Epilog

25 1 0
                                    

Di tempat konser kemarin,...
One Direction masih akan konser di tempat sebelumnya mereka konser. Panggung tersebut masih tersusun seperti biasa dan pagar-pagar pembatas masih terpasang juga.

Jazzy datang ke arena konser One Direction sekitar jam 2 lewat. Harry juga menyarankan agar Jazyy diantar oleh supirnya, karena malam ini One Direction masih harus konser lagi, akan ada banyak directioners yang memadati area tempat konser. Karena itulah Jazzy juga disuruh melewati pintu belakang arena itu.

Sesampainya disana, Jazzy secara langsung melihat megahnya panggung konser One Direction. Dia tersenyum, angin menyambutnya dengan halus dan membelai rambutnya dengan asyik. Tak lama kemudian dia berbalik badan melihat ratusan kursi tribun di sekitar arena konser. One Direction. Dia sedang mengingat dimana dia duduk pada malam itu. Lalu dia melangkah maju dengan mantap dan menaiki setiap anak tangga menuju dimana dia duduk.

Tiba ditempat tribun dimana Jazzy duduk. Dia melihat sosok lelaki yang mengajaknya bertemu. Lelaki itu masih menatap kearah birunya langit siang itu. Lalu suara langkah kaki Jazzy terdengar dan lelaki itu menoleh pada Jazzy dan tersenyum.

"Duduklah," ucap Harry.

Jazzy duduk disamping Harry. "Disini adalah tempat dimana Mommyku duduk, dan kamu duduk tepat disampingnya," kata Hary.

Harry melanjutkannya, "sejak aku akan memulai konser aku sudah tahu kalau kamu akan hadir di konser ini, karena itulah rencananya. Hari itu, Mommy datang menemuiku ke apartemen dan bertanya tentang dirimu padaku. Katanya, dia merindukanmu. Aku jadi berpikir untuk membuat rencana tentang dirimu dan rencana itu berhasil. Aku menyuruh Gemma dan Abby untuk mengajakmu keluar dan langkah pertama itu berhasil. Kemudian....," Harry terhenti karena dia merasa seakan alam ingin mendengarnya.

"....Mommy menyetujui untuk mengajakmu ke konser One Direction. Ketika Mommy berhasil mengajakmu, saat itu aku berharap bahwa langkah ketiga akan berakhir. Sayangnya, perasaanmu terlalu takut untuk bisa bertemu denganku. Karena itulah, langkah terakhirku adalah menemuimu secara pribadi dan dugaanku benar. Aku bisa berbicara denganmu secara pribadi. Dan...uhm, kamu lihat tanda dibelakang itu," tunjuk Harry. Sebuah tanda yang Harry taruh agar bisa melihat dimana Jazzy berada, tetapi sayang rencana itu gagal.

Jazzy angkat bicara, "karena aku.....," Harry melanjutkannya, "...karena aku tahu alasanmu," katanya tersenyum pada Jazzy.

"Tetapi aku senang, segalanya telah kembali seperti semula. Sekarang, aku ingin mengajakmu turun kebawah. Kamu harus tahu dimana posisiku berada disaat aku mencoba berbicara tentangmu," kata Harry. Lalu Harry dan Jazzy kebawah menuju panggung dimana Harry dan anggota One Direction lainnya akan tampil.

Saat ini Jazzy telah berdiri ditengah panggung konser One Direction. "Apa kamu selalu gugup untuk menyapa mereka?" tanya Jazzy.

"Malam itu adalah malam tergugup dimana aku tidak bisa fokus 100% dengan konserku. Karena aku ingin sekali kamu mengetahui segalanya," jawab Harry.

"Benarkah?" kata Jazzy mencoba bercanda.

Harry meraih tangan Jazzy. "Aku serius, karena malam itu yang aku pikirkan adalah malam terakhir dimana jika rencanaku gagal maka aku tidak akan bisa mendapatkan maaf darimu lagi,".

Jazzy mencoba memasang muka serius, seraya melihat ekspresi Harry. "Dan aku ingin kamu tahu satu hal. Hari ini akan menjadi konser terindah karena kamu hadir untuk malam ini," kata Harry.

"Oh ya? Sehabis ini aku harus pergi menemui Peter untuk membicarakan project kita selanjutnya," kata Jazzy dengan ekspresi serius.

"Jazzy...please!" kata Harry memohon dengan nada manjanya. Jazzy tersenyum lalu berkata, "aku akan selalu berada di dekatmu," kata Jazzy.

Harry melanjutkannya, "satu hal lagi yang perlu kamu ketahui,".

"Apa itu?" kata Jazzy.

"Bahwa aku sayang padamu," kata Harry yang mengatakannya masih memeluk Jazzy.

Jazzy segera melepas pelukan itu. Dia seakan menolak dengan halus ungkapan itu, "tidak Harry. Aku rasa sayangmu bukan untukku," kata Jazzy. Harry mulai sedikit down dan merasa kecewa dengan kata-kata Jazzy barusan.

"Tapi sayangmu hanya selalu untuk para penggemar kalian. Berkat mereka kamu bisa seperti ini, karena berkat mereka kamu bisa berdiri di panggung semegah ini, karena berkat mereka kamu bisa merasakan rasanya benar-benar dicintai oleh banyak orang. Aku sadar jika aku menyandang posisi itu saat ini, akan banyak orang yang protes tentang hal ini. Aku sadar jika aku selalu berada di sisi mu maka secara perlahan mereka mulai sedikit acuh padamu. Harry....," Jazzy terhenti karena dia tak tahan melihat ekspresi Harry.

"Harry....., satu hal yang perlu kamu ketahui. Aku tidak layak untuk kamu sayangi, karena kamu baru saja mengenalku beberapa bulan yang lalu atau mungkin sudah hampir satu tahun. Tapi lihat mereka diluar sana! Mereka telah dan bahkan mungkin telah lama mengenalmu daripada aku. Satu hal yang perlu kamu ketahui bahwa ada banyak orang disana yang mengagumimu dan menyayangimu, jangan pernah mengecewakan mereka dengan sesuatu hal yang.....," Harry menghentikan ucapan Jazzy barusan.

"Cukup! Aku tahu hal itu, aku tahu hal itu, Jaz. Tetapi aku memiliki hak untuk memiliki pelengkap dihatiku. Aku tahu rasa sayangku kepada mereka tidak akan pernah berubah, aku tahu mereka telah mengubah segalanya, aku tahu bahwa mereka sangat menyayangiku. Tapi percayalah, aku tidak akan pernah melukai perasaan mereka. Aku sangat berhati-hati dengan perasaan mereka, karena melukai hati banyak orang akan terasa lebih sulit dibandingkan melukai hati satu orang. Tetapi, luka ataupun bekasnya nanti akan lebih lama hilang jika aku melukai hati satu orang aja. Aku telah memikirkan segalanya, Jazzy. Jadi please....," kata Harry.

Jazzy berbalik menghadap Harry. Dia mendekat. Dia berbicara sedikit mengecilkan volume suaranya, "karena rasa sayang kamu yang sesungguhnya hanya untuk Directioners, bukan aku. Aku, keluargamu, orang-orang disekitarmu hanya pemberi semangatmu. Mereka directioners lebih membutuhkanmu daripada aku," katanya.

Harry semakin dekat pada Jazzy, lalu dia mencoba mengecilkan volume suaranya juga. "Aku tahu itu! Okay! Aku mungkin bisa menerimanya....tidak apa-apa. Sekarang aku akan mengubah cara berpikirku," katanya.

Harry semakin dekat lagi lalu berbisik pada Jazzy, "karena.....my..love is.....you, Jazzy Jensen!" bisiknya. Kemudian dia memeluknya dengan sangat erat, dalam pelukan Harry, Jazzy tersenyum. Sepertinya Harry mulai mengerti arti dan maksud kata-kata Jazzy yang telah dia ucapkan panjang lebar tadi.

Suara alam seolah menyeru bahagia, mendengar bisikan suara Harry tadi. Begitupula orang-orang disekitar mereka, Abby, Gemma, Zayn, Liam, Louis, Niall, Eleanor, Lou, Lux, serta para crew One Direction lainnya sorak-sorai bertepuk tangan melihat senyum bahagia Harry dan Jazzy.

Konser One Direction malam ini benar-benar ditutup dengan tangis kebahagiaan Harry dipanggung dan ucapan rasa terima kasih kepada para fansnya yang selama ini selalu ada untuk One Direction. "Apapun kita, apapun hal tersulit dalam hari-hari kita. Kalian, guys, selalu ada untuk kita. Malam ini, kita ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada kalian semua, tak hanya bisa melihat kalian hadir disini, melainkan kepada para penggemar One Direction di seluruh dunia. Tanpa kalian, yang hadir sebagai perantara dari garis hidup yang telah Tuhan berikan, kita bukanlah One Direction yang bisa berdiri dengan tangis haru ini. Kita akan selalu ada untuk kalian, dan menghibur kalian semua. Terima kasih...Terima kasih....Terima kasih sekali lagi. I LOVE YOU!!!" tutup Louis mewakili semua anggota One Direction.

Jazzy terharu dengan kata-kata penutup dari Harry, Zayn, Liam, Niall, serta Louis. Dia bangga karena pernah ada disisi Harry waktu itu hingga detik ini. Dia bangga karena Harry telah mengerti arti apa yang seharusnya menjadi kewajibannya.

Karena,

"My Love....Is You." bisik batinnya.

My Love is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang