4. Normalkah?

12.2K 1.3K 62
                                    

4. Normalkah?

Lima hari bekerja dengan vibes berat karena hal yang tak terduga, akhirnya besok libur juga. Dan malam ini, Wisnu mengajak kami semua untuk makan bersama untuk merayakan kedatangannya sebagai bos baru. Sejujurnya aku ingin mangkir, tapi urung karena kata Selly, orang-orang bisa makin curiga aku dan Wisnu betulan punya sejarah masa lalu yang lebih dari sekadar senior-junior.

Ya, mereka memang curiga. Tentu saja itu karena sikap Wisnu yang makin ke sini makin terasa aneh. Semua orang punya mata, mereka pastinya bisa melihat cara Wisnu bersikap di depanku. Bukannya aku terlalu percaya diri atau apa, tapi Selly sendiri merasakan jika Wisnu memperlakukanku lebih lembut dibanding kepada yang lain. Selly bahkan mulai tak percaya dengan ceritaku soal Wisnu yang membenciku.

Aneh, memang. Untuk ukuran seseorang yang sedang membenci, sikapnya itu berbanding terbalik. Di keadaan normal, harusnya Wisnu memanfaatkan posisinya untuk mempersulitku di tempat kerja hingga aku tak betah dan akhirnya resign. Bukan begini. Namun ... justru sikapnya yang seperti ini membuatku was-was. Aku curiga dia ingin balas dendam dengan cara lain.

"Mau pesan apa, Kai?"

Tercenung, aku menoleh. Tepat di sampingku, Wisnu menunjukkan lembar menu. Ya, entah bagaimana caranya di restoran seafood ini, aku kebagian duduk bersebelahan dengan dia.

"Nasi putih dan lobster saus padang aja."

"Minumnya?"

"Es lemon?"

Wisnu menatapku dengan kening berkerut. "Lemon hangat aja." Dan setelah itu dia memberikan kertas menu kepada pelayan. "Nasi putih dan lobster saus padang dua, lemon hangat dua."

Mulutku menganga. Kalau begitu, kenapa dia bertanya?

"Lo mau apa, Selly, Tio?"

"Gue gurita asam manis sama es jeruk." Selly tersenyum mengejek sambil menekankan kata 'es'.

"Gue samain aja sama Selly."

Pelayan mengulangi pesanan dan setelah diiyakan, langsung berlalu. Menatap Mas Damar yang sedang mengobrol seru di meja sebelah, tanpa sadar aku menghela napas kasar.

"Kenapa?"

Terlonjak, aku menoleh. Detak jantungku seketika terpacu. Cara Wisnu yang bertanya dengan setengah berbisik tepat di telinga, membuatku merinding.

"Kenapa menghela napas?" ulangnya.

Aku melirik Selly dan Mas Tio yang sudah senyum-senyum penuh arti. Berdecak, aku berkata pelan, "Nggak apa-apa."

"Dia pengen sama induknya, Nu." Dan Selly dengan senang hati mengatakan itu.

Ya, memang Wisnu menyuruh anak-anak Mahameru yang lebih tua dari dia untuk memanggil nama saja. Dan itu berarti hanya aku yang memanggilnya dengan embel-embel 'Mas'. Mengesalkan karena mereka makin bebas menggodaku.

"Induk?"

Selly mengangguk. "Mas Damar, maksudnya. Kaia kan di Mahameru jadi ekornya Mas Damar, padahal gue yang ngajak dia masuk sini. Ke mana-mana sama Mas Damar, maksi kalau nggak sama gue ya sama Mas Damar."

Langsung saja kupelototi Selly dengan isyarat 'maksud lo apa?'. Tapi Selly malah mengedipkan sebelah mata. Namun memang apa yang dia bilang ada benarnya. Di antara anak-anak Mahameru selain Selly, aku paling dekat dengan Mas Damar. Meski jail dan suka bercanda, tapi dia sangat perhatian. Entahlah, dia seperti mengisi harapanku untuk memiliki kakak laki-laki. Pun, dia juga pernah bilang bahwa aku mirip dengan adiknya yang sedang kuliah di Malang. Karena itulah aku dan Mas Damar dekat.

"Kamu mau pindah ke meja Damar?"

Mataku mengerjap begitu Wisnu menanyakan itu dengan wajah santai. Dan tanpa pikir panjang aku langsung mengangguk. "Mau."

Wisnu menatapku lama sebelum menbuang muka. "Di sini aja."

Seketika, terdengar tawa tertahan dari Selly dan Mas Tio. Aku mendengus, menahan kesal. Kualihkan pandangan ke arah panggung yang menampilkan live music.

I'm in my bed
And you're not here
And there's no one to blame
But the drink in my wandering hands

Itu lagu berjudul Falling milik Harry Styles. Selly dan Mas Tio langsung ikut menyanyikannya, sedangkan aku diam menonton sang penyanyi.

Forget what I said
It's not what I meant
And I can't take it back
I can't unpack the baggage you left

Dan ketika tiba di lirik itu, aku merasa sedang diperhatikan. Benar saja, ketika menoleh, aku mendapati Wisnu tengah menatapku lekat dan dalam. Mataku mengerjap. Bahkan tanpa sadar menahan napas hanya karena melihat betapa dalamnya bola mata Wisnu, seolah ingin menelanku ke dalamnya.

"Ehm!"

Deheman itu membuatku tersentak dan menoleh. Memangku dagu, Selly menatapku penuh arti sementara Mas Tio masih asyik ikut menyanyi.  Untungnya setelah itu pesanan kami datang, jadi aku bisa menghindari situasi aneh ini dengan menyantap makanan kesukaanku. Setidaknya malam ini aku bisa makan enak dengan gratis.

Berusaha tak menghiraukan orang di sebelahku, aku memfokuskan diri pada lobster besar di hadapan. Bibirku tersenyum kecil ketika menyuapkan nasi putih yang disiram kuah, ke mulut. Enak sekali, padahal baru dengan kuahnya saja.

"Enak, Kai?" tanya Selly yang sudah ikut mengotori tangannya dengan saus gurita asam manisnya.  Aku mengangguk. "Icip dong, lobsternya."

"Gue bahkan baru makan kuahnya."

"Ya udah sih, cuilin itu dagingnya dikit. Nggak usah pelit."

"Iya."

Segera aku meraih lobster dan berusaha mengeluarkan dagingnya. Namun ukurannya yang besar membuatku cukup kesusahan. Beberapa kali percobaan saja, aku hanya bisa mengeluarkan sedikit yang langsung kutaruh di piring Selly. Biar saja aku mengalah. Aku tidak ingin anak yang ada di kandungannya ileran nanti.

Baru saat akan mengeluarkan lagi, tiba-tiba daging lobster yang hampir utuh ditaruh di atas piringku. Tertegun, aku menoleh. Kulihat Wisnu menatapku dengan senyum tipis.

"Makan." Setelahnya, dia mengambil lobsterku yang masih ada cangkangnya dan mengeluarkan dagingnya dengan santai.

Masih terpaku, aku menatap piring. Lalu mendongak untuk berpandangan dengan Selly yang ternyata sedang mengangakan mulut. Ekspresi kaget dan bingung tercetak di wajahnya. Aku meringis, karena jauh lebih bingung.

Normalkah bersikap seperti ini kepada orang yang dibenci? Atau ... Wisnu sudah melupakan kebenciannya?

***

PDF sudah ready ya, gaes. Yeaay. Keterangan lebih lanjut, bisa scroll/geser ke postingan berikutnya.

Note: yang mau baca di Wattpad, jangan khawatir. Tetep aku lanjutkan sampai tamat hehe.

Thank you ♡

Magelang, 30 Juli 2022

Way Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang