6. Jangan Baper!

11.2K 1.3K 57
                                    

6. Jangan Baper!

Ini situasi yang sama sekali tak pernah kubayangkan. Aku duduk di mobil, dengan dua pria yang berbeda di mataku. Satu merupakan seseorang yang baru kukenal dua tahun belakangan, tapi sangat akrab karena kuanggap sebagai seorang kakak. Dan satunya lagi seseorang di masa lalu yang tiba-tiba muncul lagi dan memporakporandakan tatanan hatiku yang belum kokoh meski tujuh tahun telah berlalu.

Dan yang membuatku semakin bodoh di sini adalah aku yang duduk sendirian di bangku belakang, sedangkan Wisnu duduk di sebelah Mas Damar yang sedang menyetir. Tadinya aku yang ingin duduk di depan, tapi dengan semena-mena Mas Damar memerintahku untuk pindah ke belakang bersama tas belanjaan, lengkap dengan bisikan seperti ini,

"Gue nggak mau entar ribut sama Wisnu karena bikin dia cemburu."

Sinting, kan? Mengesalkan!

"Kai, lo nggak mau nawarin Pocky lo itu ke kita?"

Aku yang asyik mendengarkan lagu melalui satu earphone terpasang di telinga kiri sambil menyemil Pocky, langsung mendongak. "Lo mau?"

"Iyalah." Dia mengulurkan satu tangan melewati bahu. "Bagi sini."

Menyeringai kesal, aku mengambil tiga batang Pocky dari bungkusnya dan meletakkannya di telapak tangan Mas Damar.

"Wisnu juga, dong, Kai. Pelit amat kayak bocah."

Kusempatkan memicingkan mata sejenak ke arah Mas Damar sebelum melirik Wisnu. "Kamu mau juga?"

Wisnu memiringkan badan dan tersenyum. "Mau."

Beda dengan Mas Damar tadi, aku memilih menyodorkan kotak itu kepada Wisnu. Biar dia ambil sendiri.

"Makasih," katanya setelah mengambil beberapa batang.

"Iya," gumamku dan kembali menatap keluar sambil lanjut menikmati lagu.

Ya bagaimana? Sejak tadi mereka asyik mengobrol soal sesuatu yang kurang aku pahami, seperti bisnis dan traveling. Memang sesekali Wisnu membawaku ke dalam obrolan, tapi aku yang dalam masa meminimalkan interaksi dengannya, lebih memilih menjawab singkat-singkat. Bukannya apa, ini salah satu usahaku untuk membentengi hati.

"Btw, waktu nikahan Krisna, gue nggak lihat lo."

Aku spontan menoleh ketika Mas Damar mengatakan itu.

"Hari H nikahan, gue lagi dirawat." Wisnu menjawab santai sambil mengunyah Pocky.

"Oh ya? Sakit apa?"

"DB." Wisnu meringis, kemudian menoleh ke arahku. "Kamu ke nikahan Krisna juga, Kai?"

Aku mengangguk. "Iya."

"Dia sampai pretelin itu bunga pengantin biar dapat jodoh, eh sampai sekarang nggak dapet-dapet."

"Bohong." Aku mendorong punggung Mas Damar dari belakang. "Lo yang pretelin terus sebagian ditaruh di tas gue."

Mas Damar malah makin keras tertawa. "Kan gue kasihan sama lo yang kata Selly udah jomlo lama. Sejak kapan, Kai? Tepat di hari wisuda, lo putus sama mantan lo, kan?"

Aku meniup poni dengan kesal, berusaha tidak memedulikan Wisnu yang dengan gerakan kelewat cepat, menoleh ke belakang. "Lo lagi laper, ya, Mas? Makanya nggak bisa diem?"

"Kok tahu?"

Aku berdecak dan buang muka ke luar jendela. Namun apa yang dikatakan Mas Damar memang benar, sih. Saat pindah kuliah di Bandung dulu, aku kembali bertemu mantan pacarku yang putus saat kelas 2 SMA. Farid, namanya. Kami dulu putus baik-baik. Karena di sana hanya Farid yang kukenal, akhirnya dia jadi temanku. Beberapa bulan setelahnya, dia menawariku untuk mencoba menjalin hubungan lagi.

Way Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang