2. Nggak Berubah

14.2K 1.4K 99
                                    

Siapa yang nunggu? Absen vote dan komen dulu yuk ♡

Kalian tahu cerita ini dari jalur mana, gaes?

***

2. Nggak Berubah

Ya, aku tahu kalau dunia itu sempit. Tapi kenapa harus sesempit ini sampai harus mempertemukanku lagi dengan masa lalu? Dan ... apa tadi? Dia sepupu Mas Krisna? Kenyataan apa ini, ya Allah?

"Kaia, long time no see."

Aku langsung menoleh begitu Selly membisikkan kalimat itu.

"Wow." Selly geleng-geleng. "Buat seseorang yang ketemu lagi sama orang yang dibenci, kalimat itu kedengaran aneh nggak, sih?"

"Banget," balasku.

Ya, memang aneh. Tadi saat Mas Krisna menyuruh setiap orang memperkenalkan diri masing-masing dan tiba giliranku, mendadak Wisnu mengucapkan kalimat itu. Aku serasa ditembak di tempat dan tepat mengenai jantung. Gila. Bahkan seketika aku hanya bisa mematung dengan kepala blank. Niatku untuk pura-pura tidak kenal dan bersikap seperti orang asing, buyar sudah.

"Apa gue resign aja, ya?"

"Heh?" Selly langsung menabok pahaku. "Gila, lo!"

"Kenapa gila? Itu udah keputusan terbagus, kan?"

"Terbagus, pala lo!" Selly yang memang tiga tahun di atasku atau seumuran Wisnu, dengan semena-mena menoyor kepalaku. "Uang sewa apartemen mau lo bayar pakai apa? Daun?"

"Ya gue bisa cari kerjaan lain."

"Cewek nggak sadar umur ya gini." Dia berdecak. "Lo pikir deh, perusahaan mana yang mau nerima cewek umur dua tujuh kayak lo? Yang fresh graduate aja masih susah. Lo emang bontot di Mahameru, tapi di luaran sana, lo itu udah tua!"

Aku cemberut karena kata 'tua' yang dia tekankan keras-keras hingga membuat pengunjung kedai di sisi kiri kanan kami menoleh. "Kalau gitu gue cari duitnya yang nggak di perusahaan. Kerja dari rumah, misalnya?"

"Mau ngapain? Online shop? Kayak yang bakat jualan aja! Isi kontak lo aja masih bisa diitung jari, followers Instagram, apalagi!"

"Jadi penulis?"

Selly yang baru akan memasukkan mie ayam ke mulut, urung dan malah tertawa. "Mau nulis apaan? Bikin surat izin sakit aja butuh tutorial dulu!"

Ya begini definisi teman yang tidak mau repot-repot jaga perasaan. Ucapannya blak-blakan yang sayangnya seratus persen valid. Ngomong-ngomong, malam ini kami memang menyempatkan untuk makan bersama di kedai mi ayam langganan. Tentu saja agar aku bisa curhat. Bahkan secara khusus, aku minta izin Mas Herman untuk meminjam istrinya ini.

"Terus gimana? Lo ingat kan apa yang dia bilang ke gue dulu? Gue nggak boleh muncul di depan dia lagi. Terus ini gimana jadinya kalau gue sama dia aja sekantor? Masa gue cosplay jadi tembok atau pot bunga tiap papasan sama dia? Belum soal kerjaan. Lo tahu sendiri gue sering masuk ruang kerja Mas Krisna buat laporan ini itu."

"Kanapa sih lo hobi meribetkan sesuatu yang nggak harus dipikirin?" Selly mengacungkan sumpitnya. "Dia cuma bilang 'jangan muncul di depan gue lagi', bukan 'lo harus ngilang kalau ketemu gue lagi'. So, apa masalahnya? Lagian walaupun dia bos dan lo cuma kacung alias rakjel di Mahameru, tetep aja duluan lo di sana. Jadi ketika kalian ketemu lagi, itu sama sekali bukan salah lo."

"Tapi—"

"Apalagi?" Selly mendelik. "Biasa aja, kali, lagian. Lo kalau resign, bakal nunjukin kalau lo belum bisa move on dari masa lalu. Sedangkan kalimat dia yang bilang 'Kaia, long time no see' nunjukin kalau dia udah biasa aja. Lo dapet poinnya?"

Way Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang