Siapa yang mikir dari Sabtu ke Selasa itu rasanya lama banget? Hahaha.
*
13. Eve
Sepertinya aku ketiduran. Ketika membuka mata, ternyata posisiku dan Wisnu sudah tertukar. Aku tidur di sofa, sementara dia duduk di tempatku tadi. Dan melihatnya tengah menatap lekat, membuatku terdiam untuk sesaat. Namun saat dia tersenyum hangat, aku langsung tersadar dan bangkit duduk.
"Aku ketiduran," gumamku sambil mengusap wajah.
"Maaf." Wisnu tersenyum, lalu mengulurkan tangan dan mendaratkannya ke kepalaku. Tentu saja itu membuatku terpaku. "Kamu pasti kecapekan ngurus aku."
"Siapa yang ngurusin kamu?" elakku yang hanya dibalas kekehan oleh Wisnu. Namun ketika melihat kaus hitam yang dia pakai sekaligus rambut basahnya, keningku berkerut. "Kamu mandi?"
"Hm." Dia mengacak-acak rambutnya itu.
"Kan lagi sakit."
"Aku udah baikan." Senyumnya melebar. "Makasih."
"Buat?"
"Udah di sini."
Kubalas dengan dengusan, untuk menyembunyikan rasa ingin tersenyum. Entah kenapa susah sekali hari ini untuk tidak terbawa perasaan olehnya. Sambil merapikan ikatan rambut, aku mengalihkan pandangan ke arah meja di mana ada box ayam goreng di sana.
"Tadi aku order itu." Ucapan Wisnu membuatku menoleh. "Kamu kan belum makan."
"Aku bisa makan pas pulang nanti."
"Tapi aku udah beli." Dia meringis, tanpa terlihat tersinggung dengan kalimatku. "Makan dulu, ya?"
Menghela napas, aku mengangguk. "Numpang ke kamar mandi dulu."
"Di kamarku."
Mengangguk, aku bangkit dan berjalan menuju meninggalkannya. Sebelum melanjutkan niat untuk membasuh muka, aku justru menyempatkan diri untuk mengamati seisi kamarnya. Dinding bercat abu-abu, ranjang dengan ukuran standar yang terletak menempel di dinding sebelah kiri, dan terakhir lemari putih terbuat dari kayu. Hanya itu, seperti kamar tidur laki-laki pada umumnya.
Ada sebuah figura yang terpajang di atas nakas sebelah ranjang. Karena itu cukup memancing rasa penasaran, aku mendekat untuk melihatnya. Foto itu berisi empat orang yang berjejer di depan sebuah gedung. Aku tahu betul bahwa itu merupakan kampus Wisnu. Sepertinya foto ini diambil ketika dia sedang merayakan acara wisuda—terlihat dari toga dan topi yang dipakainya. Di sebelah Wisnu ada seorang perempuan paruh baya yang kutebak adalah ibunya. Di sebelahnya yang lain, ada dua laki-laki beda umur. Satunya paruh baya dan satu lagi sedikit lebih muda dari Wisnu. Ah, apakah mereka adalah ayah dan adik sambungnya?
Tersadar niatku, kukembalikan figura itu ke tempatnya dan melanjutkan langkah ke kamar mandi. Tidak banyak yang kulakukan sebenarnya, hanya cuci muka dan merapikan ikatan rambut. Namun ketika memandangi pantulan wajah di cermin, tiba-tiba aku menyadari sesuatu. Hari ini terasa beda, entah kenapa aku merasa bahwa interaksi kami lebih santai dari biasanya. Dan menurutku itu tidak terlalu buruk.
Ketika aku kembali ke ruang tamu, Wisnu sedang memindahkan nasi dan ayam goreng ke piring. Dia tersenyum ketika melihatku.
"Yuk, makan."
Aku mengangguk. Namun ketika melihat hanya ada satu piring, keningku berkerut. "Kenapa cuma satu?"
"Aku nanti."
Di dalam box memang masih ada beberapa potong ayam goreng tapi Wisnu tidak mengeluarkannya.
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back To You (END)
Romance(PDF dan buku cetak sudah ready. Cek infonya di dalam cerita) Dulu, Kaia pernah membuat kesalahan dengan berusaha mengacaukan hubungan Wisnu dan Dian. Ia mengejar-ngejar Wisnu dan mengerahkan seluruh perhatian untuk pria itu. Hanya demi Giri yang sa...