Summary
Merelakan bagian tubuh kita yang berharga untuk mengupayakan agar orang yang kita cinta bisa terus bertahan menghirup udara segar didunia ini.
Tapi bagaimana jika nyatanya malah justru terkesan tak berarti bagi orang yang ditolong, sedangkan makhluk kecil ini bahkan rela membahayakan dirinya sendiri demi menolong orang yang dicintainya itu.
Jisung membenci Chenle, tetapi justru Chenle malah rela mendonorkan ginjal sebelahnya untuk Jisung.
"Jangan pernah mengatakan cinta kepadaku Zhong, karena jujur aku sangat jijik mendengar cintamu," Park Jisung.
"Biarlah jika kau membenciku, tapi setidaknya bagian tubuhku sudah menyatu dengan jiwamu, walau kita akan berakhir didalam beda dimensi kehidupan nantinya, setidaknya aku masih bisa merasakan cintamu untukku dikemudian hari Jisung-ah," Zhong Chenle.
.
.
Ruang dapur terasa sangat senyap, tak seperti biasanya yang selalu dihias oleh harumnya semerbak karya makanan dari seorang istri untuk suaminya.
Tetapi mengapa agaknya pagi ini beda?
Dimana sosok ratu itu, apa yang terjadi kepadanya hingga mampu membuat si mungil terlambat untuk bangun.
Jisung hanya mengedarkan pandangan nya, kala ia tak bisa menemukan sosok istri yang selama ini selalu ia cerca.
"Dimana jalang itu, dasar pemalas," namun Jisung justru kebali mencerca si mungil tanpa mengingat kejadian pilu semalam.
Jisung dengan setelan kasual seperti biasa, langsung bergegas pergi untuk bekerja, menyelesaikan single pertama yang sebentar lagi akan tayang diberbagai media jejaring khalayak digital.
.
"Hiks, hiks, dasar lemah, mengapa kamu tak bisa bangkit Chenle-ya hiks," isakan sosok kecil didalam kamarnya masih setia terdengar disana.
Jangan kalian berpikir, Chenle bisa tidur semalam, bahkan menutup mata saja rasanya cukup berat bagi si mungil setelah insiden yang cukup membuat trauma besar bagi diri Chenle.
~~ Tringg ~~
Dering ponsel yang entah sedari kapan ada dinakas sebelah ranjang Chenle bergetar hebat, mengusik atensi si mungil.
Nana,
Sebuah nama kontak dalam panggilan tersebut, sontak membuat si mungil terkejut, pasalnya mengapa bisa anak ini menelfon Chenle yang masih terbilang cukup pagi.
"Halo Le, kamu sudah bangun kan?" suara lembut sang adik ipar, sedikit membuat Chenle merasa lega.
"Sudah Jaeminie, ada apa?" tanya Chenle dengan sekuat tenaga menutupi isakan dinada suaranya.
"Syukurlah kalau begitu, nanti jam 9 aku akan kesana, kan hari ini kamu ada jadwal check up kesehatan dirumah sakit dokter Lee," beritau Jaemin kepada Chenle.
Chenle ingat, jika hari ini memang dirinya akan ada jadwal pemeriksaan bersama Jeno seperti biasa.
"Oh iya, aku hampir melupakan nya Jaeminie, yasudah aku bersiap dulu Nee," pekik Chenle.
"Baiklah sampai bertemu nanti kakak iparku yang cantik," balas Jaemin lembut.
"Sampai ketemu juga adik iparku yang tak kalah cantik," tawa Chenle kepada Jaemin.
Beruntunglah, setidaknya masih ada Jaemin yang mampu sedikit menciptakan gelak tawa sebentar bagi si rapuh Chenle ini.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKTAT TERAKHIR - CHENJI 🔞
Lãng mạn"Biarkan rasa dan ragaku mengikis seiring berjalannya masa, asalkan satu jangan cegah aku untuk terus mencintaimu, karena separuh ragaku sudah bertaut indah didalam jiwamu," Park Chenle. "Mengapa kau tak memberitahuku bahwa selama ini kau orang yang...