20. Heartbreak
Wisnu tahu ini mungkin aneh. Galau karena patah hati di usia dua puluh tiga tahun, mungkin terdengar berlebihan. Namun itulah yang Wisnu rasakan. Wisnu benar-benar merasa kacau setelah mengetahui kebenaran tentang Kaia.
Apalagi, keterkaitan antara dirinya, Kaia, Giri dan Dian menjadi konsumsi seluruh mahasiswa di kampus, bahkan mungkin menyebar ke luar. Bukan hanya Wisnu yang merasa menyedihkan di sini, tapi Dian juga menjadi perbincangan. Meski Rama dan Dian telah mengumumkan hubungan mereka di akun Instagram masing-masing, tapi gosip itu masih terus jadi perbincangan hangat. Wisnu sedikit banyak merasa bersalah akan hal itu.
Namun di atas itu semua, Wisnu masih tak menyangka akan kenyataan yang sebenarnya. Kaia dan Giri yang saling terkait. Kaia yang sama sekali tak punya perasaan, bahkan muak kepada seseorang sepertinya. Kaia dengan segala kebaikan dan sikap perhatiannya yang ternyata hanya sebuah kepura-puraan. Memikirkan itu semua membuat Wisnu frustrasi. Mengapa harus sekarang semua itu terungkap? Mengapa tidak sejak awal, ketika ia belum memiliki perasaan kepada Kaia?
"Lanjut besok aja, Nu. Lo nggak kelihatan sehat hari ini."
Wisnu yang sedang fokus mengetik, langsung mendongakkan kepala. Arta dan Revo tengah menatapnya dengan kening berkerut. Sementara ia langsung menggeleng.
"Makin kelar, makin cepet gue sidang."
"Jangan buru-buru wisuda, Nu." Revo menopang dagu. "Entar gue sama siapa?"
Salah satu sudut bibir Wisnu terangkat. "Normal?"
"Sialan." Revo mengumpat. "Lagian ngapain sih lo mau cepet-cepet lulus? Kayak gue sama Arta, dong. Santai, Bro."
Berdecak, Wisnu menggeleng. Arta dan Revo memang kelihatan begitu santai. Namun Wisnu tentu tidak bisa. Rama yang memilih jurusan kedokteran, membuat Ayah mengandalkan Wisnu untuk meneruskan bisnis konstruksinya. Karena itu ia harus segera lulus agar bisa bergabung ke perusahaan. Meski sebenarnya, ini bukan impian Wisnu. Dibanding perusahaan ayah tirinya, ia lebih menginginkan bekerja di bidang biro konsultan. Namun menolak permintaan Ayah juga bukan keputusan bagus.
"Woi, No!" Tiba-tiba Arta berseru sembari melambaikan tangan. "Kusut amat itu muka."
Nino, seseorang yang dipanggil itu, langsung duduk di sebelah Wisnu. "Disuruh revisi, gue, sama dosbim killer."
Arta dan Revo tertawa. "Revisi yang ke berapa, Bro?"
"Ke ribuan kalinya."
Kedua temannya itu kembali menertawakan wajah merengut Nino. Sementara Wisnu hanya menggeleng. Sambil menyesap kopi, ia kembali memfokuskan pikiran ke layar laptop. Namun gagal, karena bahasan Nino selanjutnya.
"Gila, Nu, lo masih jadi trending topik. Tiap lewat gerombolan cewek, yang gue denger pasti ghibahan soal lo sama Kaia."
Wisnu tidak menanggapi. Sementara Arta dan Revo terlihat sekali mencoba mengalihkan topik, tapi Nino dengan mulut besarnya itu tidak mau berhenti. Memang mungkin hanya Arta, Revo dan Woko saja yang tahu bagaimana perasaannya kepada Kaia. Sisanya, masih menganggap bahwa apa yang terjadi bukan masalah besar. Bahwa ia sama sekali tidak menyukai gadis itu. Bahwa yang ia rasakan hanya kekesalan karena tersinggung, bukan patah hati.
"Wita yang nyebarin rekaman itu, ternyata emang dendam sama Kaia. Dia naksir lo, Nu. Tadi gue denger sendiri waktu dia cerita ke Hilda. Ngeri ya, cewek kalau udah main dendam."
"Lebih ngeri lagi mulut lo yang susah berhenti ngebacot, No. Mending pesen makanan atau apa kek sana, daripada bahas berita nggak penting."
"Rese lo, Rev."
Bersamaan dengan Nino yang bangkit, tiba-tiba suasana kantin menjadi hening. Wisnu yang menyadarinya, langsung mengangkat kepala dan menatap sekeliling. Hingga akhirnya matanya menangkap sosok dengan kardigan hitam yang berjalan mendekat ke arahnya. Kaia, gadis yang mengacaukannya beberapa hari ini. Gadis yang tidak mau bertanggung jawab setelah membuat hati Wisnu jatuh kepadanya.
"Nu."
Wisnu menepis tangan Nino yang berada di bahunya. Menipiskan bibir, ia menekan tombol save pada pekerjaannya sebelum menutup laptop. Dengan gerakan kasar, ia masukkan bareng-barangnya ke dalam tas.
"Wisnu."
Keempat laki-laki itu masih saling diam. Wisnu menghentikan gerakannya. Kemudian ia bangkit, menghadap gadis yang bahkan masih bisa tersenyum lebar di tengah bisik-bisik yang mulai terdengar.
"Pagi, Wisnu. Hari ini aku bawain kue balok lagi. Dimakan ya, soalnya ini enak ba-'
Brak!
Kotak makan itu kini tergeletak mengenaskan di lantai. Tutupnya terbuka begitu saja, membuat beberapa potong kue balok tumpah keluar dan tertempeli debu. Berserakan, dengan cokelat lumer yang tak lagi kelihatan menggiurkan.
Meski ia yang mengambil dan membanting, tapi Wisnu tetap membeku. Satu tangannya terkepal, berusaha mengontrol emosi yang sebentar lagi membludak. Kemudian Wisnu menatap gadis yang kini memucat itu.
"Lo ...,"
Kaia mendongak ketika Wisnu menggantung kalimat. Ia bisa melihat bola mata bening itu kini berkaca-kaca. Ada sesak yang Wisnu rasakan ketika melihatnya menahan tangis. Namun ... untuk apa menangis? Karena jadi bahan gosip? Karena orang-orang kini membencinya?
"Mulai sekarang, jangan pernah muncul lagi di depan gue. Paham?"
Setelah menekankan kalimat itu, Wisnu membalikkan badan dan keluar dari kantin dengan langkah lebar. Beberapa orang yang berpapasan menatapnya penuh arti, tapi ia tak peduli. Dengan tangan terkepal, Wisnu terus berjalan menuju tempat parkir. Ketika sampai, ia langsung membuka mobil dan membanting pintu.
"Sialan!" desisnya sembari memukul roda kemudi.
Dengan rahang mengeras, ia menatap ke depan. Hujan turun dengan deras, membuat beberapa orang yang berada di tempat parkir, berlarian mencari tempat berteduh. Sementara di dalam mobil, Wisnu masih meresapi patah hatinya.
Jika tahu bahwa jatuh cinta bisa membuatnya selemah ini, maka ia menyesali perasaan ini. Harusnya ia tetap menjadi Wisnu seperti biasa, yang sulit untuk menjatuhkan hati. Itu akan jauh lebih mudah karena kekecewaan akibat dibohongi Kaia tidak akan sebesar ini. Tidak akan sedalam ini.
Setelah beberapa menit menormalkan emosi, Wisnu memutuskan untuk pulang saja. Namun baru saja menyalakan mesin mobil, pandangannya justru jatuh pada sosok yang berjalan di tengah hujan deras. Kardigan dan payung yang sama-sama hitam. Tidak ada warna biru laut seperti biasanya.
Wisnu kesulitan mengalihkan tatapan dari sosok itu. Kaia yang berjalan memunggunginya dengan kepala menunduk. Terlihat menyedihkan, membuat sesuatu di dalam dada Wisnu terasa seperti diremas. Nyatanya meski Kaia telah menyakitinya sedemikian rupa, tapi ia tetap tak bisa menanggalkan atensi kepada gadis itu. Kaia ... masih jadi pusat perhatiannya.
***
Hm hm hm.
Magelang, 30 Agustus 2022
Direpost 13 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back To You (END)
Romance(PDF dan buku cetak sudah ready. Cek infonya di dalam cerita) Dulu, Kaia pernah membuat kesalahan dengan berusaha mengacaukan hubungan Wisnu dan Dian. Ia mengejar-ngejar Wisnu dan mengerahkan seluruh perhatian untuk pria itu. Hanya demi Giri yang sa...