7. Salah Duga

10.7K 1.3K 90
                                    

Siapa yang nunggu?

Niatnya mau update nanti malam, tapi takut lupa. Jadi mending sekarang aja wkwk

Absen vote dulu yuk ♡

*

7. Salah Duga

Hari ini Selly tidak datang ke kantor karena tidak enak badan. Karenanya, aku jadi malas keluar untuk makan siang dan memilih untuk pesan saja.

"Mau nggak, Kai? Enak, ini."

Aku menggeleng sambil menyeruput susu jahe yang masih hangat. Di depanku terhalang meja, Mas Damar sedang menyantap nasi dengan lauk rendang dan perkedel kentang masakan adiknya. Di kota ini dia hanya tinggal bersama adik pertamanya yang bernama Marissa, jadi tiap hari selalu Marissa yang menyiapkan bekal untuknya. Saat ini kami sedang berada di dapur, sedangkan anak-anak Mahameru lainnya makan di luar.

"Lo seriusan nggak suka makanan seenak rendang? Atau emang belum pernah coba?"

"Dulu sering, kok."

"Terus?"

"Gue lagi makan rendang pas dapat kabar Bibi meninggal." Aku mengedikkan bahu. "Ya udah sejak itu jadi nggak suka."

Mas Damar menjilati jarinya yang tertempeli nasi. "Lo emang gitu, suka trauma sama makanan yang kebetulan bareng sama kejadian nggak mengenakkan?"

"Nggak trauma juga, sih, cuma kehilangan minat aja."

Mas Damar memiringkan bibir, terlihat tak percaya. "Kalau kue balok, lo trauma karena apa?"

Mataku berkedip pelan. Kutatap Mas Damar yang memandangiku penuh penasaran. Perlahan kucondongkan wajah lebih dekat dan berkata, "Kepo!"

"Sial!" Dia merengut, lalu mengambil ponsel dengan tangan kiri. "Seblak lo udah sampai tuh. Ambil sana!"

Tersenyum, aku langsung bangkit dan berlari keluar. Aku memang tadi minta dipesankan Mas Damar karena baterai ponselku habis. Saat sampai, pintu depan tiba-tiba terbuka dari luar dan memunculkan sosok Wisnu. Mataku tertuju ke arah tangan kirinya yang memegang kotak makanan kertas mirip punya McD tapi bertuliskan Seblak Games. Itu ... pesananku, kan?

"Tadi ada kurir anter ini atas nama Damar." Dia menjelaskan tanpa kuminta. "Damar nggak keluar?"

Aku menggeleng. "Di dapur." Lalu menggaruk alis. "I-itu pesenanku, sih."

Wisnu terdiam sejenak. "Oh."

Aku menerima sambil bergumam terima kasih ketika dia mengangsurkan kotak itu, lalu langsung berbalik dan berjalan kembali ke dapur.

"Susu gue, Mas!" Aku langsung berseru ketika melihat Mas Damar yang sudah selesai makan, sedang asyik menikmati susu jaheku.

"Haus, gue, Kai."

Aku mengerucutkan bibir sambil duduk di kursi. "Baru gue minum dikit, padahal."

"Ya elah, pelit amat. Bikin lagi entar, gue males bikinnya."

Aku mendesis. Dekat dengan Mas Damar itu ada untungnya karena tiap dia punya sesuatu, selalu memberiku. Dia juga tidak sungkan untuk membantuku. Namun yang kadang bikin keki, ya yang seperti ini. Tidak sungkan mengambil makanan atau minuman yang kupunya.

"Udah balik, Nu?"

Aku spontan menoleh ketika Mas Damar bertanya begitu. Ternyata ada Wisnu yang membawa sebuah styrofoam. Keningku berkerut begitu dia dengan santainya duduk di sebelahku, sambil menaruh styrofoam dan ponsel di atas meja.

"Kamis depan kita meeting sama owner." Wisnu menoleh ke arahku. "Siapin semuanya, Kai."

Aku mengangguk. Tadi memang Wisnu dan Mas Tio bertemu dengan owner yang minggu lalu mengirimkan proposal agar pembangunan restoran miliknya ditangani oleh kami.

Way Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang