10. Karma
Apa yang kupikirkan benar-benar tepat. Seseorang yang mengirim email ke Mahameru ternyata memang Farid yang kukenal. Vachiravit Farid Wiryawan. Aku mengetahui itu karena langsung menanyakan ke pihak yang bersangkutan. Dan tahu apa yang dia katakan?
"Kejutannya berhasil, kan?"
Memang mengesalkan, mantanku itu.
Dan hari ini dia datang ke Mahameru untuk melakukan meeting dengan Wisnu dan tim. Selly satu-satunya yang mengetahui bahwa calon klien kami adalah mantanku, jadi heboh sendiri. Tentu saja karena dia tadinya tahu tentang Farid hanya dari ceritaku, tapi kini bisa bertemu langsung. Bahkan saat melihat mobil Farid berhenti di depan gedung Mahameru, dia langsung berdecak kagum.
"Sesultan itu, mantan lo?" bisik Selly setelah dia puas mengintip dari dinding kaca. "Mobilnya mewah, bestie."
Aku hanya memutar bola mata sambil mengunyah Pocky. "Yang kaya tuh orang tuanya, dia cuma nebeng."
"Sama aja, kali."
"Beda. Farid nggak pernah mau dibilang anak orang kaya."
"Rendah hati banget." Selly menyentuh kedua pipi dengan senyum ganjen. "Dan gue bentar lagi bakal ketemu depan mata sama Mario Maurer KW super. Harus sambil elus-elus perut nih biar anak gue ketularan good looking."
"Insecure karena suami lo kurang good looking?"
"Sembarangan!" Selly menabok lenganku. "Laki gue bibit unggul itu."
"Iya, percaya." Aku kembali memutar bola mata. "Nggak mau siap-siap, lo? Farid masuk, meetingnya bakal dimulai."
"Oh iya."
Selly langsung bangkit dari kursi dan sibuk sendiri dengan berkas-berkas yang tadi sudah kusiapkan. Sementara aku berlalu ke dapur, menyiapkan makanan dan minuman untuk suguhan meeting. Ini juga merupakan salah satu tugasku. Maklumlah, biro kami masih kecil jadi belum mempunyai OB. Multitalent sekali bukan, aku ini?
Ketika kembali dari dapur, ternyata lantai satu sudah ramai. Terlihat anak-anak Mahameru yang ditugaskan sebagai tim berjejer memperkenalkan diri kepada Farid. Heran, kenapa tidak di ruang meeting saja?
"Nah, ini yang dicari," seru Mas Damar ketika melihat kemunculanku. "Sini, Kai, lo dicari Farid."
Sontak kulebarkan mata ke arah pria blasteran Thailand yang memakai setelan celana bahan hitam dan kemeja abu-abu itu. Dia bilang apa sehingga Mas Damar berkata begitu? Dan cara bicaranya yang informal, kutebak pasti mereka sudah berkenalan.
"Kamu mau di situ terus, Kai?"
Ucapan Farid sontak membuat Mas Damar dan Selly berdeham keras, sementara Wisnu melirikku dengan ekspresi datar andalannya. Berdecak, aku mendekat dan meletakkan nampan di atas meja.
"Ada apa sama bahasa informal ini?" sindirku.
"Dia kan temen lo, Kai." Mas Damar membalas. "Nggak usah terlalu kaku, lah."
Aku langsung menoleh ke arah Farid dengan tatapan bertanya.
"Kita emang teman dari SMA, kan?" Farid tersenyum kecil. "Atau aku harus nyebut kita ini—"
Kupelototkan mata, membuat Farid tertawa. Sementara Selly sudah menyenggol-nyenggol lenganku.
"Sahabat." Farid menyengir.
Aku mendesah lega. Meski kalem begitu, terkadang Farid suka kumat jailnya. Makanya aku was-was. Kalau sampai dia bilang kami pernah punya hubungan romansa, pasti anak-anak Mahameru akan heboh. Apalagi Mas Damar memang belum tahu siapa nama mantanku. Hanya sebatas tahu bahwa kami berpacaran saat kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back To You (END)
Romansa(PDF dan buku cetak sudah ready. Cek infonya di dalam cerita) Dulu, Kaia pernah membuat kesalahan dengan berusaha mengacaukan hubungan Wisnu dan Dian. Ia mengejar-ngejar Wisnu dan mengerahkan seluruh perhatian untuk pria itu. Hanya demi Giri yang sa...