18. Kaia dan Giri

8.4K 1K 15
                                    

18. Kaia dan Giri

Semenjak kejadian ciuman tak sengaja itu, perubahan pada hati Wisnu terasa semakin besar. Setiap bertemu Kaia, detak jantung Wisnu semakin tak beraturan. Bahkan atensinya selalu berpusat kepada gadis itu. Hanya saja, justru Kaia seperti agak berubah. Gadis itu jadi lebih jarang bicara, meski tetap menemuinya. Dan Wisnu tidak suka itu.

"Gimana kamu sama Kaia?"

Wisnu menoleh ke arah Dian yang barusan bertanya. Malam ini, mereka tengah berada di sebuah restoran sambil menunggu film bioskop dimulai. Dian yang mengajaknya bertemu. Sebenarnya ada Rama juga, tapi katanya akan datang menyusul.

"Menurut kamu?"

"Nggak tahu." Dian tersenyum. "Tapi aku agak kasihan aja lihat Kaia memperjuangkan cowok secuek kamu."

Wisnu mendengus. Ya, sebagai sesama mahasiswa satu kampus, tentu Dian mengetahui tentang Kaia yang mendekatinya. Bahkan sejak awal, Dian menyarankan Wisnu agar menyambut perasaan Kaia. Ketika Wisnu bertanya apakah Dian cemburu, gadis itu malah tertawa. Bagi Dian, Wisnu hanyalah kakak dari sahabat kecilnya, Rama. Tidak lebih. Begitu pula yang dirasakan Wisnu. Ia tidak pernah melihat Dian sebagai seseorang yang berpotensi untuk disukai secara romansa.

"Kalau kamu beneran suka sama Kaia, kita harus secepatnya batalin pertunangan."

Wisnu mengerutkan kening. "Kamu nggak apa-apa, ngecewain ibu kamu?"

"Ya nggak ada pilihan lain. Lagian ya, Nu, selama kita tunangan, nggak ada sedikitpun aku kepikiran buat suka sama kamu. Itu konyol. Kamu tahu siapa yang aku suka, kan?"

Wisnu tersenyum kecil. Bukan hanya tahu, ia juga kadang menikmati menggelikannya Rama yang menahan cemburu setiap kali Wisnu dan Dian kencan. Padahal kencan itu hanya untuk menghargai orang tua mereka.

"Kamu sendiri, gimana sama Rama?"

Dian mengulum senyum. "Thanks to you karena bikin aku keluar dari lingkaran friendzone ini."

Wisnu mengangkat kedua alis. "Maksudnya?"

"Rama minta kita secepatnya batalin pertunangan, karena dia mau mengajukan diri buat gantiin kamu buat nikahin aku."

"Really?"

Dian mengangguk, sementara Wisnu terkekeh. Ia senang adiknya itu sadar juga. Bertahun-tahun denial dan melarikan diri dengan mengencani gadis berbeda-beda, tapi pada akhirnya tetap kembali ke Dian. Bodoh sekali, kan?

"Jadi tujuan kamu ajak ketemuan, buat ngomongin ini? Kita secepatnya batalin pertunangan?" tanya Wisnu.

"Iya."

"Kenapa nggak dari dulu aja kamu pura-pura punya hubungan sama aku biar Rama cepat sadar?"

Dian tertawa. "Sebenarnya bukan cuma sama kamu aja, Rama cemburunya."

"Sama siapa lagi?"

"Giri."

"Giri?" Wisnu mengernyit. Tiba-tiba wajah Kaia terlintas di benaknya.

Dian mengangguk. "Tahu nggak, sih? Pas gosip Kaia ngejar kamu, Giri juga mulai deketin aku."

"Oh ya?"

"Iya. Bisa barengan, ya?" Dian tertawa.

Wisnu mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis. Jadi Giri menyukai Dian? Artinya, memang tidak ada apa-apa antara Giri dan Kaia, bukan?

"Itu bukannya Kaia?"

Wisnu mengikuti arah pandang Dian.  Di salah satu meja, Kaia tengah duduk dan memainkan ponsel. Sendirian. Dengan kepala tertunduk, sehingga Wisnu tak bisa melihat secara jelas wajah gadis itu.

Way Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang