan alis terangkat. "Apa?"

Bara menepuk kursi kosong di sebelahnya, "Di sini masih kosong."

"Terus?"

"Gue nawarin tempat duduk buat lo," jelas Bara pada seseorang yang menjadi lawan bicaranya. Selain karena rasa kemanusian, Bara melakukan ini karena ingin melihat orang itu lebih dekat. 

Nula mengangguk, lalu melangkah ke arahnya, toh Deon dan Juan tidak jadi membeli nasi goreng, karena dua laki-laki itu tiba-tiba menginginkan makan mie bakso di ujung jalan. Daripada sendiri, mending ia bergabung dengan laki-laki yang menawarinya ini. 

"Thanks," kata Nula pada Bara dan Alaska. 

Setelah diam-diam beberapa menit, menerima atmosfer sekitar, Alaska membuka suaranya untuk memulai obrolan pada Nula. "Menurut lo, nasi goreng itu enak atau enak banget?" 

Memang jadi pertanyaan yang cukup aneh untuk mereka yang baru bertemu, dan bahkan tidak kenal. Tapi, Alaska juga pernah melontarkan pertanyaan ini pada orang yang sedang jadi alasan mereka ke warung nasi goreng ini. 

"Enak banget, kalau cuman enak, gue nggak mungkin ke sini," jawab Nula.

"Penting gue jawab?" suara Angkasa di kepala Alaska kembali hadir, tentang hari itu, saat ia menanyakan tentang pertanyaan yang baru saja ia tanyakan pada laki-laki yang ada di hadapannya. 

"Pentinglah," balas Alaska. 

Angkasa tertawa kecil sebentar, "Enak banget, makanan itu kalau mau disukai sama gue harus gitu." 

Lepas dari suara di kepalanya itu, Alaska menatap sorot mata tajam laki-laki yang ada di depannya, "Orang sini?" 

"Bukan, cuma numpang tinggal sementara," jawab Nula. Bundanya bukan orang asli Makassar, mereka bisa dikatakan hanya merantau di kota ini. 

"Kuliah?" tanya Bara, penasaran. 

"Yoi," balas Nula seadanya.

Baru saja sebuah pertanyaan lagi dari mulut Bara akan ia cetuskan, tapi tukang nasi goreng sudah menyelah obrolan mereka. "Udah jadi nih, satu porsi nasi goreng spesial, satu porsi nasi goreng biasa," katanya pada Nula. 

Nula berdiri, meraih bungkusan nasi goreng yang sudah siap di dalam plastik itu dan menyerahkan bayarannya, "Terima kasih, Bang." 

Pertemuan sangat singat itu menyisahkan tanda tanya di kepala Bara dan Alaska, dan sialnya, mereka bahkan tidak berkenalan walau sudah terlibat dalam obrolan, mungkin semesta punya ruangnya lagi nanti. Iya, jika waktu ada lagi.

DIA AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang