19. Rekaman

8.2K 1K 64
                                    

Absen dulu yuk.

*

19. Rekaman

Tiga minggu setelah malam itu, Wisnu tidak melihat Kaia di mana-mana. Gadis itu tak lagi datang ke fakultasnya, ke kantin, atau tempat-tempat lain yang jadi tempat berkumpul Wisnu dan teman setongkrongan. Tentu saja itu membuat pikiran Wisnu berkecamuk.

Ingatan tentang Kaia yang melihatnya bersama Dian di restoran, sedikit banyak membuat Wisnu kepikiran. Ia menduga itu adalah alasannya. Mungkin Kaia marah kepadanya. Atau parahnya, Kaia menyerah. Pemikiran terakhir itu membuat Wisnu merasa cukup kalang kabut. Ia sudah tahu persis perasaannya. Ia menyukai Kaia. Namun gadis itu justru seolah menjauh darinya.

"Pas ada, dicuekin. Pas udah pergi, galau sampai mampus."

"Begitulah manusia, Rev. Kata Bang Haji, kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga."

Wisnu hanya mendatarkan ekspresi, berusaha mengabaikan sindiran Arta dan Revo yang tepat sasaran itu. Ia sudah cukup pusing dengan skripsi, ditambah menjauhnya Kaia membuat ia makin kacau. Tidak bisakah teman-temannya ini menunda untuk bersikap laknat?

"Gue kangen kue putu Kaia."

"Gue malah pengin cobain kue balok yang kata Kaia just for Wisnu Pradana itu, masa."

Nyatanya, bukan hanya Revo dan Arta saja, teman-teman perempuan di fakultasnya juga berbicara begitu. Seperti sengaja bekerja sama untuk memancing kekesalannya. Untungnya sedetik kemudian Wisnu bisa menyingkir ketika mendapat telepon dari Woko, senior Kaia.

"Gue barusan lihat Kaia, Nu."

Wisnu membeku. "Di mana?"

"Di gedung fakultas gue. Barusan persis. Lo kalau mau nemuin, cepetan ke sini."

Setelah menutup telepon, Wisnu langsung membereskan buku dan laptop. Ia tanggapi pertanyaan teman-temannya sambil lalu, sebelum keluar dari gedung FT.

Tiga minggu ini ia berusaha mencari Kaia. Ia sering datang ke FE untuk menemui gadis itu. Namun nihil, Kaia bahkan sudah tiga minggu tidak ke kampus. Tidak ada yang tahu kabar Kaia. Nomor yang Wisnu dapatkan dari Woko pun tidak lagi aktif. Bahkan pernah beberapa kali Wisnu menunggu di depan rumah mungil Kaia, tapi tidak menghasilkan apa pun. Rumah itu seperti kosong. Jadi barusan ketika Woko memberitahunya bahwa Kaia datang, ia merasa lega.

Ketika sampai di gedung FE, Wisnu langsung menuju ruang dekan. Namun belum jauh ia melangkah di koridor, tiba-tiba matanya menangkap sosok yang ia kenal. Kaia, yang tengah berbicara dengan seorang laki-laki. Kening Wisnu berkerut ketika tahu bahwa itu adalah Giri.

Wisnu sudah akan mendekat tapi urung saat melihat Kaia dan Giri tengah berdebat. Entah apa yang mereka bahas, tapi kentara sekali emosi di wajah keduanya. Ingin rasanya menghampiri mereka, tapi Wisnu merasa ragu. Jadi ia memutuskan menunggu, hingga akhirnya Giri pergi lebih dulu.

Melihat Kaia menangis, Wisnu melangkah mendekat. "Kaia."

Kaia mengangkat kepala dengan cepat. Mata sembap gadis itu membulat. Terlihat sangat terkejut.

"W-wisnu."

"Kenapa?" tanya Wisnu, berhenti beberapa langkah di depan Kaia.

Sembari mengusap pipinya yang basah, Kaia menggeleng. Lalu seulas senyum terbit di bibir gadis itu. "Kamu apa kabar?"

Ekspresi Wisnu mendatar. Panggilan Kaia yang tidak biasanya, membuat rasa tidak nyaman di hati Wisnu. Ia tidak suka.

"Ke mana aja?" tanya Wisnu.

Way Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang