PROLOG

5.1K 226 31
                                    

Merelakan bagian tubuh kita yang berharga untuk mengupayakan agar orang yang kita cinta bisa terus bertahan menghirup udara segar didunia ini.

Tapi bagaimana jika nyatanya malah justru terkesan tak berarti bagi orang yang ditolong, sedangkan makhluk kecil ini bahkan rela membahayakan dirinya sendiri demi menolong orang yang dicintainya itu.

Jisung membenci Chenle, tetapi justru Chenle malah rela mendonorkan ginjal sebelahnya untuk Jisung.

"Jangan pernah mengatakan cinta kepadaku Zhong, karena jujur aku sangat jijik mendengar cintamu," Park Jisung.

"Biarlah jika kau membenciku, tapi setidaknya bagian tubuhku sudah menyatu dengan jiwamu, walau kita akan berakhir didalam beda dimensi kehidupan nantinya, setidaknya aku masih bisa merasakan cintamu untukku dikemudian hari Jisung-ah," Zhong Chenle.

.

"Hiks Eomma, lele mohon hiks hentikan, tubuh lele sakithh hiks Eomma," rintih seorang pemuda kecil tersebut kala menahan cambukan yang dilakukan oleh perempuan paruh baya disana.

Sebut saja dia Zhong Chenle, seorang anak yatim piatu yang sudah sedari kecil ditinggal oleh orang tuanya dan dititipkan oleh salah satu pengurus panti disana.

Entah mengapa takdir selalu memainkan nasib si kecil, Bae Irene ibu tiri Chenle yang merupakan seorang pengurus panti tersebut selalu saja menyiksa Chenle saat si kecil tidak membawakan uang untuknya.

Apakah Irene saudara orang tua Chenle, lalu mengapa Irene tega melakukan hal seperti itu kepada Chenle?

Bukan, Irene bukanlah siapa-siapa bagi Chenle, ia kebetulan hanya petugas panti anak yang meminta hak asuh Chenle dengan motif memperbudak anak itu.

Chenle selalu disuruh bekerja dan diminta untuk menghasilkan uang banyak, dan jika tidak maka tubuh anak inilah yang akan menjadi bayaran dari kejamnya siksaan si ibu tiri tersebut.

Bagaimana dengan sekolah Chenle? Apa dia tidak sekolah?

Tidak Chenle terpaksa keluar karena ibu tirinya saat di kelas satu sekolah menengah pertama, dengan alasan Chenle akan pindah tempat tinggal.

Entah apa tujuan Irene menyiksa si kecil dan memperudaknya, apa ia tak punya hati nurani kepada anak-anak?

Apa perasaannya justru sudah hilang dan mati?

Sehingga tak ada perasaan iba yang tertera dihatinya.

Setiap hari Chenle diminta untuk bekerja, dan selalu dituntut mendapatan uang demi ibunya yang tak pernah menganggapnya anak.

"Cepat bekerja, bawakan aku uang, supaya aku bisa berjudi dan bermain bersama beberapa pria di bar malam ini," teriak Irene sambil menarik Chene yang baru saja bangun tidur pagi.

Irene mana hati nuranimu, bahkan semalam Chenle baru pulang sekitar jam 2 dini hari, dan baru saja semalam anak ini memberimu uang, lalu apakah uang itu belum cukup untukmu.

"Tapi lele masih ngantuk Eomma," rintih Chenle menaham cekalan tangan ibunya di rambut halus miliknya.

"Ngantuk kau bilang? Hey jalang kau itu menumpang dirumahku jadi, jangan pernah membantahku sedikutpun atau aku akan mengusirmu dari sini,"

Mata Irene memicing karena marah, dan mencekam pipi Chenle kuat sambil sesekali menampar permukaan kulit putih halus tersebut.

Mau tak mau Chenle harus menuruti Ibunya, ia harus kembali bergegas untuk keluar lagi bekerja.

Memangnya apa pekerjaan Chenle, sedangkan umurnya saja masih terbilang kecil untuk menjadi seorang pekerja penghasil pundi-pundi uang.

Asal kalian tau, Chenle selalu bekerja serabutan setiap hari, bahkan terkadang si mungil ini rela memungut beberapa botol bekas dijalan untuk ditukar dengan uang.

DIKTAT TERAKHIR - CHENJI 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang