BONUS CHAPTER

1.4K 93 17
                                    

Summary

Merelakan bagian tubuh kita yang berharga untuk mengupayakan agar orang yang kita cinta bisa terus bertahan menghirup udara segar didunia ini.

Tapi bagaimana jika nyatanya malah justru terkesan tak berarti bagi orang yang ditolong, sedangkan makhluk kecil ini bahkan rela membahayakan dirinya sendiri demi menolong orang yang dicintainya itu.

Jisung membenci Chenle, tetapi justru Chenle malah rela mendonorkan ginjal sebelahnya untuk Jisung.

"Jangan pernah mengatakan cinta kepadaku Zhong, karena jujur aku sangat jijik mendengar cintamu," Park Jisung.

"Biarlah jika kau membenciku, tapi setidaknya bagian tubuhku sudah menyatu dengan jiwamu, walau kita akan berakhir didalam beda dimensi kehidupan nantinya, setidaknya aku masih bisa merasakan cintamu untukku dikemudian hari Jisung-ah," Zhong Chenle.

.

.

Bagi Jisung cinta itu hanyalah sebuah terpaan luka, mengapa kisah cintanya bagaikan sebuah daun latah yang hanya bisa dinikmati sebentar.

Setiap hari, setelah berkunjung ke makam istrinya, Jisung menyempatkan waktu sebentar untuk pergi ke rumah yang dulu sempat Jisung tinggali bersama Chenle.

Sebuah rumah yang sempat menjadi bukti bagaimana tabahnya seorang Park Chenle dalam menghadapi sosok suaminya.

.

.

19 Januari,

Tanggal sakral, dimana kala itu tepat 3 tahun yang lalu, sepasang suami istri resmi mengujar saling sumpah dijamuan altar megah.

Ya tepat pada hari ini, Jisung mengingatnya sangat mengingat itu, kala ia pertama kali berstatus sebagai suami Zhong Chenle.

"Chenle-ya selamat ulang tahun pernikahan yang ke 4, aku harap kamu juga merayakan hari ini disamping tuhan," pekik Jisung disamping batu nisan sang istri sembari menangis.

Park Jisung, apa kau baru menyesal? Dan bagaimana rasanya ditinggal oleh belahan jiwamu sendiri setelah dulu kau siksa lahir dan batinnya?

"Chenle-ya apa kamu tau, hari ini aku resmi menjadi seorang presdir diperusahaan Appa, aku ingat dulu bagaimana kau terus memaksaku agar aku tak membantah Appaku sendiri, dan posisi ini berhasil kudapatkan karenamu sayang, lihatlah suamimu ini berhasil menjadi pemimpin, apa kau tak ingin melihatnya?,"

Bagai orang gila, Jisung terus menerus berbicara kepada sebuah nisan yang ia anggap bahwa nisan itu seseorang.

"Sayang hiks, Hyung rindu, aku yakin bahwa tadi kamu hadir diperusahaan untuk menyaksikanku bukan? Kamu hadir kan sayang?" bisik Jisung dengan isak tangisnya.

.

Matahari agaknya ikut menyaksikan bagaimana pilunya Jisung yang nampak sedang mencurahkan kerinduan untuk istrinya yang jauh berada diatas sana.

Selepas dari makam, Jisung nampaknya hari ini ingin kembali kerumah miliknya sendiri.

Untung saja jarak antara rumah dan makam tak membutuhkan waktu lama, jadi jika ia rindu dengan Chenle, Jisung bisa langsung kemakam istrinya.

//CKLEKK...

Pintu utama sudah berhasil dibuka oleh sang pemilik, namun atensi Jisung langsung berlagak fokus kearah dapur.

Dengan langkah lesu gontai, si jangkung tersebut berjalan ke sana, menatap semua peralatan isi dapur yang sontak mengingatkannya dengan istrinya lagi.

Kopi yang dulu sempat Chenle sajikan untuknya, kompor yang dulu selalu Chenle gunakan sebagai dasar alat masak untuk menyiapkan makanan Jisung semua masih ada diposisi yang sama.

DIKTAT TERAKHIR - CHENJI 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang