17. Accidental Kiss

9.1K 1K 39
                                    

17. Accidental Kiss

Hari-hari berikutnya, Kaia masih dengan usahanya mendekati Wisnu. Dugaan Wisnu soal Kaia akan berhenti seminggu dua minggu ternyata salah. Wisnu sendiri entah kenapa tidak merasa risih, meskipun belum bisa menanggalkan sikap tak acuhnya. Namun apa pun yang dilakukan Kaia ia terima begitu saja. Agresifnya, cara bicara yang terkesan dipaksakan agar terdengar imut, pendekatan secara terang-terangan, atau bahkan berbagai makanan yang dibawakan gadis itu khusus untuknya.

Kaia itu ternyata pintar memasak. Bukan hanya kue, tapi juga berbagai makanan lain yang cukup membuat Wisnu terkesan. Jujur saja untuk yang satu itu, Wisnu menyukainya. Masakan Kaia sangat cocok untuk lidahnya. Seperti kali ini, ketika Kaia membawakannya kue balok.

Saat ini, mereka sedang berada di pujasera. Sebenarnya Wisnu baru saja bertemu Dian secara diam-diam. Setelah gadis yang berstatus sebagai tunangannya itu pergi, Kaia datang dengan wajah cerianya. Padahal Wisnu sedang ingin menyendiri. Namun entah kenapa, ia juga tidak merasa keberatan akan keberadaan Kaia.

"Enak, kan?"

Wisnu yang baru selesai menelan potongan kue balok untuk ke sekian kalinya, spontan mengangguk. Ia melirik Kaia yang tersenyum-senyum karena reaksinya.

"Bikinnya pakai hati, pasti enaklah."

Salah satu sudut bibir Wisnu terangkat ketika Kaia berceletuk seperti itu. Seperti tak keberatan dengan terang-terangan menunjukkan rasa sukanya. Dan Wisnu lagi-lagi tidak merasa risih.

"Tahu nggak, Nu? Pertama kali Kai cobain kue balok tuh pas di pasar malam. Waktu itu Kai pergi sama Giri."

Dalam diam, Wisnu mengerutkan kening. Giri?

"Giri itu tetangga Kai. Giri juga kuliah di sini. Junior Wisnu." Lalu Kaia mengotak-atik ponsel, menunjukkan kepada Wisnu. "Yang ini. Wisnu pernah lihat?"

"Hm." Wisnu bergumam. Laki-laki yang fotonya ditunjukkan oleh Kaia itu sering berinteraksi dengan Dian. Bahkan Dian bercerita jika Giri kerap membantu gadis itu tiap kali mendapat gangguan dari sesama mahasiswa.

"Sebenarnya Kai sama Giri nggak deket-deket amat. Cuma, orang tua kita deket banget. Jadi mamanya Giri nyuruh kita main ke pasar malam. Kapan ya itu? Kalau nggak salah pas SMP. Giri beliin kue balok. Dari situ, Kai jadi suka sama kuenya. Bahkan favorit."

Wisnu mengetuk-ngetukkan ujung telunjuk ke atas meja. Ia menatap kue balok itu dengan pandangan rumit. Kata Kaia, Giri tidak dekat dengan gadis itu. Lalu kenapa makanan yang dibelikan Giri, jadi favorit Kaia?

"Sebenarnya bukan karena dibeliin Giri, sih." Seolah menjawab pertanyaannya, Kaia kembali bicara. "Tapi emang kue balok tuh enak. Kai suka banget sama cokelatnya yang lumer. Yang Kai bikin juga lumer kan ini?"

Wisnu mengangguk. "Enak."

Senyum Kaia melebar. "Seneng deh, Wisnu sekarang mau kasih reaksi ke pertanyaan Kai."

Mata Wisnu berkedip pelan. Ia juga baru menyadari hal itu. Apakah ia mulai membuka pintu untuk Kaia? Secepat ini?

"Kai belajar bikin kue balok habis itu. Cari-cari resep juga lho, di internet, di buku, pokoknya berusaha biar hasilnya enak. Semoga Wisnu jadi suka juga ya. Syukur-syukur gegara kue balok, Wisnu jadi naksir Kai hehe."

Kaia sibuk terkekeh, sementara Wisnu diam-diam menciptakan kurva di sudut bibirnya. Bahkan kini ia kembali menyuapkan sepotong kue balok ke dalam mulutnya. Cokelat yang meleleh di lidah, terasa manis sekali. Benar, Wisnu menyukainya.

"Masih hujan, ya?"

Celetukan Kaia membuat Wisnu ikut menatap ke luar atap gazebo tempat mereka duduk. Hujan masih turun dengan lebatnya. Padahal ini sudah hampir malam.

Way Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang