Summary
Merelakan bagian tubuh kita yang berharga untuk mengupayakan agar orang yang kita cinta bisa terus bertahan menghirup udara segar didunia ini.
Tapi bagaimana jika nyatanya malah justru terkesan tak berarti bagi orang yang ditolong, sedangkan makhluk kecil ini bahkan rela membahayakan dirinya sendiri demi menolong orang yang dicintainya itu.
Jisung membenci Chenle, tetapi justru Chenle malah rela mendonorkan ginjal sebelahnya untuk Jisung.
"Jangan pernah mengatakan cinta kepadaku Zhong, karena jujur aku sangat jijik mendengar cintamu," Park Jisung.
"Biarlah jika kau membenciku, tapi setidaknya bagian tubuhku sudah menyatu dengan jiwamu, walau kita akan berakhir didalam beda dimensi kehidupan nantinya, setidaknya aku masih bisa merasakan cintamu untukku dikemudian hari Jisung-ah," Zhong Chenle.
.
.
Jika dipatokan menjadi sebuah logika, pasti dalam kisah ini akan terlihat begitu rumit, kita lihat sebentar skemanya.
Jaemin mencintai Jeno, sedangkan Jeno mencintai Chenle, dan Chenle mencintai Jisung, akan tetapi Jisung justru membenci Chenle karena menganggap Chenle adalah perusak rencana masa depannya bersama sang kekasih Winter.
Apakah kalian bingung menyaksikan kisah mereka, akankah harus ada salah satu korban untuk mengakhiri ini semua.
Entahlah, semua terserah takdir tuhan, biarlah ia yang akan menyelesaikan masalah runyam dibalik cekungan ini.
.
.
Rasa dingin malam ini, entah mengapa cuaca hujan sangat mengganggu sang Nyonya baru di keluarga Park.
Siapa lagi kalau bukan Park Chenle, istri baru Park Jisung.
Sebelumnya Jeno juga sudah mengatakan bahwa kondisi Chenle tidak sekuat dulu, memiliki satu organ ginjal nyatanya sangat memengaruhi kondisi daya tahannya.
Bibir yang semula meranum sayu itu, sekarang pucat sambil sesekali memelatuk pelan karena hawa dingin itu.
Tidak ada seseorang pun didalam rumah itu, Jisung juga entah kemana di angka 11 dini hari, si jangkung tersebut masih tak menandakan bahwa dirinya akan pulang.
"Mengapa harus hujan hiks, Lele takut hujan," rintih Chenle diatas ranjang menukik badan mungilnya dengan selimut tebal.
Rumah seluas itu, hanya diisi oleh dua orang insan saja, tak ada maid satupun yang bekerja disana, mungkin hanya jasa kebersihan yang diminta Nyonya Park untuk membersihkan semuanya.
Karena Nyonya Park tak mungkin meminta Chenle yang sedang sakit untuk bersih-bersih rumah.
~~ Cklek ~~
Tepat pukul satu dini hari, bahkan Chenle masih belum menutup netranya didalam kamar, tetapi atensinya tiba-tiba terkejut kala ia mendengar pintu depan terbuka.
"Apakah Hyung sudah pulang?" tanya anak itu bertanya monolog pada dirinya sendiri.
Dengan gerakan yang sedikit tertatih, si mungil mencoba beralih kepada kursi rodanya, supaya bisa menemui Jisung yang sedang ada didepan.
Anak itu bisa melihat, bahwa tercetak jelas wajah lelah Jisung disana, mungkin dugaan Chenle benar bahwa sang suami pasti habis selesai dengan pekerjaannya.
"Hyung sudah pulang?" pekik Chenle memaksakan senyumnya didalam rintihan rasa sakit didalam tubuh ringkihnya.
Bukannya balasan hangat yang Chenle dapatkan, justru hanya wajah semu murka lah yang Chenle dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKTAT TERAKHIR - CHENJI 🔞
Romance"Biarkan rasa dan ragaku mengikis seiring berjalannya masa, asalkan satu jangan cegah aku untuk terus mencintaimu, karena separuh ragaku sudah bertaut indah didalam jiwamu," Park Chenle. "Mengapa kau tak memberitahuku bahwa selama ini kau orang yang...